2D or 3D?

By : Miyoshi Sara

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Rated : T

Genre : Romance, Hurt

Pairing: SasuSaku

Warning : OOC tingkat dewa, abal, typo bertebaran, sangat gaje, bikin eneg, ceritanya ngawur, pasaran, pemilihan diksi tidak menarik, OC dan segala sesuatu yang membuat tidak enak.

Summary : Sejak hari itu, entah apa yang kupikirkan sehingga hidupku kembali menjadi seorang pecinta pria 2D. Aku memutuskan untuk tidak lagi memercayai pria 3D. Namun, kenapa hatiku menjadi ragu? Padahal pria 3D itu yang menyarankanku membuat keputusan itu.

.

.

.

Prolog

Nijikon ialah sebutan yang diperuntukan bagi seseorang yang begitu mencintai wujud 2D. Istilah ini merujuk bagi seseorang yang begitu terobsesi dengan kehidupan dua dimensi seperti dalam anime, game, manga.

.

.

.

Kecewa dengan malam ini, pukul tujuh malam, aku mendesah sesak. Rambut basah pun urung dikeringkan karena perhatianku kini tak kunjung berpaling dari ponsel berwarna hitam. Duduk bersila di atas kasur, aku kembali membaca deretan huruf yang berjejer membentuk sebuah kata, kalimat. Lelah baru pulang dari sekolahpun tak kugubris.

Aku menyayangimu kok, tapi sepertinya hanya sebatas sebagai adik.

Ya, aku tahu. Semuanya, pasti akan berakhir sejalan dengan waktu dan berbagai godaan yang menerpanya. Kembali menarik nafas, aku mengetikan balasan untuknya. Berusaha tegar, kembali menarik nafas panjang, menghembuskannya kembali pelan. Mentralisir rasa yang begitu sakit yang berkecamuk di dada.

"Sakura-chan, makan malamnya sudah siap!" teriak Kaasan, berhasil menyela kelopak mata yang hendak mengeluarkan cairan.

"Hai," balasku.

Menyisir rambut merah mudaku yang panjang, lalu bergegas ke luar kamar untuk makan malam, atau mungkin makan siang. Karena seharian tadi aku belum makan siang. Lantaran di sekolah ada kegiatan festival budaya.

Selesai makan, aku kembali ke kamar. Duduk di pinggir ranjang yang bersebelahan dengan tembok. Memeluk Hoshi, boneka beruangku yang ukurannya tidak cukup untuk kupeluk. Melihat Hoshi, membuatku kembali terkenang akan candaan orang itu dahulu, sebelum hari ini tentunya.

Mata yang terasa panas akhirnya menumpahkan setetes cairan bening. Aku tambah kencang memeluk Hoshi, berusaha meredam emosi yang sedang memuncak, berusaha meledakan hatiku saat ini.

Aku bertanya padanya, apa dia sudah punya orang lain? Ia hanya menjawab tidak begitu. Ya, mungkin aku sadar bahwa jawabannya tidaklah spesifik dan mungkin itu privasi yang tidak bisa diungkapkan pada 'adik palsu' yang pernah mencintainya dan mungkin dicintainya atau mungkin tidak.

Menggeretakan gigiku kesal, mencoba menghentikan tangisan rendahan ini. Aku pikir, aku tak boleh menangis hanya karena dia.

Menghapus dengan kedua punggung tangan, akupun tersenyum dan kembali mengetikan sebuah pesan singkat di ponselku.

Oh, ya sudah. Maaf ya, jika aku selama ini mengganggumu atau membuatmu susah. Terimakasih untuk segalanya. Aku bersyukur menjadi adikmu sekarang.

Aku tersenyum pahit, kemudian membuka laptop dan membuka akun jejaring sosial, Facebook, untuk mengubah status hubunganku dengan orang itu. Dengan setengah tak rela, akhirnya aku mengubah statusku menjadi lajang.

Kemudian, aku menulis sebuah status di sana.

Haruno Cherry

Sial, mataku panas! Karena itu, aku benci 3D.

Agghh! Kenapa dulu aku memilihnya sampai aku meninggalkan dunia yang membuatku nyaman? Kenapa aku memilih dunia yang penuh akan 3D yang merepotkan, menjengkelkan dan membuat hatiku sakit?

