High School love Story
Created By : Angelalfiction
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pair : SasoxSaku, SaixIno, NaruxHina.
Summary : Chapter 1: Naruto dan Hinata. Hinata adalah seorang gadis yang memiliki kemampuan khusus untuk meramal kehidupan percintaan seseorang yang di sentuhnya sehingga dia mendapat julukan 'madame'. Namun satu-satunya kelemahan yang dia miliki adalah, dia tidak bisa meramal kehidupan percintaannya sendiri maupun dengan laki-laki yang menjadi jodohnya. Begitu juga dengan Naruto, sang Casanova sekolah yang berusaha mendapatkan perhatian dari madame dan mencuri ciuman pertamanya karena menginginkan sebuah mobil edisi terbaru. Apakah Naruto dan Hinata bisa bersatu?
.
.
.
Chapter 1 : Casanova
"Madame, bagaimana? Apakah aku dan Sasori-kun berjodoh?"sebuah pertanyaan yang mengebu-gebu pun dikeluarkan oleh seorang perempuan cantik yang saat ini tangannya sedang di sentuh oleh sang 'Madame'.
Saat tangannya menyentuh tangan gadis itu, Hinata pun mulai melihat beberapa-beberapa ingatan tentang masa depan yang muncul di pikirannya. Tak lama kemudian, Hinata pun mulai melepaskan tangan itu dan langsung menatap sang gadis.
"Kamu dan Sasori-san tidak berjodoh."
"Heeee? Kenapa seperti itu?"
"Jodohmu akan mendatangimu saat kamu menjadi model, Tayuya-chan."
"Kyaaa! Kamu memang benar-benar seorang peramal, Madame! Aku memang ingin menjadi seorang model." seru sang gadis yang bernama Tayuya itu. Hinata pun hanya bisa tersenyum melihat teman sekelasnya yang bahagia.
"Jadi seperti apa ciri-ciri jodohku itu, Madame?"
"Hmm...dia pacar kelima-mu. Seorang photografer."
"Wah...hebat! Thanks ya. Nanti aku bayar deh!"
"Tidak perlu Tayuya-chan."
"Oh begitu? Baiklah! Terima kasih."
"Sama-sama" ucap Hinata dengan kalem sambil kembali duduk dengan rapih di tempatnya.
Tak jauh dari tempat duduk Hinata, ada tiga orang pria yang sedang menatapnya tanpa ia sadari. Ketiga orang tersebut adalah Naruto, Sasori, dan Sai. Naruto, sang Casanova sekolah hanya bisa menatap sengit Hinata.
"Huh...memangnya dia benar-benar bisa meramal? Palingan dia hanya membual saja. Hanya orang bodoh saja yang percaya dengan kata-katanya." cibir Naruto sambil memangku kepalanya dengan kedua tangannya.
"Jangan berfikiran negatif dulu Naruto. Ramalannya itu bukan hanya sekedar bualan loh! Kau tahu kan anak yang bernama Kiba?" Sai pun berjalan mendekati ke arah meja Naruto yang kebetulan berada di depan meja-nya.
"Ngh...iya. Dia si maniak anjing itu kan?"ucap Naruto dengan malas sambil mengambil pulpennya dan menghentak-hentakkan ujungnya ke meja.
"Benar. Waktu itu Kiba bertanya kepada Hinata kapan akan mendapatkan jodoh. Lalu Hinata menyuruhnya bolos pelajaran ke-tiga dan menyuruhnya lagi untuk pergi ke belakang gedung sekolah. Saat Kiba menuruti saran dari Hinata, dia menemukan seorang gadis yang sedang patah hati. Karena menghibur gadis itu, akhirnya mereka jadian. Menarik bukan?" ucap Sai dengan mata blink-blink. Dia memang orang yang sangat suka cerita romantis. Sementara Naruto hanya bisa mendecih tak suka mendengar ucapan Sai.
"Begini saja, Sai. Jika Naruto masih tidak tertarik, aku ingin melihat apakah Naruto masih tidak tertarik dengan gadis itu setelah aku menawarinya mobil porsche kesayanganku?"ucap Sasori sambil menyeringai.
"Cih, aku tidak yakin kau ingin memberikan mobil kesayanganmu dengan gampang seperti itu? Sudahlah, katakan saja apa syarat yang harus kulalui untuk mendapatkan mobilmu?"
