Naruto – Masashi Kishimoto

Same Circle (Story) – Dmalf79

a.n: Hello, makasih semua yang sudah baca fic ku yang kemarin ^^ dan semua reviewnya ... seneng bangeet, maaf ga bisa balas m(_ _)m . kuharap kalian suka yg ini (^^ )a Happy fasting all!

WARNING: SasuHina ^^, OOC, AU, Typo(s), DLDR ^w^

.

.

18.24
Sabtu, 28 Februari

Setelah memandang lama layar iPhone nya, Hinata kembali membuka kuncinya, memeriksa email yang seminggu lalu diterima olehnya.

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
UNIVERSITAS KONOHAGAKURE

Kami selaku pengurus BEM angkatan ke-25 mengucapkan selamat kepada:
Hinata Hyuuga
Atas kelulusan anda. Mengingat tanggal 7 Maret adalah hari wisuda, kami mengundang anda untuk hadir di:
LUXURY HOTEL
(Sabtu, 28 Februari 19.00-selesai)
7 Maret adalah 'puncak'nya, sekarang waktunya
Cheers and Happy!
(dress code: White&Black)

Sekitar tiga puluh menit lagi acaranya akan dimulai tapi belum ada pesan masuk dari Gaara. Menghela napas, Hinata mematikan layar iPhone nya. Ia berjalan menuju cermin dan merapihkan lagi penampilannya.

Malam ini dia memakai short dress putih lengan panjang berkerah hitam dengan satu garis hitam lurus di setiap sisinya. Tidak ketat, namun mampu memperindah penampilannya. Rambut indigonya ia biarkan terurai indah. Sedikit make-up dan lip-stick merah darah tanpa glossy mempercantik wajahnya.

Sebenarnya Hinata tidak ingin datang namun Gaara memaksanya. Dia bilang dia merasa bersalah dan ingin menebusnya dengan mengajaknya ke acara tersebut. Ya memang sih, Hinata menjadi agak anti sosial karena gosip dirinya yang selingkuh dengan Gaara. Gosip itu semakin heboh saat kabar Hinata dan Sasuke putus meledak.

Saat itu Hinata bingung mengapa Sasuke menuduhnya tanpa bukti tapi ia melemparkan sebuah foto. Foto itu memperlihatkan Hinata yang akan dipeluk Gaara dari belakang di perpustakaan.

Itu salah paham! Hinata sedang mencari buku tiba-tiba Gaara datang mengambil buku yang letaknya sangat dekat dengan pinggangnya. Si 'sumber'nya pasti menginginkan hubungan dirinya dan Sasuke putus! Tentu saja Hinata membela diri, tapi Sasuke tak mau mendengar penjelasannya.

"Selama ini kau menyuruhku untuk percaya percaya dan percaya tapi ini yang kau maksud tentang kepercayaan!"

Masih terngiang jelas dikepalanya saat Sasuke berteriak seperti itu padanya. Untung saja di ruangan BEM hanya ada dia dan Sasuke. Suasana diantara mereka berdua sangat keruh, berujung pada pemecatan Hinata sebagai sekretaris BEM. Sasuke berasalan kinerja Hinata sekarang sangat buruk karena berani mengabaikan perintah ketua.

Omong kosong! Hinata ingat sekali saat itu dia menyimpan proposal perizinan satu minggu sebelumnya di meja Sasuke! Tapi Sasuke keras kepala, mengatakan tidak ada satu pun dokumen disana. Sadar tak ada yang mengalah, Hinata menawarkan diri untuk mencetak ulang proposalnya hari itu juga. Padahal batas waktu pembuatan proposalnya masih ada tapi Sasuke dengan egois menolaknya.

.

.

"Mungkin aku masih bisa terima jika kau selingkuh dengan si bajingan Gaara, tapi kau tak bisa mengabaikan tugasmu seenaknya! Ini fatal! Aku mencabut jabatan sekretarismu."

Shit! Hinata tak percaya ini! Sasuke bertindak tidak profesional! Baru saja Hinata akan protes, Sasuke langsung menambahkan "Perintah ketua adalah mutlak. Kau bisa pergi."

