©BocahLanang Fanfiction
Hai all! HunKai Shipper mana teriakannya!
BocahLanang bawa FF HunKai rate M lagi!
Khusus untuk memeriahkan HunKai In Luv event! YEEY!
.
.
.
Karena tidak dibatasi berapapun FF yang di post ke FFn, jadi BocahLanang berusaha ng-bomb akun BocahLanang dengan FF HunKai, hehe
Tapi kalian sendiri tahu kan kalau BocahLanang itu sosok(?) yang tidak pernah/jarang menyelesaikan FF. Jadi kalau FF ini belum complete gapapa ya? Hehe
Sebagai Author, BocahLanang minta maaf karena tidak bisa memenuhi keinginan readers semua
Dan BocahLanang adalah fans sama seperti kalian, hanya beda tittle author.
Sebenarnya semua orang bisa kok bikin FF,
Jadi.. ayo ikutan Event HunKai In Luv! (membujuk secara perlahan, hehe)
Seneng banget banyak author baru bermunculan!
Setidaknya ada bibit baru untuk menggantikan BocahLanang yang sekarang sudah naek kelas 3 SMA.. makin sempit waktu buat bikin FF.. hiks-hiks..
Makanya dibanyakin nih aku bikin FF biar kalian gak kangen selama aku 5 bulan di kelas 3
(serasa aksel.. jahat banget ya, masa cuma dikasi 5 bulan sebelum UN. Gak ada setengah tahun di kelas 3 tuh!)
.
.
.
Oke all!
Let's read this FF
Selalu HunKai!
For HunKai In Luv!
.
.
.
Pair:
HunKai
Sehun Seme
Kai Uke
Genre:
Romance, Sad, Mafia, SchoolLife
Rate:
M, Lemon, 17+
Warn:
Yaoi, BoysLove
.
.
.
.
Drizzle bc HeavyRain
Langit mendung kelam.
Hujan deras sudah mulai memenuhi bulan ini.
Langkah kaki sosok namja manis berhenti pada kanopi taman kota, tak jauh dari perempatan jalan. Padatnya jalan raya bahkan terkalahkan oleh suara gemuruh langit mengamuk.
Para pekerja kantor itu tidak sabar ingin segera pulang.
Begitu pula namja manis berkulit tan yang kini berdiri termenung di kanopi, halte bus masih jauh dari sini. Ia ingin mandiri. Enggan menggunakan mobil dan fasilitas mewah yang diberikan ayahnya.
Agak sedikit merutuki diri sendiri karena menyadari ia tidak membawa payung lipat kecil miliknya. Tidak pula membawa jaket. Membuatnya merasa kedinginan kala tiupan angin berembun dingin pengiring hujan menerpa tubuh langsingnya.
Poni brownnya terangin-angin menjadi acak. Menambah kesan manis di wajah kahwatirnya. Sore yang terlalu gelap, mendung, dan beberapa kilat menyilaukannya.
Sepatu kets birunya menendang-nendang kerikil kecil dibawah lantai tinggi kanopi sekitarnya.
Tes-
Sepatunya terkena tetesan pertama dari mendung pekat. Membuatnya yang hendak berlari kembali mengurungkan niatnya.
Tes-Tes-
Digenggam erat tali tas selempang yang tersampir di pundak kanannya. Seragam hari ini masih dipakai untuk besok. Jika basah, selain ia tidak punya baju kering untuk besok, ia juga bisa diserang sakit.
Bimbang karena jam menunjukkan hari sore, namja manis itu berancang-ancang menembus gerimis.
Tes-tes-tes-tes-
Diangkatnya tas selempang sebagai payung kepalanya.
"Dingin sekali.. aku tidak tahan dingin.." suaranya halus indah untuk ukuran namja. Ia harus cepat sampai rumah.
Bbbrrrrzzzzzzzzzzzzzzzsssssshhhh...
Hujan langsung jatuh lebat di detik berikutnya. Kepalang tanggung, ia mantapkan niatnya untuk menerjang hujan.
Menuju halte satu kilometer dari sini.
.
.
.
GREPP!
Langkah awalnya menerobos hujan yang makin lebat itu gagal oleh tarikan seseorang yang tiba-tiba ada dikanannya.
