I Love you, my little sister
Haloooo!~~~ XD *teriak pake toa masjid* #di injek masa
hohoho~
Ini fic kuroshitsuji pertamaku.. :)
Kalau ada salah mohon di maklumi ya! w
aku masih pemula banget.. "
Kayak anak br lahir 0,10 detik yang lalu~ (?)#dasar gak jelas
hmm.. sebelum baca fanficnya baca ayat kursi dulu(?)biar di lindungi yang maha kuasa, baca UUD 1945 (?) biar di lindungi Negara.. XD #jder!
ok! Dari pada author banyak bekicot.. eh.. salah, maksudnya bacot. Meningan baca ada deh fic gaje bin abal buatan author geblek..~ =A=
Nee~~
Selamat membaca! u
Disclamer: kalau punya saya udah ancur kali.. yang jelas kuroshitsuji punya Yana Toboso!~ XD
Pairing: FemCielxSebastian
Rated: maunya sih M.. :3 #di tabok
Tapi T aja deh! XD #di injek
Warning: Gaje, Abal, OCC, Au, gak jelas, lebay kyk yang bikin.. XD
Sebastian: 19 thn-20 thn
FemCiel : 17thn-18thn
Sebastian as Male
Ciel as Female
Klau emang kurang suka sama kuroshitsuji meningan jangan di baca, dari pada jadi ngatain kuroshitsuji,,
So,, DON'T LIKE,DON'T READ! :D
Happy reading!
'Normal pov'
flashback
11 tahun yang lalu..
"ibu.. aku ingin punya adik.." rengek sang 'calon' kakak yang tak kunjung mempunyai adik, iris merahnya menatap mohon sang ibunda yang hanya melahirkannya satu kali dan dia adalah anak pertama dari ibundanya yang cantik.
"nak.. kau tahu bukan,kalau Ibu tidak akan hamil lagi." sang ibunda hanya bersabar karna anaknya yang setiap hari tak hentinya berharap mempunyai adik, irisnya yang berwarna coklat menatap lembut anaknya.
"ta- tapi ibu aku ingin adik! Bagaimanapun caranya aku ingin punya adik! Aku iri melihat teman-temanku yang selalu bahagia dan bermain begitu senangnya bersama adik mereka! Ibu tidak mengerti perasaanku!" bentak sang iris merah yang amarahnya sudah meluap-luap. Dia berlari menuju kamarnya,rambutya yang hitam tertiup angin yang berlawanan dari arah tangga.
"Sebastian!" teriak ibunya sambil menghela nafas panjang dan berat terhadap sikap anaknya yang masih berumur 8 tahun tersebut. Dia sungguh mengerti perasaan anaknya, tetapi apa yang harus dia lakukan?
rahimnya telah di cabut karna kecelakaan 2 tahun yang lalu. Dia tidak akan mempunyai anak lagi. Dia hanya menatap kepergian anaknya yang menuju kamarnya dengan mata sendu.
"andai aku bisa mempunyai anak, aku akan membuatmu bahagia." Gumannya
Tiba-tiba pintu depang terbuka perlahan, dia langsung melihatnya, ternyata itu suaminya yang membawa bocah kecil yang tidak pernah dia lihat dan dia juga tidak mengenal bocah itu namun dia tetap menatap bocah itu. setelah di perhatikan dia berpendapat lain. Bocah sangat lucu,imut,menggemaskan dan terlihat lemah.
Dia hanya terpana melihat kesempurnaan bocah yang di bawa oleh suaminya. Setelah berhenti menatap bocah itu. Dia bertanya.
"ahh,manisnya, siapa dia, Alex?" Tanyanya yang kebingungan,dia menautkan alisnya, dia ingin sekali mempunyai anak yang mempunyai rambut kelabu panjang yang sama dengannya, dan sekarang.
Anak di hadapan nya ini mempunyai rambut kelabu panjang yang sama degannya.