"Kencan dengan Hinata dan rebut ciuman pertamanya. Setelah itu kau harus putus dengan dia lalu membuangnya seperti sampah. Mudah bukan untuk seorang casanova?" seringaian Sasori pun tambah melebar. Di tempatnya sekarang, Naruto terlihat sedang menimbang-nimbang perkataan Sasori yang menurutnya menguntungkan itu.
"Baiklah. Seperti katamu, aku ini kan seorang casanova! Hehehehehe...akan ku rebut mobilmu!"
"Tapi, Naruto...kau pikir mudah mendekati Hinata? Dia kan seorang peramal."
"Tenang saja, Sai. Aku yakin dia punya kelemahan..."
.
.
.
Malam hari, di apartemen Hinata...
"Nee-san! Nee-san!"
Drap...Drap...Drap...
"Hanabi-chan?! Ada apa? Apa kamu bermimpi buruk?" Hinata pun hanya bisa ngos-ngosan di depan pintu kamar adiknya setelah berlari dari dapur, meninggalkan masakan yang belum ia tata dengan rapih. Sedangkan Hanabi sedang terisak di tempat sambil tetap memanggil nee-sannya dengan lirih. Dengan sigap, Hinata pun segera memeluk sang adik.
"Nee-san?"
"Hmm?"
"Ba-barusan aku mendapat pengelihatan kalau nee-san akan bertemu dengan jodoh nee-san."
"Eh? Bukannya itu berita bagus?"
"Ta-tapi, nee-san juga akan merasakan yang namanya di khianati dan penderitaan yang tak berguna seperti sakit hati. Aku nggak mau nee-san menderita lagi seperti dulu. Apalagi semua penderitaan nee-san dulu aku yang jadi penyebabnya. A-aku hanya..."
"Sst...sudah cukup Hanabi." tangan Hinata pun bergerak mengelus surai milik sang adik.
"Yang lalu biarlah berlalu. Kalau yang tadi kamu sebutkan itu memang takdir nee-san, biarlah Kami-sama yang mengaturnya." Hinata pun menatap adiknya sambil tersenyum. Mengerti akan arti dari senyuman kakaknya, Hanabi pun ikut tersenyum.
"Hanabi-chan lapar tidak? Nee-san sudah masak untuk makan malam loh!"bisik Hinata. Hanabi pun langsung terbelalak.
"Benarkah? Ayo kita makan, nee-chan!"teriaknya girang. Langsung saja Hanabi melesat menuju meja makan, meninggalkan kakaknya yang masih duduk di kasur miliknya.
Hinata POV
Selesai makan malam, aku pun mulai membereskan peralatan makanku, lalu aku beranjak dari dapur menuju kamarku. Setibanya di dalam, aku pun merebahkan tubuhku di kasur empuk milikku.
Ngomong-ngomong apa jodoh yang Hanabi-chan maksud itu, Naruto-kun ya? So-soalnya hanya dia yang tidak bisa ku baca masa depannya. Dan, dia juga adalah pangeran penyelamatku...
FLASHBACK...
Aku yang sekarang berumur 7 tahun tengah berjalan mencari tempat tinggal untukku berserta Hanabi karena kami tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap. Di siang hari yang panas itu, tiba-tiba segerombolan anak laki-laki menghampiriku dan Hanabi lalu mengelilingi kami.
" Hahahaha! Lihat, warna mata-nya aneh!"teriak salah satu dari mereka. Aku pun menundukkan kepalaku.
"Apa kau buta? Eh, tapi dia cantik juga..."
"Jangan tertipu, shota! Mungkin dia nenek sihir yang menjelma jadi anak-anak seperti kita! Makanya warna matanya seperti itu!"
"Kalau dia penyihir pasti dia berbahaya! Hiiii! Pergi sana!"
Dukh...
"Aaww..." erangku kesakitan saat sebuah bola menghantam kepalaku dengan keras. Saat aku melihat ke arah kananku, aku bisa melihat Hanabi-chan menggeram.
"Ha-hanabi-chan tidak perlu di tanggapi..."
"Stop, nee-chan! Meleka ketelaluan!" ucapnya yang langsung mengambil bola itu dan melemparnya ke arah kerumunan anak laki-laki itu.
DUAKH...
"Sialan! Hei, kita balas mereka!"
"Ayo!"