Mataku kembali panas, mengingat saat-saat pertama dia menyadarkan akan kelamnya pikiranku yang dipenuhi oleh pria 2D serta kehidupan yang sebagian besar dilakukan di dunia maya?

Namun, apa yang kudapat darinya sekarang? Hanya penyesalan yang kudapat, oh dan rasa sakit juga.

Melihat kembali ke layar laptop, mataku memincing melihat sebuah komentar dari teman lamaku di dunia maya dulu.

Haruno Cherry

Sial, mataku panas! Karena itu, aku benci 3D.

9 Likes

Uchiha Ss

Lalu, kenapa kau tak kembali?

Uchiha Ss? Dia sahabatku di dunia maya dulu. Dia hampir bisa dikatakan seorang hikikomori. Kenapa aku tahu? Tentu saja, karena dia bercerita padaku dulu bahwa dia tak begitu peduli dengan dunia nyatanya. Dia hanya keluar di saat sekolah saja, selain itu ia habiskan waktunya dengan mengurung diri di kamar menjadi anime otaku dan gamer. Oh, juga penghuni dunia maya yang sangat aktif.

Ngomong-ngomong, aku sudah hampir satu tahun semenjak aku meninggalkan dunia maya yang dahulu kugeluti karena alasan, ada seseorang yang menyadarkanku tentang arti penting kehidupan nyata. Uchiha Ss lah satu-satunya orang yang kuberitahukan alasanku meninggalkan dunia maya dan dunia 2D. Karena, dia sahabatku di sana. Walau, aku sendiri tidak tahu wajahnya seperti apa. Ia selalu memasang foto profil akun jejaring sosialnya dengan gambar chara anime atau game.

Berbicara mengenai komentarnya di statusku yang baru pernah kuunggah selama rehatnya aku dari dunia maya ini, memang benar bahwa kehidupan nyata bukanlah kehidupan kami para penghuni dunia maya dan pecinta 2D. Ya, aku memang tidak cocok di sini.

Haruno Cherry

Sial, mataku panas! Karena itu, aku benci 3D.

9 Likes

Uchiha Ss

Lalu, kenapa kau tak kembali?

Haruno Cherry

Ya, kau benar. Kalau begitu, mohon bantuannya Mr. Ss. Aku mengandalkanmu.

Setelah membalas komentarnya, aku menyeka sisa air mata yang masih tersisa di ujung mata, kemudian kembali tersenyum mencoba melupakan orang itu.

Sebuah PM tiba-tiba sedikit mengejutkanku. Dan ternyata itu dari Uchiha Ss. Akupun mengulum senyum membacanya.

Uchiha Ss

Hn, apa kalian putus?

Akh, pertanyaan yang menusuk.

Haruno Cherry

Ya, ternyata dia hanya menganggapku adik.

Uchiha Ss

Begitu...

Dia membalas singkat dan terkesan dingin seperti biasa. Namun, entah kenapa aku tahu bahwa dia berhati hangat.

Haruno Cherry

Hei! Menurutmu, apa aku salah bila aku kembali menyukai sosok 2D seperti dulu?

Uchiha Ss

Asal nyalimu kuat untuk menghadapi panggilan 'Nijikon' dari orang-orang dunia nyata.

Haruno Cherry

Hahaha... Aku tak pernah menyebut diriku sebagai seorang Nijikon. Aku hanya mencintai sosok pria dua dimensi.

Selain itu, bukankah Mr. Ss sudah mengajariku untuk menjadi seseorang yang tak peduli dengan ucapan orang? Dan, tetap menjadi diri kita apa adanya?

Uchiha Ss

Hn, kau menyebutkan maknanya.

Juga ingatanmu bagus juga, Nijikon!

Haruno Cherry

Mou, terserahlah.

Dasar, Hikikomori-kun.

Uchiha Ss

Hn.

Malam itu menjadi malam yang menyenangkan. Aku dan Uchiha Ss mengobrol banyak di dunia maya. Dia memberiku info tentang anime-anime baru yang wajib kutonton. Selama hampir setahun ini, aku juga meninggalkan hobiku menonton anime yang kusuka. Jadi, aku memintanya untuk merekomendasikan anime-anime dengan chara yang sesuai dengan kriteria ku, dia sudah hafal dengan jenis anime kesukaanku.