Saat itu Hinata jengkel, langsung bangkit dari kursinya. "Kau tak bisa-"

"Aku bisa. Baik, aku saja yang pergi kalau begitu. Bawa pergi barang-barangmu dari sini. Jangan lupa tutup pintunya."

Merasa diabaikan, Ia berbalik murka menatap tajam pada Sasuke tetapi Sasuke dengan dinginnya menambahkan "Aku berharap tak pernah melihatmu lagi." Dan melenggang pergi begitu saja.

Satu serangan terakhir dari Sasuke membuat Hinata terdiam. Hinata masih tak percaya dengan apa yang dilakukan Sasuke padanya. Ini bukan akhir! Dia tak terima Sasuke memecatnya.

.

Setelah itu di setiap kesempatan Gaara selalu meminta maaf padanya. Jujur saja, kejadian itu terjadi lima bulan yang lalu tapi Hinata baru mau bicara lagi padanya hari Senin, ketika Gaara mendesaknya untuk pergi bersama ke acara tersebut.

Meskipun dia hanya berucap "oke" tapi termasuk bicara, kan?

TING TONG

Hinata tersadar dari lamunannya. Ia bangkit berjalan menuju walk-in closetnya, memakai stiletto hitam kebanggaannya dan melangkah menuju pintu apartemen.

-o0o-

"15 menit lagi, apa bisa sampai tepat waktu?"

"Selamat malam Hinata. Kau cantik, tapi sekarang lebih cantik." Gaara terlihat maskulin dengan memakai kemeja putih dan rompi hitamnya. Celana bahannya sangat pas, menampilkan kaki panjangnya.

"Terimakasih. Tapi kau belum menjawab pertanyaanku," Hinata melipat tangannya dan mengeluh. "Sebenarnya aku mulai memikirkan untuk tak jadi pergi. Terlambat dan jadi pusat perhatian bukanlah kemauanku"

Ia terkekeh. "Oke-oke. Aku punya seribu satu cara agar kita sampai tepat waktu." Gaara dengan seyum menawannya mengulurkan tangan dan Hinata menyambutnya.

-o0o-

Saat berada di pintu masuk ballroom Hotel, pelayan disana memberikan segelas champagne dengan pita di bagian tangkai untuk setiap tamu undangan. Warna pitanya ada yang hitam, putih dan blaster.

Ruangan megah itu semakin meriah dengan adanya live music dan semua tamu undangan yang hadir. Di bagian tengah terdapat banyak kursi yang menghadap ke arah panggung. Berbagai macam kudapan tersaji disini. BEM angkatannya pasti berbangga hati setelah acara ini selesai. Ia jadi agak menyesal mengundurkan diri dari organisasi itu.

"Uhm ... Ga-Gaara, mengapa kita diperhatikan? Apa tampilanku aneh? Kita tidak terlambat kan?" Hinata berbisik pada Gaara yang ada disampingnya sambil terus menatap lurus kedepan.

"Kurasa mereka iri padamu. Kau yang paling memukau disini. Semakin sempurna saat melihatmu bersamaku."

Mendengar godaan Gaara, Hinata berdecak sebal dan memutar bola matanya. "Bagaimana bisa? Aku hanya tampil sederhana. Mereka lebih glamour dariku. Yah, walaupun glamour bukan kesukaanku juga sih."

Yang ditanya hanya mengedikkan bahu. "Sederhana dan memukau. Semua orang sadar akan potensimu."

"Ngawur." Hinata mendengus, berjalan mendahului Gaara dan duduk di bagian tengah bersama teman-temannya.

Seperti biasa acara dimulai dengan sambutan ketua BEM. Sasuke tampil karismatik dengan jas hitam yang pas melekat ditubuhnya. Dua kancing atas kemeja putihnya ia biarkan terbuka, sedikit menampilkan bagian dadanya. Sexy. Entah mengapa Hinata selalu terpesona dengan tampilan Sasuke.