Saat itu aku menutup mataku. Aku sudah terlalu takut untuk mengetahui apa yang akan terjadi kepadaku selanjutnya. Namun, tiba-tiba aku merasakan hembusan angin membelai wajahku. Ketika aku membuka kedua mataku, aku bisa melihat warna kuning yang jaraknya sangat dekat sekali dengan wajahku.
"Jangan kurang ajar sama perempuan, ttebayo! Kalau kalian berani, lawan aku!" teriak orang yang ada di depanku.
"Heh, duren! Kau itu hanya satu! Kami ini banyak! Mana kamu pendek! Memangnya bisa..." DHUAKH... Sebelum anak laki-laki itu menyelesaikan kata-katanya, orang yang berada di depanku tadi langsung menyerang anak laki-laki itu dengan kakinya. Anak laki-laki tersebut pun langsung pingsan dengan hidung yang mengeluarkan darah.
"Jangan menghina atlet Judo sepertiku, ttebayo!" ucapnya sambil cengengesan. Anak laki-laki yang tadinya menyerang kami pun langsung berlari menjauh saat orang yang muncul di depanku barusan menjatuhkan salah satu dari mereka.
"Hei, aku menyaksikan kejadian ini dari awal ttebayo." ucap pemuda di depanku. Tangannya pun memegang kedua bahu-ku.
"Tidak usah dengarkan mereka, ttebayo! Matamu cantik kok! Kalau ada yang mengejek mata indah-mu itu lagi, panggil saja Uzumaki Naruto!"
Sejak itu, aku mengetahui nama orang yang telah menyelamatkanku...
FLASHBACK OFF...
"Kyaaa! Dia keren sekali dulu!" teriakku histeris. Bisa kurasakan jika wajahku memerah sekarang.
"Semoga kami-sama memberkati kami." ucapku sebelum aku memejamkan mataku untuk masuk ke dalam alam mimpiku.
.
.
.
Normal POV
Pagi hari...
"Hei, Naruto! Itu Hinata!" teriak Sai kepada Naruto. Naruto yang baru saja turun dari mobil pun segera menatap ke arah di mana jari Sai menunjuk. Langsung saja Naruto berlari ke arah Hinata.
"Hai!" dengan bermodal gaya ala playboy ulung, Naruto pun langsung berhenti di depan Hinata sambil mengusap poninya ke belakang dengan tangan kanannya. Hinata yang tahu bahwa itu Naruto, tanpa ia sadari wajahnya memerah.
"Na-naruto-kun?! Ke-kenapa?" gagap Hinata. Padahal di dalam hati-nya, Hinata kesal sekali karena salah bertanya. 'Kyaaaa! Sialan! Seharusnya aku bertanya ada apa! Bukan kenapa! Kyaaaa!'teriak inner Hinata.
"Eh? Enggak kenapa-napa kok, Hinata-chan. Engh... Istirahat pertama nanti kamu ke atap yah. Ada sesuatu yang mau aku kasih tahu ke kamu. Ehm...jaaa!" Setelah itu, Naruto pun segera berlari menjauh dari Hinata.
'Eh? Sesuatu? Kyaaa! Apa itu?!'teriak inner Hinata. Sementara orang aslinya hanya bisa terdiam di tempat dengan wajah yang semakin merona.
.
.
.
Istirahat pertama...
Dengan langkah yang sangat riang, Hinata pun segera beranjak menuju tempat dimana Naruto mengajaknya. Saat melewati kantin, langkahnya pun terhenti karena ada seseorang yang memanggilnya.
"Nee-san!"
"Hanabi-chan? Ada apa?"jawab Hinata cepat-cepat. Mata Hanabi pun menyipit saat mendengar nada suara nee-sannya.
"Hmm...nee-san, apa yang kau sembunyikan dariku?"
"E-eh? Tidak ada kok Hanabi-chan. Hehehehe..."
"Iya kah? Dari nada bicaramu ada sesuatu yang mengganjal loh nee-san..."Hanabi pun mulai menyudutkan Hinata.
"Baiklah, aku mengaku kalah!"
"Hehehehe...jadi, apa yang ingin nee-san katakan?"
"Aku di panggil Naruto-kun ke atap." ucap Hinata dengan wajah merona. Tanpa Hinata sadari, tangan Hanabi mengepal dengan kuat.
"Nee-san, jauhi Naruto."