"dia anak yang kupungut di pinggir jalan, kebetulan aku sedang pulang dari kantor dan melihatnya yang sedang duduk di pinggir jalan di udara sedingin ini. Karna kasihan aku memutuskan untuk membawa anak ini pulang ke rumah dan mengadopsinya sebagai anak kita sendiri, Alice "Jelas Alex michaelis dengan santai sambil memletakan jasnya di atas sofa dan menghamparkan dirinya di sana.
Wanita yang di ketahui bernama Alice itu hanya diam di tempatnya sambil membelakkan matanya lebar-lebar, alangkah terkejunya dia ketika mengetahui itu, dia sangat senang. Karna akhirnya anak tunggalnya yang bernama Sebastian Michaelis mempunyai adik manis ini.
Perlahan wajah nya berganti menjadi senang, Alice langsung menutup pintu utama rumahnya dan penyuruh bocah itu masuk dan duduk di sofa bersama suaminya, Alex Michaelis yang sekarang menjadi peresiden direktur di sebuah perusahaan mainan yang terkenal di seluruh dunia.
Alice berjalan menghampiri bocah itu dan duduk di sampingnya. "siapa namamu, nak?" Tanya Alice, tangannya membelai lembut rambut kelabu bocah tersebut dengan kasih saying, dan sepertinya Alice sudah mengganggap anak itu sebagai anaknya sendiri.
"namaku Ciel,mam.'" jawab bocah yang bernama Ciel tersebut, matanya yang biru bagaikan sapphire terindah di dunia menatap Alice dengan lembut dan tersenyum, pipi Ciel memerah lucu seperti tomat membuat Alice benar-benar senang akan anak yang di adopsi suaminya ini.
"nama yang indah,nak. Kenalkan namaku Alice Michaelis. Dan mulai sekarang aku adalah ibumu, aku harap kita bisa menjalin hubungan yang baik." Alice tersenyum dengan tulus.
Sedangkan Ciel hanya menatap Alice dengan lembut dan tersenyum. Akhirnya Alice memutuskan untuk memberi tahukan Sebastian akan hal ini, dia yakin Sebastian akan senang mengetahui ini. Alice beranjak dari sofa tersebut dan memutuskan untuk ke kamar Sebastian,dia menaiki tangga menuju kamar anaknya.
Setelah ada di depan pintu anaknya Alice mengetuk pintu ini 3 kali, namun tidak ada jawaban atau pintu yang di buka oleh anaknya. Karna khawatir terjadi apa-apa dengan Sebastian, dia membuka pintu tanpa aba-aba.
Dilihatnya Sebastian yang menatap salju bulan Desember dikeluar jendela. "fuh.. kapan aku bisa punya adik ya?" gumannya pelan sambil menghela nafas berat.
"kamu sudah memilikinya, sayang" jawab Alice dengan lembut. Sebastian yang tidak mengetahui datangnya sang Ibunda sontak kaget, matanya membulat sempurna. Dia berbalik dan melihat Ibunya masih di ambang pintu kamar.
"I-Ibu?" Sebastian jadi salah tinggah akibat kekangetannya.
"Sebastian, turunlah. Di kamu akan senang dengan ini" jawab Alice, dia tersenyum dan segera turun ke bawah. Sebastian menautkan kedua alisnya, dia bingung sebenarnya sih apa sih yang Ibunya bicarakan? Memangnya ada apa? Ada hadiah? Untuk siapa? Memangnya Ibu tau reaksiku ketika melihat hadiahnya?
Seribu pertanyaan muncul di kepala Sebastian. Akhirnya Sebastian memutuskan untuk turun kebawah dan Melihat apa yang di berikan Ibundanya.
Setelah Sebastiap turun dari anak tangga terakhir, alangkah terkejutnya dia melihat bocah berambut kelabu panjang terurai yang menutupi punggungnya, matanya biru indah, seindah sapphire dan langit yang luas, hidungnya mancung, bibirnya mungil kemerahan, anak itu sedang duduk di samping ayahnya.
Sebastian langsung menghampiri Ibunya dengan wajah penasaran. "Ibu, siapa anak itu?" Tanya Sebastian.