Dan, aku melupakan sejenak tentang kesedihanku. Juga mulai membulatkan tekad untuk tidak mencintai pria 3D lagi. Satu lagi, aku akan mengubah penampilanku yang apa adanya. Penampilanku tanpa pakaian modis, pernak-pernik dan aksesoris yang biasanya ku kenakan ketika aku keluar rumah.

.

.

.

Pagi ini, aku pergi ke salon yang sudah sekitar setahun ini tidak kukunjungi. Sudah kuputuskan, hal pertama yang mungkin harus dilakukan ialah memotong pendek rambutku untuk melupakannya. Melupakan kejadian selama satu tahun ke belakang. Tersenyum bangga selanjutnya yang kulakukan, saat rambutku yang sebelumnya panjangnya di bawah pinggang kini hanya tinggal seleher.

Di sekolah, teman-teman memandangiku dengan tatapan penasaran tentang terpotongnya rambutku serta penampilanku yang berubah total. Memakai kacamata yang sebelumnya diganti dengan softlens, berseragam dengan rok di bawah lutut yang sebelumnya di atas lutut, tak mengenakan akseseoris imut satupun serta tidak memoles wajahku dengan make up. Biasanya, aku memakai make up walau hanya sekedar bedak tipis dan lip balm. Dulu, aku hanya ingin tampil cantik dan manis di hadapan mantan pacarku.

Mereka kuabaikan, mulai sekarang aku menjadi kepribadian yang berbeda. Kepribadian ketika waktu SMP kumiliki. Di mana aku belum mengenal cinta. Di mana cinta hanyalah sebuah angan semata yang tercipta dari pria 2 dimensi.

Salah satu sahabatku, Yamanaka Ino, sudah tahu mengapa aku menjadi seperti ini. Kembali menjadi seseorang pecinta 2D. Dan dia menerimaku apa adanya. Walau terkadang dia memprotes apa yang kulakukan, seperti selalu membawa sebuah action figure yang membuatku tergila-gila ke sekolah dan meletakannya di atas meja.

"Benda seperti ini tak seharusnya kau bawa ke sini, Sakura," omelnya seperti itu.

"Dia kekasihku, Ino."

"Haah, terserahlah. Tapi, bisakah kau menaruhnya di tasmu selama ada di sekolah? Apa kau ingin Sensei menghukummu?"

"Baiklah," seperti biasa, akupun mengalah. Karena aku terlalu malas mendengar suara cemprengnya lagi.

.

.

.

Membetulkan letak kaca mataku yang melorot, mataku tak hentinya berkonsentrasi pada layar monitor laptopku. Kegiatanku hari ini, ketika akhir pekan hanya bersantai-santai di kamar seperti biasa. Namun, ini hari libur yang menyenangkan. Bebas dari beban dan aku bebas menelusuri dunia maya di mana banyak orang, termasuk aku mencurahkan perasaannya secara gamblang.

Sudah pukul setengah satu malam, kupikir ini sudah waktunya untuk tidur. Tapi, sebelum itu aku kembali membaca aliran status yang terpampang di beranda situs jejaring sosialku. Hal yang membuatku jengkel ialah karena teman dunia mayaku saat itu menuliskan status mesra tentang pasangannya masing-masing. Aku tahu, sebagian dari teman Facebook ku tidak tertarik dengan kehidupan 2D sepertiku. Dan, jejaring sosialpun menjadi ajang untuk mengumbar kemesraan mereka di dunia maya. Itu membuatku geram. Iseng, akupun menuliskan

Haruno Cherry

Sayang, aku tidur dulu ya? Selamat malam...

Aku tertawa mengejek sebelum mempost statusku. Masa bodoh dengan tanggapan orang lain. Yang penting aku puas.

.

.

.

Saat pelajaran di sekolah esok harinya, seseorang mengirimiku pesan singkat. Aku membukanya, merasa pelajaran terakhir ini sedang membosankan dan membuatku mengantuk. Hitung-hitung ini buat selingan lah.

Mataku tertegun melihat pengirim tersebut. Dia orang itu, adalah sekarang kupanggil Kakak palsuku, karena ketika kami putus, ia hanya menganggapku sebagai adiknya saja.