Tubuhnya sudah diterpa hujan deras itu kini basah, di pipi, celana, dan kedua lengan polosnya.
BRUKSS..
Karena oleng, dan karena pula tarikan tangan itu terlalu kuat, tubuhnya menubruk tubuh yang menariknya. Membuat keduanya terjatuh dibawah payung kanopi.
"Euh.." tidak merasakan sakit, tapi hangat menjalari tubuhnya. Dibuka kelopak mata sayunya.
Sadar. Ia dipeluk sosok lelaki. Dan ia yang menubruk lelaki tadi menjadikan dirinya tidak sengaja duduk di pangkuan sosok itu.
"Gwenchana?" suara serak terdengar jelas ditelinganya. Matanya menatap lurus buah adam yang bergerak kala suara tadi terdengar.
"Ah, ne.. Mian" hendak beranjak dari pangkuan namja pucat itu, tapi rengkuhan hangat itu enggan lepas. Hendak ia protes, mendongakkan wajahnya melayangkan tatapan bingung.
"Sebentar" namja itu malah mengeratkan rengkuhannya, menarik namja tan makin menempel pada tubuh putihnya, mengalungkan kedua kaki jenjang sedikit basah itu dipinggangnya, menyamankan sosok yang duduk dipangkuannya.
Dan namja tan manis itu sendiri terdiam.
Tidak jadi protes, dan tidak marah akan perlakuan namja yang memangkunya. Mata yang semula sayu kini membulat dan mengerjap-ngerjap imut.
Namja yang merengkuhnya tampan sekali. Berambut pirang cepak dengan poni disibakkan. Matanya tajam seolah merantainya sehingga ia tidak bisa bergerak sedikitpun. Kulitnya putih seperti pangeran di negeri es.
"Kalau tanganmu masih dingin, cengkram kemeja seragam bagian bahuku" sosok itu mengelus rambut brown namja tan. Merasakan betapa halus helaiannya.
Namja manis itu hanya menurut, mencengkram kemeja didepannya. Rasa kantuk yang menyerangnya membuatnya bersandar di dada bidang itu juga. Sedang namja putih itu mengeratkan pelukannya, mengusap-usap punggung ramping yang dipeluknya erat, membuat namja manis itu semakin hangat dan nyaman. Mata sayunya meredup indah.
Lelaki putih itu lalu merentangkan jaket besar yang dikenakannya hingga punggung namja manis.
Menaikkan resletingnya sehingga keduanya terhangatkan dalam satu jaket. *coba aja, aku pernah masukin mantanku kedalem jaketku, anget loh.. hehew
"Hangat.." namja manis tan itu bahkan ingin membenamkan wajahnya kedalam kerah jaket. Membuat lelaki yang memeluknya terkekeh geli.
"Ah, siapa namamu?" suara serak yang tenang itu terdengar diantara lebatnya hujan. Bertanya pada sosok yang direngkuhnya.
"Kim Jongin. Em.. kau?" namja tan bernama Jongin itu hendak mendongak tetapi namja putih itu segera memeluknya erat, menggagalkannya melihat lebih jelas lekuk wajah yang ia rasa familiar itu.
Jongin rasakan dagu lancip namja itu beristirahat di pucuk kepalanya. Membuat tubuh Jongin semakin masuk kedalam rengkuhan hangatnya. Nyaman.
"Aku.. Oh Sehun. Panggil saja Sehun" suara serak tenang itu sedikit terdengar bahagia. Jongin yang mendengar itu langsung membolakan kedua matanya yang semula sayu. Kedua cengkraman tangannya bergerak kaget sedetik nama tadi terucap.
.
.
.
"Kenapa?" Sehun bertanya lagi sembari mengecup pucuk kepala Jongin. Aroma strawberry menguar di rambut brown halus namja tan. Membuatnya kembali mengecupnya beberapa kali.
Setau Jongin, Oh Sehun adalah namja berkulit pucat dengan iris mata berwarna biru. Jongin tidak menyadarinya saat melihat sekilas tadi.
"S-Sehun sunbae?" ingin sekali ia mendongak untuk memastikan keterkejutannya. Tapi namja yang memeluknya masih kukuh melarangnya.
"Ya, ini aku" dielusnya rambut brown Jongin.