"Tak ada yang lebih membahagiakan dari ini," Sasuke mengangkat gelas champagne nya, mengisyaratkan para hadirin agar berdiri. "Angkat gelasmu dan rayakan keberhasilan kita. Cheers!"

"Cheers!" Semua yang ada di ruangan ini bersorak gembira. Saat tanpa sadar Hinata mengalihkan pandangannya kedepan, alangkah terkejutnya ia ketika mendapati Sasuke sedang menatapnya. Kenyataan pahit selalu menghampiri ingatannya jika pandangan mereka bertemu, dan dia tak pernah suka dengan ini.

.

.

Esok harinya Hinata berjalan tergesa-gesa menuju ruang BEM. Membuka pintu dan langsung menuju ke tempat dimana Sasuke duduk. Dia memberikan proposal yang dicetak ulang sekaligus surat pengunduran dirinya.

"sudah kubilang kalau-"

"Aku tak mau namaku tercoreng hanya karena ketidak profesionalanmu."

Sasuke menatap semua orang yang ada disana, mengisyaratkan mereka semua untuk keluar dulu. Mereka sebenarnya ingin bertanya, tapi urung dan patuh terhadap perintah ketuanya. Setelah pintu ditutup, Hinata dan Sasuke kembali terlibat pertengkaran hebat, bahkan mereka saling berteriak satu sama lain.

.

Lamunannya buyar saat ia melihat Sasuke mengangkat gelas untuknya. Hinata mengerutkan keningnya, mengernyit tak suka dan mengalihkan pandangannya. Kentara sekali ia membenci pria itu.

Tak lama kemudian acara pun dimulai dengan Sakura dan Lee sebagai MC. "Jangan dulu disimpan gelasnya ya! Di bagian kakinya ada nomor undian lho!"

"Betul sekali. Copot dan simpan nomor undiannya. Kita punya berbagai macam hadiah yang menarik!" Lee menambahkan. Suara riuh penonton mulai terdengar.

"Daan ... bagi hadirin yang pita gelasnya berwarna blaster, silahkan maju kedepan. Kami hanya menyiapkan sepuluh pita, jangan ada yang mangkir ya!" Mereka tertawa dan mulai mengejek teman-temannya yang bernasib 'sial'.

Hmm. Blaster ya? Seingatnya tadi Gaara dapat pita yang seperti itu. Hinata menoleh ke sisi kanannya dan terkekeh mendapati Gaara yang mengumpat mengucap sumpah serapah sambil bangkit tak rela dari kursinya.

"Whoa! Ternyata Gaara Sabaku dapat gelas spesial juga, hm?" Sakura sukses memeriahkan suasana, membuat para tamu undangan tertawa mengejek pada Gaara. Tak salah jika selama ini para lelaki memujanya. Semua orang selalu memperhatikannya. Sakura Haruno berhasil membuktikan dirinya pantas menyandang predikat pertama wanita paling diinginkan untuk dijadikan pacar di Universitas Konohagakure.

Sakura Haruno. Disaat semua mulai tertawa melihat kekonyolan orang-orang yang ada di panggung, Hinata memejamkan mata. Kembali teringat bagaimana suksesnya wanita itu mengacaukan hidupnya.

.

.

Tiba-tiba seorang wanita berambut pink membuka pintu dan masuk. Ia mengabaikan tatapan tajam dari kedua orang dihadapannya. "Mengapa semua orang diluar menguping? Oh ya Sasuke, kau sudah menerima foto itu dariku?" Kemudian duduk dengan tenang dikursinya.

Hinata berujar ironi. "Ternyata sumber foto hoax itu adalah kau." Mengapa ia tidak memperhitungkan orang ini sebelumnya? Sakura Haruno adalah satu-satunya orang yang secara terang-terangan mengibarkan bendera perang padanya.

Dulu saat awal-awal ia berpacaran dengan Sasuke, Sakura mengancamnya dan berkata bahwa satu-satunya alasan dia bergabung dengan BEM adalah Sasuke dan ia akan menyingkirkan apapun yang menghalanginya untuk bisa bersama Sasuke, termasuk dirinya. Hinata sempat membicarakan ini dengan Sasuke namun Sasuke hanya menyuruhnya untuk mengabaikannya.