Kami-sama, kenapa ia mengirimiku pesan singkat tentang menanyakan apa ada yang sudah menjadi penggantinya itu. Setelah berpikir, aku yakin itu karena statusku semalam.

Ino yang duduk bersebelahan denganku ikut memalingkan penglihatannya kepada ponselku.

Aku menoleh padanya, mengutarakan tentang permohonanku untuk meminta bantuan pada Ino apa yang harus kulakukan.

"Balas aja," sarannya berbisik takut ketahuan guru.

Aku mengangguk, lalu membalas pesan-pesannya dengan candaan. Namun, semakin berlanjut entah kenapa ia sepertinya marah karena aku enggan untuk memberitahukannya tentang orang yang kubuatkan status mesra semalam. Iseng, akupun menanyakan balik tentang hubungan asmaranya sekarang sebelum aku memberitahukan tentang orang yang kubuatkan status.

Ia sepertinya enggan untuk menjawab pertanyaanku, itu terbukti dari jawaban pesan singkatnya yang tersirat menyembunyikan sesuatu dariku. Aku terus memaksanya untuk menjawab. Dengan jaminan aku tidak akan marah, jengkel, sebal atau yang lainnya, iapun memberitahukan gadis yang menjadi tambatan hatinya sekarang.

Maaf, dia Matsuri. Aku tahu, dia itu temanmu. Teman yang bisa dikatakan cukup akrab. Kau bahkan sudah sering mengunjungi rumahnya, kan? Tolong jangan marah!

Hampir mirip seperti itulah jawabannya. Akupun tercekat, tanganku mengepal. Aku hampir saja menangis jika aku tidak ingat sedang berada di mana. Tenanglah! Kau tidak boleh seperti ini! Bukannya kau bukanlah kau sudah memutuskan untuk melupakan hal-hal tentang pria 3D, Sakura? Apalagi orang ini.

Mencoba menyadarkan kembali kesadaranku, aku memotivasi diriku sendiri. Untunglah aku berhasil.

"Hey, mana jawabannya?" tanya Ino menyadari gelagatku yang berbeda dari sebelumnya.

Akupun menyerahkan ponselku padanya.

"Hah? Aku nggak salah baca kan, Sak? Dia pacaran lagi sama temen kamu yang dari sekolah sebelah itu?" bisikannya kubalas dengan anggukan dan senyuman pahit.

"Kamu ngga papa, Sakura?" tanya Ino agak tidak yakin.

"Aku udah move on, kok. Tenang aja!" aku meyakinkannya.

Hatiku memang perih. Sangat perih, seperti luka menganga yang dengan terang-terangan disiram air keras. Namun, aku bisa apa sekarang? Aku tak bisa memprotes dia ataupun sahabatku. Jika aku memprotesnya, aku akan menjadi orang yang kejam, orang jahat yang telah menghancurkan hubungan mereka.

Aku kembali tersenyum pahit mengingat kejadian setahun yang lalu. Sekarang hubunganku dengannya baik-baik saja, hubunganku hanyalah sebatas saudara palsu, aku juga mendukung hubungan Matsuri dengan dia yang sepertinya langgeng, bahkan lebih lama dari hubunganku dengannya yang hanya berjalan kurang dari satu tahun. Akupun tak memusingkan masalah batin yang terus menyerangku. Lebih fokus kepada hobiku yang mencintai pria 2D dan kehidupanku di dunia maya, di mana aku bisa menjadi diriku yang sebenarnya. Tanpa ada tatapan aneh dari orang lain. Karena, yeah sebagian besar teman-teman dunia maya ku mempunya kasus yang sama sepertiku, pecinta kehidupan 2D.

.

.

.

Konnichiwa~

Hallo, Miyo di sini. Umm, maaf karena telah berani-beraninya mengupdate cerita gaje seperti ini. Tapi, entah kenapa ide itu terus bertebaran di otak Miyo.

Yah, sudahlah. Terimakasih bagi yang sudah sempet mampir di fic Miyo ini.

Tapi, karena Miyo merasa ini masih ada di bawah rata-rata bagi sebuah fic yang layak diupdate apalagi dibaca, Miyo berharap readers mau memberikan komentar (kritik dan saran) ataupun pertanyaan apa saja di kotak Review.

Arigatou Gozaimasu~

Purbalingga, 06 April 2014.