"Eh? Kenapa?"
"Dia itu pria yang ku ceritakan semalam. Dia jodohmu." ucap Hanabi.
"Ta-tapi kan, nee-san sudah katakan semalam...nee-san akan mengikuti takdir nee-san."ucap Hinata pelan. Hanabi pun membelalakan matanya. Kenapa kakaknya itu keras kepala sekali!
"Ya sudah, pokoknya jika ada sesuatu yang terjadi denganmu karena si pirang itu aku tidak akan peduli! Huh!" setelah mengucapkan kalimat itu Hanabi pun segera melengos pergi meninggalkan Hinata yang mematung. Tak beberapa lama kemudian, akhirnya Hinata kembali melanjutkan perjalanannya ke atap walaupun tidak sesemangat barusan.
.
.
.
"Na-naruto-kun..."
"Eh, Hinata-chan sudah sampai yah? Hehehehe..." Naruto yang sedang berada di pinggir pagar atap sekolah pun segera menghampiri Hinata yang baru saja tiba di atap sekolah.
"A-apa yang ingin Naruto-kun katakan kepadaku?" tanya Hinata. Tiba-tiba saja tangan Naruto menggenggam tangan Hinata, membuat wajah Hinata semakin merona.
"Hinata-chan, maukah kamu menjadi pacarku?"ucap Naruto sambil mendekatkan wajahnya ke arah Hinata. Hinata pun membelalakan matanya. Di dalam hatinya, Hinata sebenarnya sedang bersorak dengan bahagia saat ini.
"Eh? E-eto...,"A-aku mau" ucap Hinata dengan terbata-bata sambil menundukan wajahnya. Naruto pun menyeringai melihat bahwa tinggal sedikit lagi, mobil porsche milik Sasori akan menjadi miliknya.
"Hinata-chan...coba kau tatap mataku..."ucap Naruto. Hinata pun segera melakukan perintah Naruto. Saat Hinata menatap mata safir milik Naruto, entah kenapa Hinata merasa wajah Naruto semakin dekat ke arahnya.
'Kyaaa! Jangan bilang kalau Naruto-kun ingin menciumku? A-aku belum siap! Kyaaaa!'teriak inner Hinata.
BRUKK...
Dengan kekuatan penuh, Hinata pun reflek mendorong Naruto. Sedangkan yang di dorong hanya bisa mengeluh kesakitan.
"Adududududududuh..."
"Eh?! Go-gomen Naruto-kun..." panik Hinata.
"Ahahahaha...tidak apa-apa Hinata-chan. Setelah pulang sekolah nanti, mau tidak kencan denganku?"
"Serius Naruto-kun nggak kenapa-napa? Eh? Te-tentu saja aku mau!"jawab Hinata.
"Sekarang bagaimana? Apa Naruto-kun masih sakit? Aku bisa mengantarmu ke UKS."
"Hehehehe...tidak perlu kok Hinata-chan. Aku ini kan laki-laki yang kuat! Lihat!" Naruto pun langsung bangkit berdiri dari tempatnya berbaring dan langsung mengerak-gerakkan punggungnya sebagai bukti kalau dia sudah sehat.
"Oh, oke. Kalau begitu aku kembali ke kelas ya. Jaaa..."
"Jaaa...hime!"
Setelah Hinata turun dari atap sekolah, Sasori dan Sai yang memang di suruh Naruto untuk bersembunyi pun segera keluar dari Persembunyiannya. Jika di lihat dari wajah keduanya, Sasori dan Sai terlihat seperti ingin menahan tawa mereka. Sedangkan Naruto hanya bisa menggeram kecil melihat wajah keduanya.
"Apa!" teriak Naruto kesal.
"Pffft...hahahahahaha! Naruto jungkir balik gara-gara Hinata tidak mau di cium!"ejek Sasori sambil tertawa lepas.
"Urusai, baka!"geram Naruto.
"Jadi sekarang kualitas sang casanova menurun nih? Mana janjimu yang mengatakan jika request dari Sasori bisa terselesaikan dalam sehari?"
"Lihat saja saat kencan nanti! Akan langsung aku putuskan dia setelah ku cium!"
"Ow...seramnya...ahahaha..." ejek Sai.
"Diam kau pucat!"
.
.
.
Pulang sekolah...
Naruto pun segera memberes-bereskan barangnya.