"Sakura, kau bisa menunggu diluar seperti yang lain."

"Lanjutkan saja, aku tak akan mengganggu." Sakura membalas perkataan Sasuke sambil melirik Hinata yang mukanya sudah merah menahan amarah.

"Seharusnya aku sudah menyadari ada yang aneh ketika Gaara bilang kau merekomendasikan aku untuk membantunya mempelajari ekonomi. Dari awal memang kau lah yang membuat semua kekacauan ini!"

.

Riuh sorak dan tepuk tangan sukses membawa kesadaran Hinata kembali.

"Wah wah ... tak kusangka Gaara Sabaku yang jadi pemenangnya!" Kemudian Lee menyerahkan hadiah berupa sebuah amplop panjang hitam berukuran kecil dengan corak emas menghiasinya.

"Hey Gaara, sebenarnya hadiah ini untuk cewek. Kau tak akan memakainya kan? Untukku saja kalau begitu." Kata Sakura.

"Aku sudah berniat memberikannya pada seseorang." Sakura memberenggut mendengarnya.

"Hee? Sakura-chan ditolak! Beritahu aku, siapa wanita beruntung yang mena–"

Hinata menoleh pada Tenten yang mengguncang-guncang tangannya. "Nee Hinata. Kurasa Gaara serius suka padamu tuh. Dari tadi melirikmu terus!"

"Apa? Tak mungkin. Tenten tak u–"

Tiba-tiba suara Gaara kembali terdengar. "Tentu saja wanita yang datang bersamaku malam ini."

"Tuh kan?" Sial! Apa-apaan si Sabaku itu? Kenapa cari-cari perhatian sih? Hinata kesal karena semua orang melirik penuh arti padanya, semakin kesal ketika Tenten terus-terusan menggodanya. Dia bersumpah akan memaki Gaara setelah ini.

-o0o-

Sakura bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri Hinata dengan mata yang penuh dengan kebencian. Hinata balas menatapnya tajam kembali berujar "sekarang aku jadi bertanya-tanya apa kau yang melenyapkan proposal–"

PLAK!

Hinata tak menyangka jika Sakura sampai berani menamparnya! Cukup, Hinata tak akan menahan diri lagi! Amarahnya semakin memuncak sampai-sampai ia tak merasakan betapa sakitnya ditampar oleh Sakura! Dia melayangkan tangannya untuk membalas Sakura, namun sebuah lengan menghalanginya.

"Kau bisa disanksi melakukan tindak kekerasan didalam Universitas."

Sasuke membelanya, huh? Sebenarnya siapa pacar Sasuke?! Rasanya seperti hilang harga diri. Hatinya sakit sampai-sampai ingin menangis. "Aku, Sasuke. AKU! Aku yang ditampar olehnya!" Ia sungguh kecewa pada Sasuke. Pria yang dicintainya bisa dengan sekejap berubah hanya karena kesalah pahaman.

Dengan sekuat tenaga menahan sesak di dada, Hinata berkata "Oke. Kalau begitu jangan buang proposalnya. Bagaimanapun aku membuatnya susah payah untuk BEM, dan kumohon terimalah surat pengunduran diriku, aku tak mau nama baikku tercoreng hanya karena ini..." Hinata menarik nafas, menahan air mata yang sedari tadi ingin keluar. "Mari selesaikan ini dengan profesionalitas, Kaichou."

Hinata tersenyum menatap Sasuke untuk yang terakhir kalinya. Perlahan ia melepaskan tangannya dan berbalik pergi. Memegang kenop pintu, Hinata kembali berbicara "Semua seperti yang kau inginkan, bukan?" Entah pada siapa. Keduanya memang menginginkan ini! Sakura berhasil menyingkirkannya dan Sasuke tak akan pernah melihatnya lagi. Mengingat itu pegangannya mengeras. Dia keluar dan membanting pintunya.