Siapa yang tidak mengenal Oh Sehun. Kelas XII. Namja paling tampan di sekolah. Entah, tapi kabarnya, dia adalah pemimpin anak berandalan untuk beberapa sekolah di daerah. Kemampuan bela dirinya tidak bisa diragukan. Ayahnya sendiri adalah pemimpin mafia, dan keluarganya memiliki beberapa perusahaan persenjataan dan alat berat tempur yang dijual sebagai peralatan militer ke berbagai negara adidaya.
Daripada teman, mereka yang dekat dengan Sehun lebih terdengar sebagai rekan kerja atau anak buah. Tidak ada yang berani menegur dia, sosok paling berkuasa. Keturunan keluarga Oh yang terkenal dengan kecerdasan dan kejahatannya.
Tidak pernah terbesit jika sunbae paling ditakuti itu akan bertemu dengannya. Kala hujan. Dan memeluknya seperti ini. Jujur namja tan manis itu kini takut.
Sreet..
"Kenapa tubuhmu menggigil? Masih kedinginan?" Sehun berdiri dari duduknya, menggendong Jongin bak koala. Berdiri dengan mudahnya dengan beban Jongin di rengkuhannya. Bisa Jongin rasakan otot bisep namja putih itu berkontraksi sangat kuat seolah sangat terlatih.
"B-bisa sunbae l-lepaskan a-aku..?" suara halus Jongin bahkan menjadi lirih dan bergetar. Keringat dingin mengalir dari pelipisnya. Salah bicara sedikit saja, pelukan erat dua tangan pucat itu bisa meremukkan tubuhnya hingga tewas. Terlebih suasana sepi karena hujan lebat ini.
Tak ada yang menjadi saksi untuk jasadnya nanti.
"Kau sakit?" suara Sehun kini terselip perhatian. Tapi terdengar makin berbahaya. Bahkan Sehun mendekatkan wajahnya, dengan mudahnya mengangkat tubuh Jongin agar lebih pas dalam gendongannya. Lengan sekuat itu, Jongin yakin ia tidak bisa melawan.
"T-tidak sunbae, kumohon.." tidak bisa lagi bertahan dekat dengan namja beraroma mint dingin yang mendekapnya. Untuk bernafas saja sulit. Jantungnya berdentum seakan mau meledak. Berada dalam dekapan darah pembunuh bukanlah sesuatu yang baik.
TEP..
"Baiklah" Sehun menurunkan kedua kaki jenjang indah itu perlahan, sangat hati-hati. Seolah Jongin sangatlah berharga melebihi apapun.
.
.
.
"A-aku duluan sunbae" tanpa menunggu lagi, segera Jongin beranjak dari kanopi yang menaungi keduanya. Bahkan langkah kaki pertamanya turun dari lantai tinggi kanopi sudah memercikkan air. Hujan terlalu deras hingga memberi genangan di taman.
TAP! TAP! TAP! TAP! TAP!
"HEI!" suara Sehun bahkan masih bisa Kai dengarkan diantara lebatnya hujan yang menghujam tubuhnya.
Suara itu bak gertakan keras. Suara berat yang sangat berbeda dari suara lembut yang sedari tadi mengajaknya bicara. Berbeda. Terdengar mengerikan.
Tak dihentikannya lari kedua kaki jenjangnya membelah hujan lebat.
Halte bus sangat jauh dari sini. Tapi kakinya tak bisa berhenti, seolah dibelakangnya ada sosok mengerikan yang akan mencabut nyawanya.
Jemari tangannya memutih, tasnya sudah sangat berat. Terlebih celana dan pakaiannya yang sangat menempel dengan tubuh rampingnya. Sepatu yang menampung air, dan rambut brownnya yang menetes-netes air dari ujung-ujungnya.
Nafasnya tersengal, terhalang air hujan yang menetes dari ujung hidung mungilnya.
Kakinya mulai bergetar, bahkan tak lagi merasakan lututnya, makin lambat dan akhirnya berjalan terseok. Bibirnya memucat.
BRRRRMMMMMM... CKIIIITT!
ZRRRZZZHH..
Suara deru mobil yang kencang itu berhenti tiba-tiba dan memutar hingga kini menghadap Jongin yang berdiri lelah. Menciptakan cipratan air yang cukup banyak layaknya pengendara mobil pro.