'Lihat saja, Hinata Hyuuga! Akan ku balas perbuatanmu yang membuatku di tertawai temanku barusan!'geram Naruto sambil sesekali memasukkan bukunya dengan kasar dan menatap ke arah meja Hinata yang kosong.
"Kemana dia?" gumam Naruto. Baru saja ingin keluar dari kelas, tiba-tiba saja handphone Naruto berbunyi.
From:Hinata
Subject : -
Naruto-kun, maaf hari ini aku
ada janji dengan Hanabi-chan.
Kita kencannya besok saja ya!
'Ck, sial!' decakkan kesal pun Naruto lontarkan saat membaca sms dari Hinata. 'Pantas saja mejanya sudah kosong'
.
.
.
Hinata pun berjalan dengan gontai menuju kamarnya. Setibanya di kamar, Hinata pun segera melepaskan kontak lensa berwarna hitam miliknya dan menggerai rambutnya yang kini sudah memanjang itu. Setelah berganti baju, Hinata pun segera melemparkan dirinya ke kasur.
'Lihat saja saat kencan nanti! Akan langsung aku putuskan dia setelah ku cium!'
Suara Naruto pun masih terngiang-ngiang dalam benaknya saat ini. Kenapa? Kenapa Naruto menjadi setega itu padanya?
"Hiks..hiks...Naruto-kun jahat..." isak Hinata. Lalu Hinata pun kembali terngiang dengan kata-kata adiknya sebelum ia ke atap sekolah.
'Ya sudah, pokoknya jika ada sesuatu yang terjadi denganmu karena si pirang itu aku tidak akan peduli! Huh!'
"Maafkan nee-san, Hanabi-chan..."gumam Hinata yang kini sudah berhenti ter-isak.
"Pokoknya aku harus tahu penyebab Naruto-kun mempermainkanku seperti ini..."
.
.
.
Saat ini Hinata sudah berada di sekolah subuh-subuh. Dia ingin menunggu seseorang yang selalu rajin datang pagi.
"Ohayo, Sai-san."
"Eh, Hinata-san? Tidak biasanya kau datang subuh seperti ini..." ucap Sai sebelum ia menaruh tasnya di meja. Hinata pun berjalan menuju menuju meja Sai dan berhenti di depannya.
"Ada yang ingin kau tanya, Hinata-san?"
"Apa yang kalian rencanakan sehingga Naruto-kun menjadikanku pacarnya?"
"E-eh? Hinata-san tahu dari mana?"
"Pembicaraan kalian di atap sesudah aku keluar dari sana." ucap Hinata sambil menatap Sai dengan tajam. Saat itu juga Sai terdiam tak bergeming di tempatnya.
GLEK...'bagaimana cara menjelaskannya?'ucap inner Sai ngeri.
"Be-begini Hinata-san, Naruto mendapat request dari Sasori jika dia berhasil menjadikanmu pacarnya dan menciummu lalu langsung memutuskanmu Naruto akan mendapatkan mobil dari Sasori."jelas Sai.
"Ahahahaha..." tawa Hinata. Sai pun menatap aneh Hinata.'Apa yang terjadi sekarang dengan dirinya?'
"Ahahahaha...ternyata perasaanku hanya seharga mobil yah? Sudah kuduga..."
"Hi-hinata-san, go-gomen..."
"Tidak perlu Sai-san, harusnya aku berterima kasih padamu karena sudah memberitahu kebenarannya..." ucap Hinata. Kali ini air mata mengalir di kedua mata Hinata yang langsung membuat Sai tambah merasa bersalah. Setelah itu Hinata langsung kembali ke tempat duduknya. Sebelum duduk, Hinata bergumam sesuatu yang masih bisa Sai dengar dengan jelas karena di kelas hanya ada mereka berdua yang sudah tiba di sekolah.
"Padahal, aku sangat mencintainya..."
.
.
.
From:Hinata
Subject : -
Naruto-kun, ke atap sekolah ya!
Ada yang ingin ku bicarakan denganmu.
'Cih, mentang-mentang sekarang status kami berpacaran dia seenaknya menyuruhku! Tapi, apa yang mau dia katakan yah?' ucap inner Naruto. Awalnya dia malas bergerak. Tapi setelah imajinasinya tentang mobil muncul, dia teringat jika dia harus berbaik hati di depan Hinata.