Satu hal yang Hinata dengar dari Ino setelah itu adalah Sasuke tiba-tiba kesetanan. Dia menendang kursi yang ada disekitarnya kemudian berterikak marah pada Sakura "KAU SENANG HAH?!" dan pintu pun kembali terbanting.

.

"Mengapa melamun?"

Hinata yang sedang duduk menatap kosong orang-orang yang menari, terkejut saat mendengar suara itu. Ia tentu tau siapa pemiliknya tanpa perlu menolehkan wajahnya. Dua tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk bersamanya, bukan?

"bukan urusanmu." Ia ingin pergi namun Sasuke menahan tangannya.

"Maaf."

Hinata mengerutkan keningnya. "Untuk?"

"Kau sama taunya denganku untuk apa maaf itu."

Hinata mendengus dan tersenyum sinis. "InilahSasukeUchiha. Angkuh seperti biasa. Tapi, yah ... aku memang sudah memaafkanmu."

"Segampang itukah?" Sasuke tampak terkejut, menatapnya curiga.

Tentu saja tidak, Baka! "Ya. Aku sudah melupakannya. Menyimpan kenangan pahit hanya akan merusak otakku."

Mata Sasuke semakin menyipit. "Kau bohong."

Menghela nafas tanda menyerah, Hinata hanya bisa berucap "Jangan memulai Sasuke." Ia benar-benar ingin pergi dari sana. Tapi ... yang terjadi adalah Sasuke menarik lengannya. Ia meronta, semakin berusaha melepaskan cengkramannya ketika ternyata Sasuke membawanya menemui Sakura.

"Sudah kubilang untuk meminta maaf padanya! Kenapa kau tak mendengarku?!" Sasuke membentak murka pada Sakura.

Sakura yang merasakan publik memperhatikannya mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. "Maksudmu apa Sa–"

"Jelas sekali aku melihat proposal itu di apartemenmu! Kau masih belum mau mengaku, hm?" Sakura melirik orang-orang dengan gelisah. Orang-orang semakin menaruh perhatian dan curi dengar apa yang sebenarnya terjadi. Suara bisik-bisik semakin terdengar jelas saat ini.

Ternyata memang benar Sakura yang dulu mengambil proposalnya. Hinata sudah pernah bilang kan? Wanita ini adalah masalah. Jujur saja, Hinata yang dulu mungkin akan senang jika dibela oleh Sasuke seperti ini. "Sudahlah Sasuke. Semua orang memperhatikan kita." Namun sungguh, Hinata hanya ingin pergi saat ini.

Sasuke tidak menggubris perkataan Hinata. Dia terus memaki Sakura tanpa henti. Hinata mulai kesal. "Sasuke."

"...kau harusnya tau diri–"

"Sasu–"

"–semua orang sibuk dengan tugasnya masing-masing, tapi kau? Main-main dengan menyembunyi–"

"Sas..."

"Beruntung sekali nasibmu! Aku tak langsung melapor–"

PLAK!

"CUKUP, OKE?!"

Hinata memang belum pernah merasakan dipermalukan di depan umum secara langsung, tapi melihat keadaan Sakura saat ini sungguh sangat membuatnya prihatin. Bagaimanapun ia dan Sakura adalah teman satu organisasi sebelum Sasuke menyatakan cinta padanya.

Semua yang melihat tontonan gratis ini termangu. Mungkin mereka tak menyangka karena pihak yang dibela malah menampar yang membela. Sadar akan suasana ini, Hinata pergi membelah kerumunan.

-o0o-

Hinata sangat ingin melarikan diri, menjernihkan otaknya di atap hotel ini namun sialnya ketika menunggu di depan lift, Hinata dihadapkan dengan masalah yang lain.

Gaara.

"Kau oke?"

Tidak. "Ya."

"'Hinata ada ap–"

"Gaara, plis. Hentikan. Aku hanya ingin sendiri, oke?"

Suara denting lift membuat Gaara menelan kata yang akan keluar dari mulutnya. Ketika pintu lift terbuka, Hinata langsung masuk. "Jangan ikuti aku. Kau bisa pulang duluan."