Lamborghini Veneo itu menghadang Jongin yang bahkan sudah tidak bisa berjalan selangkahpun. Setelahnya sosok pengemudi keluar juga. Dengan jaket hitam sebagai payungnya. Berjalan kearah namja manis yang menatap sayu.
Semakin mendekat dan semakin jelas sosok itu.
Ingin Jongin kabur. Tapi untuk menggerakkan jari telunjuk saja sulit.
"Jangan kabur lagi. Kim Jongin" suara berat itu lagi. Menyapa pendengaran Jongin. Tidak bisa kalah oleh derasnya tirai hujan yang menghujam keduanya. Selang detik berikutnya, jaket hangat itu sudah menyelimuti tubuh dingin Jongin.
GREP!
"Ikut aku" suara Sehun seperti mantra. Bahkan hujan makin deras. Seolah hujan sore ini memihak untuk mengikuti semua keinginan sosok putih bak pangeran itu.
.
.
.
Seperti apa yang telah terjadi. Kini Jongin digendong bak pengantin oleh Sehun.
Didekap erat agar tetap hangat.
Tetes air dari dagu Sehun mengenai dada bidang Jongin. Dingin. Tapi dalam gendongan itu.. menenangkan.
"Peluk erat. Jangan biarkan tubuhmu kedinginan" suara Sehun memerintah dengan telak. Sedangkan ia mulai menghidupkan kembali mesin mobil sportnya. Mengendarai membelah hujan lebat sore itu.
Jongin memeluknya erat di pangkuannya. Sesekali dikecupnya dahi Jongin yang menjadi sangat dingin. Tubuh mungil itu masih menggigil. Dengan sebelah tangan, Sehun mengendalikan kemudinya. Sebelahnya lagi mendekap punggung ramping Jongin, mengusapnya, berusaha menghangatkan.
"S-sunbae.." kedua mata Jongin yang sayu itu terlihat menahan dingin.
"Ne" Sehun menepikan mobilnya. Dengan cepat disandarkannya punggung Jongin pada kemudi.
Pluks! Pluks.. Pluks-
Jemari tangannya terampil membuka kemeja basah Jongin hingga topless. Begitupula dengan kemejanya sendiri.
"S-Sehun sunbae.." pipi Jongin merona merah melihat tubuh sempurna dengan eight pack abs Sehun yang terbentuk jelas. Terlebih lengan berotot itu. Kulit putih Sehun bercahaya bersih layaknya porselen mahal. Terdapat tatto huruf yang sulit dibaca di dada kanannya.
"Kemari.." ditariknya tubuh Jongin segera untuk bersandar pada tubuhnya. Dan dikalungkan dua lengan polos namja manis itu kembali di leher kokohnya. Dipakai kembali jaket hitamnya.
Perlahan kehangatan tubuh Sehun menjalar pada tubuh basah Jongin. Membuat namja tan itu nyaman dan mengeratkan pelukannya. Sedang Sehun kini memenjarakan kembali tubuhnya dan tubuh Jongin pada jaket yang dikenakannya.
"Hangatkan tubuhmu dengan tubuhku. Sebentar lagi kita sampai" setelah mengecup kilas pipi Jongin, dilajukan kembali mobilnya dengan kecepatan penuh.
Perlahan kesadaran namja tan itu menipis. Akhirnya dijatuhkannya kepalanya pada bahu tegap sunbaenya. Disandarkan seluruh tubuhnya. Dipejamkan kedua kelopak matanya yang terasa berat.
"S-Sehun.." bibir pucatnya mengalunkan namja pucat yang membawanya entah kemana. Jongin sudah terlalu lelah untuk memberontak.
Hujan deras sore ini.
Sehun merengkuh namja manis.
Membawa pergi tubuh indah itu untuk dihangatkan dalam rengkuhannya.
-TBC-
Dizzle bc HeavyRain
Ada yang aneh ya sama FF yang satu ini.
Kayak bukan tipe bahasanya BocahLanang, agak aneh gimana gitu. Terlalu buru-buru? Memang karena FF ini sengaja dibuat singkat.
Tapi tetep ada satu ciri khas FF BocahLanang!
Apa coba?
Yap! Kalian benar! Tetap Yadong tersisip didalamnya, muehehehe
Okay Friends!
Review bro! Thanks! Let's go next chapt!