'Sialan, aku tidak punya pilihan.'ucap inner Naruto lagi sebelum pada akhirnya dia bergerak juga ke atap.
Setibanya di atap, Naruto hanya bisa mengernyit melihat kedua temannya juga berada disini.
"Apa yang kalian lakukan disini?"
"Kami berdua mendapatkan pesan dari Hinata. Apa kau juga?" tanya Sasori.
"Iya. Naruto-kun juga."ucap Hinata sambil berjalan menuju Naruto. Ketika jaraknya tinggal beberapa senti lagi, Hinata pun berjinjit dan langsung mencium Naruto tepat di bibirnya. Awalnya Naruto kaget, namun setelah sekian lama terdiam akhirnya dia mencoba membalas ciuman Hinata. 'Ternyata bibirnya lembut juga' gumam Naruto.
Merasa cukup, Hinata pun segera mendorong Naruto agar menjauh dari-nya. Naruto pun kaget dengan perlakuan Hinata padanya sekarang.
" apa ciuman itu sudah cukup? Sasori-san?"
"E-eh, apa maksudnya?"
"Jangan pura-pura bodoh, Sasori-san. Apa ciuman ini masih kurang?"
"Ehm, su-sudah."
"Kalau begitu, kita akhiri hubungan kita Naruto-kun. Aku cukup senang bisa menjadi pacarmu walau hanya sehari." ucap Hinata datar. Tanpa ba bi bu lagi, akhirnya Hinata langsung pergi berlari keluar dari atap, meninggalkan ketiga pria yang termenung menatap kepergiannya.
"Ada yang bisa menjelaskan kenapa dia seperti tahu request dari Sasori?" gumam Naruto.
"Dia bilang..."
BRUAKH...
Baru saja Sai ingin menjelaskan. Tiba-tiba saja Naruto mendorongnya ke tembok, dan mencekiknya.
"Jangan bilang kau yang memberi tahu dia! Aku itu tidak butuh bantuanmu sialan!"
"Naruto, lepaskan Sai!" Sasori yang melihat Sai hampir kehilangan napas pun segera bergerak ke arah Naruto. BUAKH... Dan menonjok wajah Naruto.
"Hentikan, baka. Kau bisa membunuhnya." desis Sasori.
"Tapi, dia mengacaukan rencanaku, Sasori!"
"Dengarkan dulu penjelasannya, Naruto! Sai, bisa kau jelaskan kenapa sikap Hinata seperti itu?" Sasori pun segera membantu Sai berdiri.
"Te-tentu Sasori. Dia berkata bahwa dia mendengarkan pembicaraan kita di atap kemarin."
Setelah Sai menjelaskannya, keadaan di tempat itu pun menjadi sunyi.
.
.
.
Naruto POV
Setelah kejadian di atap, aku pun segera kembali ke kelas. Setibanya di dalam, aku melihat Hinata yang menatapku sekilas, lalu tatapannya kembali ke arah buku yang sedang ia baca.
Deg...Deg...
Tangan kiri-ku pun langsung menyentuh dada kiriku. Ada apa ini? Kenapa rasanya sangat nyeri? Bukannya aku memang menginginkan ini? Seperti janjinya, Sasori pun memberikanku kunci mobilnya. Setelah duduk, aku pun menatap kunci mobil milik Sasori.
Rasanya aneh...
Aku melihat kunci mobil ini, namun pikiranku melayang saat Hinata tiba-tiba menciumku. Walaupun hanya sebentar, tapi kami sudah saling melumat bibir. Bibir Hinata itu lembut sekali...
Gah! Aku hampir melupakan sesuatu! Aku kan sudah menemukan wanita yang ku sukai! Lupakan Hinata, Naruto! Kau harus berusaha mencari gadis kecil yang waktu itu kau selamatkan! Lupakan bibir lembut itu! Jangan sampai bibir itu membuatmu lupa dengan mata indah milik seorang gadis kecil yang menjadi cinta pertamamu, Naruto! Mata indah yang menyerupai mutiara itu, walaupun aku sudah tidak mengenali wajahnya dan yang lebih parahnya, aku belum berkenalan dengan gadis kecil itu!
Akhirnya karena guru yang akan mengajar kami tidak juga datang, aku pun memutuskan untuk pergi dari kelas dan beranjak menuju UKS untuk tidur siang disana.
To Be Continued...