.

.

Pikiran Hinata hanya tertuju pada Gaara. Melihat Gaara di ujung koridor, ia langsung menghampirinya sambil merencanakan sesuatu di otak encernya.

"Pinjam iPhone mu." Orang bilang mata bisa membuktikan kejujuran, tapi sekarang akan lebih akurat jika membuktikan langsung melalui handphone-nya. Hm ... apa iya?

Tadinya Gaara ingin bertanya mengapa wajah Hinata sudah kusut dipagi hari, tapi ia hanya menanyakan untuk apa.

"Minta sms."

Gaara tak menjawabnya. Lama-lama Hinata jadi heran, mengapa Gaara diam saja? Apakah Gaara tak mau meminjamkannya? Pasti ada sesuatu! Hinata yakin itu. Mungkin saat ini Hinata harus membenarkan pepatah konyol itu.

"kau habis pulsa ya? Ayo kubelikan."

"Eh? Tak usah. Hanya satu kali sms saja. Memang apa salahnya sih meminta sms kepadamu? Menyembunyikan sesuatu ya?"

Terdiam cukup lama, Gaara pun memberikannya. Setelah membuka kotak pesan, matanya langsung menangkap sebuah nama. Tanpa pikir panjang Hinata membuka percakapannya.

Sakura – Dekati Hinata ya?

Gaara – Huh? Untuk?

Sakura – Gezz lakukan saja. Kau biasa melakukan ini kan?

Gaara – Hmm. Apa keuntunganku?

Sakura – Kau memilikinya, mungkin? Itupun kalau kau bisa. Ha-ha.

Gaara – kau tau apa yang aku mau.

Sakura – Lihat dulu kinerjamu, bagus atau tidak.

Gaara – Tsk. Tak perlu meragukanku. Satu ciuman. Ya atau tidak?

Sakura – ZZZZ ... DEAL!

"Mendekatiku untuk satu ciuman, huh?" Hinata berujar sarkastik. Pantas saja selama ini hanya Hinata yang mati-matian membantah gosip itu. Ternyata Gaara ikut andil!

Gaara langsung merebut handphone nya. "Kau membuka sms-ku?!"

"Dari awal aku bertanya-tanya mengapa? IQ-mu setara dengan Sasuke yang berarti diatasku, tapi anehnya meminta bantuanku. Cih, aku memang bodoh membiarkanmu memasuki kehidupanku begitu saja."

"Kau membuka privasiku, Hinata. PRIVASI!"

"Dan kau mengacaukan hidupku." Hinata langsung berbalik pergi, namun Gaara menahan secepat mungkin, Hinata menyentakkan tangannya dan berkata "Adil bukan? Jangan menemuiku lagi" dan melanjutkan langkahnya.

.

Hinata berpikir keras. Siapa yang harus disalahkan? Sasuke? Dia memang salah tapi Hinata-lah yang membuat kepercayaannya menghilang. Gaara? Oke, tapi salah Hinata juga karena diam saja saat dia masuk dalam kehidupannya. Sakura? Wanita itu sudah memperingatkannya dari awal, Hinata lah yang kecolongan.

Pada akhirnya ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.

-o0o-

Suara langkah kaki terdengar ketika Hinata sedang terdiam memandang jalanan ramai dibawah sana. Hinata menoleh sebentar untuk mengetahui siapa yang datang menghampirinya. "Aku tak menerima tamu."

"Kita harus bicara." Sasuke berdiri di sampingnya. Hinata tau Sasuke sedang menatapnya, mencoba meluruskan sebuah kesalah pahaman sepele yang berujung buntu. Untuk sebuah kepastian.

"Oke." Hinata menghela nafas frustasi. "Ada masalah sialan apalagi sehingga kau repot-repot datang kesini?"

Manik hitam Sasuke berkilat marah karena perkataan Hinata, namun dia hanya berkata "Aku minta maaf." To the point.

"Dimaafkan. Sekarang pergilah."