Ibunya hanya tersenyum lembut setelah itu menjawab, "itu adik barumu Sebastian, namanya Ciel. Kenalkan dirimu, Sebastian." wajah Sebastian memerah, akhirnya di memutuskan untuk berkelan dengan anak tersebut.
"hai." sapa Sebastian malu sambil mengulurkan tangannya dan duduk di samping Ciel. Ciel yang melihat uluran tangan Sebastian, meraihnya dan menjawab "Hai."
jawah Ciel memerah malu, ia menatap Sebastian lekat-lekat.
Dia mengagumi iris Sebastian yang merah pekat, rambutnya hitam mirip dengan ayah anggatnya sekarang, lelaki di hadapannya itu memang sangat tampan. Ciel benar-benar tidak biasa menahan semburat pink di pipinya.
"namamu siapa?" Tanya Sebastian basa basi setelah terjadi tatap-menatap muka diantaranya dengan anak yang ia ketahui bernama Ciel.
"namaku Ciel. Salam kenal, dan siapa kamu?" Ciel balik bertanya setelah menjawab pertanyaan Sebastian. "namaku Sebastian Michaelis." jawab Sebastian sambil tersenyum manis kearah Ciel. Mereka asyik berbincang-bingcang tanpa sadar mereka belum melepas tangan mereka yang sedari tadi masih bertautan.
London,14 Desember 2011
8.00am
Normal pov
"Ciel, cepatlah. Kau bisa terlambat sekolah!" teriak Sebastian yang menunggu Ciel di garasi mobil sedari tadi. Dia juga harus berangkat kuliah.
"iya,iya! Kamu panaskan mobil dulu sana! Berisik tau teriak pagi-pagi gini!" jawab Ciel kasar. Sebastian tidak mengusik perkataan adiknya sebab Ciel memang benar. Dia harus memanaskan mobil ferrarinya hitamnya.
Sebastian bergegas masuk ke mobil dan memanaskan mobilnya. Dia membuka kaca spionnnya untuk mengeluarkan pengapnya udara di mobil. Di lihatnya Ciel yang sedang memakan roti sambil memakai sepatunya dengan cepat.
Ciel langsung memakai tasnya dan berlari ke mobil Sebastian, Ciel membuka pintu penumpang di samping Sebastian dan duduk.
Setelah Ciel siap Sebastian mengeluarkan mobilnya dari garasi. Dia diam sejenak dan melihat kearah jam tangan di tangan kirinya. Dan itu sudah menunjukan pukul 8.25am. Sebastian melirik Ciel yang sedang siduk menghabiskan roti bakarnya.
Ciel yang merasa di perhatian akhirnya membuka mulutnya "ada apa,hah? Cepat jalan! Kita sudah terlambat tau! "Ciel berjengkit marah. Sebastian hanya menghela nafas lagi menahan emosi."kau sudah siap?" Tanya Sebastian yang membuat ciel kebingungan.
Ciel menautkan alisnya tidak mengerti. "kalau kau tidak menjawab,kuanggap itu 'iya'." Ciel tambah bingung. Tiba-tiba Sebastian menginjak gas dan mobilnya melaju sangat kentang di jalan yang sepi.
"GYYYYYYYYYAAAAAA! SEBASTIAN! BERHENTI!" teriak Ciel histeris. Sebastian tidak menghikaukan teriakan hirteris dari Ciel. Dia hanya tersenyum lebih tepatnya seringaian. Ciel yang melihat itu langsung menelan ludah.
Sebastian menambah kecepatan laju mobilnya hingga mencapai 200km/jam. Ciel yang takut kecepatan langsung teriak histeris.. "! " teriak ciel sampai membuat Sebastian tuli seketika.
"hei! Kau ini jangan berisik, tadi pagi kau makan toa atau roti bakar sih?" ledek Sebastian sambil tetap menyetir mobilnya yang melaju dengan kecepatan yang luar biasa. Mendapat respon seperti itu Ciel tidak dapat menahan emosinya dia senyikut pinggang Sebastian hingga Sebastian mengaduh sikutan dari Ciel.