"Aku serius Hinata, jangan menguji kesabaranku."

Hinata heran, harusnya dia yang marah karena Sasuke mengusik ketenangannya, tapi mengapa jadi Sasuke yang uring-uringan?! "Aku sama seriusnya denganmu. Baiklah, aku yang pergi sa–"

"Aku tau ini terlambat dan aku juga tau aku tak lebih baik dari lelaki tolol manapun diluar sana. Tapi sejak hari itu, rasa bersalahku padamu semakin membesar seiring berjalannya waktu, jadi kumohon maafkanlah aku, aku ingin kita memulai dari awal."

Tanpa disadari Hinata tersenyum lembut. Kenangannya bersama pria ini tidaklah sedikit, namun ini adalah kali pertama Sasuke berbicara panjang lebar dihadapannya. Mungkin Sasuke bersungguh-sungguh meminta maaf padanya. Mungkin inilah saatnya...

"Kau tau? Aku sangat menyukaimu sehingga aku selalu memberimu maaf ketika kau melukaiku, walau kau tak meminta." Sasuke tertegun. Rasanya dia mengalami deja vu saat lengan Hinata mulai menyentuh wajahnya.

"Aku sangat menyayangimu sehingga aku merasa sebagian jiwaku mati, saat kau tak pernah menghubungiku lagi." Tatapan itu ... seakan menyihir Sasuke untuk bungkam. Dia ingat, dia memang pernah mengalami ini saat Hinata mulai memeluk tubuhnya yang dingin.

Sasuke merasakannya. Ketika jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, ketika aliran darahnya mengalir lebih deras, ketika perutnya mulas bagai ribuan kupu-kupu berputar didalamnya. Ya, dia ingat. Saat pernyataan cinta keluar dari mulutnya, dua tahun lalu, untuk wanita ini.

"Dan aku sangat mencintaimu ..." Sasuke memejamkan matanya, menikmati perasaan ini lagi. "... sehingga kupikir kita harus mereset hubungan kita." Meresapi aroma tubuh Sasuke sebanyak mungkin, Hinata berbisik, "Kau yang terbaik untukku Sasuke."

Membuka kelopak mata, Sasuke memberanikan diri untuk berkata. "Jadi, apakah kita ... "

"Kau mendengarku, Sasuke. Aku tak akan mengulanginya." Kemudian Hinata melepas pelukannya. Sasuke tak mengerti, mengerutkan keningnya dan menatap Hinata dalam diam. Seolah bertanya apa yang dimaksud olehnya.

"Aku ingin keluar dari lingkaran ini." Hinata mendongak menatap langsung mata Sasuke, kemudian tersenyum palsu. "Maka aku harus bergerak maju, mereset ulang hidupku. Menghapus hubungan kita."

Sasuke membeku. Dia tak pernah tau isi kepala wanita ini. Hanya Hinata, satu-satunya wanita yang bisa menjungkir balikkan emosinya. Hidupnya. Tubuhnya bergetar menahan emosi. Sasuke akan meledak, memprotes semua perkataan sialan Hinata, tetapi ...

"hubungan kita sudah tak bisa diperbaiki. Biarkan apa yang terjadi di masa lalu menjadi saksi bisu betapa aku sangat mencintaimu. Ini takdir Sasuke, terimalah."

Hening. Tak ada yang mengucapkan satu katapun sampai dering sms dari Handphone Hinata terdengar. "Aku harus pergi. Terimakasih telah menjadi bagian dari masa laluku." Mengecup pipi Sasuke, kemudian pergi.

Apa ini sebuah akhir?

.

.

.

Kau salah. Kau hanya marah dan membawa hatiku pergi bersamamu, untuk menghukumku.

.

.

.

She is leaving

And I can't do anything

Love is leaving

Like a fool, I'm blankly standing here

.

I'm looking at her, getting farther away

She becomes a small dot and then disappears

(If You – BigBang (English translation))

.

.

.

Kenyataannya, dia masih berputar di lingkaran yang sama.

.

.

Review?

Your always made my day ^^