Setalah diam beberapa saat akhirnya Ciel sampai ke sekolahnya di London yang termasuk sekolah bergengsi di London. Hanya anak-anak direktur dan pejabat yang bisa masuk di sana. Selain harus kaya akan harta. Standar nilai di sana sangat tinggi, sehingga hanya anak kaya dan pintar saja yang bisa masuk ke sekolah itu. Nama sekolah itu adalah Sydenham high school.
Ciel yang di adopsi oleh Alex Michaelis tentu saja di terima di sekolah itu. Selain Ayah anggatnya kaya, ternyata Ciel sangat berbakat dan menjadi muruid teladan di masa SD,SMP, sekarang dia sudah SMA dan sepertinya masih menjadi murid teladan di sekolahnya, meski belum lulus.
Sebastian membuka pintu penumpang Ciel. Setelah Ciel turun sebastian menyampaikan pesan seperti biasa "nanti akan kujemput jam 4, kau tunggu saja di parkiran sekolahmu." Ucap Sebastian sambil menatap adik perempuannya dengan lembut dan membelai rambut Ciel . Ciel yang di perlakukan seperti itu hanya memerah malu.
Namun tidak lama kemudian dia menjadi angkuh seperti biasa "iya,iya, berisik. Kau sudah mengatankan itu setiap hari!" jawab Ciel ketus sambil melepas tangan Sebastian. Merasa Ciel sudah mengerti Sebastian menghelanafas "baiklah, kalau begitu aku harus berangkat ke kampus dulu. Sampai jumpa, Ciel" Sebastian masuk ke dalam mobilnya lagi. Ciel hanya diam dan tidak menjawab. Hingga mobil Sebastian di melaju 5 meter.
"ya. sampai jumpa, Sebastian" jawab Ciel lirih. Ciel menatap kepergian mobil Sebastian hingga tidak terlihat lagi. Dia menghela nafas . 'sampai kapan aku harus menahan diri seperti ini? Padahal aku mencintainya. Tapi kenapa? Kenapa harus dia yang kucintai?, tidak adakah orang lain selain Sebastian yang harus kucintai? Apakah ini yang namanya Cinta?' guman Ciel dalam hati sambil berjalan menuju kelasnya.
Saat sudah di depan kelasnya,XI-A dia berhenti berguman dan menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya sebelum ada yang menerkamnya. Setelah siap Ciel membuka pintu dan hebatnya hari ini tidak ada yang menerkamnya.
Ciel menghela nafas lega sambil masuk ke dalam kelasnya dan menyapa teman-temannya yang sudah datang dari tadi, untungnya Ciel belum terlambat. Ciel merasa heran,kemana orang yang selalu menerkamnya? Tapi Ciel cukup bersyukur karna hari ini dia tidak perlu dipermalukan orang itu lagi.
Tiba-tiba…
"CIELLLLL!" suara nyaring nan cempreng itu berhasil membuat seisi kelas menatap Ciel. Tiba-tiba Ciel di peluk dari belakang. Dia sudah tau siapa yang di belakangnya itu langsung berjengkit kesal campur malu dan marah.
"Alois.. sudah berapa kali kubilang, hah? HENTIKAN MEMPERMALUKAN AKU DI DEPAN UMUM!" teriak Ciel di kuping Alois yang bernasib sama dengan Sebastian saat di teriaki Ciel. Ciel meronta dalam pelukan Alois, namun Alois tidak menyerah untuk memeluk Ciel.
"Ciel, sayang. Kita ini kan pacaran, ayolah.. jangan malu-malu begitu, aku yakin kamu sebenarnnya juga maukan?" goda Alois anak bangsawan trancy itu mulai mencium pipi Ciel hingga Ciel tidak bisa menahan semburat merah di pipinya.
"Hentikan! Sejak kapan aku ini menjadi pacarmu,hah? Lepaskan aku, berengsek!" Ciel melawan Alois dan mendorongnya hingga Alois jatuh tersungkur di atas marmer sekolah, Ciel langsung melongos menuju kursinya. Sedangkan siswa yang lain hanya melongo dan swetdrop melihat mereka berdua.
End of normal pov
.
.
Sebastian pov
Aku sedikit kecewa karna Ciel tidak membalas salamku, tapi setelah aku menjauh beberapa meter darinya, aku mendengarnya berkata sangat lirih,namun masih bisa kudengar meski telingaku yang belum berkerja dengan baik setelah teriakan histeris seperti orang kebakaran jenggot dari Ciel.
Aku bingung, kenapa aku bisa reflek membelai Ciel ya? padahal seumur hidupku, aku tidak pernah membelai wanita satupun. Melihat senyum dan semburat merah wajahnya juga membuatku jantungku seakan berkerja 10 kali lebih cepat dari biasanya.
Sebenarnya ini karna apa ya? apa mungkin kasih sayang antara kakak dan adik? Kalau memang begitu kenapa rasanya benar-benar berdeda? Apa ini hanya persaanku saja? Atau mungkin.. aku sudah tidak menganggapnya adikku melainkan orang yang aku cintai? Tapi bukankah itu tidak mungkin? Aku ini kan kakaknya sendiri?
Ya tuhan, sepertinya aku sudah mulai gila..
Tapi siapa yang melarang untuk mencintai saudaranya sendiri? Cintakan datang dari hati? Lalu siapa yang salah akan rasa cinta ini? Aku tidak bersalah, toh, Cinta memang berasal dari hati.
Setelah sibuk dalam pikiranku sendiri aku mulai melihat bangunan tempat kuliahku, yaitu Queen Marry, University Of London. Aku mulai memasuki mulai memasuki tempat parkir mobil di sana. saat aku di sana parkir sudah penuh dengan mobil-mobil super mewah dan langka. dan tempat parkiran di sini hanya tersisa satu tempat.
Aku beruntung mendapatkannya,sesudah memarkir mobil, aku turun dari mobilku, dan mulai berjalan di koridor tempat aku akan memulai pelajaran disini dengan para gadis cantik bin centil yang tak henti-hentinya mengirim surat di meja kuliahku,di tasku, lokerku bahkan seringkali kutemukan di selipan buku.
aku berjalan dengan santai tanpa mempedulikan para wanita yang mengedip-mengdipkan matanya. Mereka itu kenapa sih? Aku rasa gak ada angin, yang membuat debu masuk ke mata? Terserahlah aku tidak peduli.
Aku merasa selama 11 tahun bersama Ciel, aku terus merasa berdebar-debar, aku ingin sekali memilikinya. Namun, selama 11 tahun itu aku tetap menahannya hingga sering kali aku merasa cemburu dengan seorang anak laki-laki yang tidak kuketahui namanya. Tapi kalau di lihat-lihat anak laki-laki itu memang manis. Aku sering melihat anak laki-laki itu memeluk dan kadang mencium pipinya sepulang sekolah.
Matanya hampir sama dengan Ciel namun lebih muda dan jernih, rambutnya berwarna pirang pucat, dan tingginya juga tidak jauh beda dari Ciel hanya beda beberapa centi dari anak laki-laki itu,sedangkan jika ciel bersamaku, Ciel hanya sebahuku. Mereka benar- benar terlihat serasi, dan membuatku iri dan cemburu.
Apa yang harus kulakukan? Apa aku harus nyatakannya pada Ciel?
End Of Sebastian Pov'
.
.
.
~To Be continued~
.
.
.
~Author Area~
HUWEEEEE! Maaf banget kalau ficnya terlalu singkat.. TTATT
Pas mau ngelanjutin emakku udah keburu pulang, karna takut ini fic ini dibaca, lebih baik to be continued aja deh! X3 #di lempar ke mars
Makasih ya buat para reader dan silent reader, thanks udah mau baca fic buatanku..
akhir kata..
REVIEW PLEASE~ A
