~,~
Fangirlie's Fanfiction :
Rainy Weather as Background (cut version)
(Rainz Member : Seongri, Wontak, Kiwon, Daehyeon, Eunki, Hyunmin, Sunghyuk)
~,~
{'C2K' Seongri & 'MMO' Jinwoo}
Seongri meraih ponselnya untuk melihat nama kontak yang dia miliki, hanya melakukan scroll dan membaca setiap nama kontak hingga pandangannya menemukan kontak asing yang jarang dihubunginya. Kontak dari rekan kelompoknya untuk pertunjukan Kampus sekitar satu bulan yang lalu, Seongri tidak lagi menghubunginya setelah mereka melakukan pertunjukan karena tumpukan kegiatan juga tidak begitu dekat hingga memiliki tema menyenangkan untuk dibicarakan.
Jari Seongri menekan kontak tersebut, melakukan panggilan keluar pada pemilik kontak yang tidak akrab dengannya. Telinganya mendengar nada sambung berulang yang membosankan hingga dia pikir orang itu tidak akan menerima panggilannya . . .
("Halo") Jinwoo membuka suara dengan serak dari seberang, menandakan kalau dirinya sudah berlabuh di Pulau Impian sebelum Seongri menghubunginya
"Halo, Jinwoo-gun. Suaramu kedengaran serak, apa kondisimu sedang buruk?" Seongri berpura bodoh, tangannya memukul kepala bagian samping setelah menyadari pertanyaannya begitu bodoh
("Tidak, tenggorokanku hanya kering karena baru bangun tidur") Bayangan Jinwoo yang menerima panggilan dengan mata lengket membuat Seongri tersenyum kecil, meminta maaf dalam hati karena dia mengganggu waktu istirahat orang yang tidak akrab dengannya
"Aku minta maaf, karena aku sudah mengganggu tidurmu. Jadi, kondisi tubuhmu baik saja?" Tangan Seongri memijat pangkal hidungnya, tidak mengerti kenapa dia hanya bisa memikirkan pembicaraan canggung seperti yang dilontarkannya
("Iya, kabarku baik saja. Kau sendiri baik saja, Seongri-gun?" Pandangan Jinwoo membuka untuk membaca nama penelpon dengan payah, kembali merapat setelah dia berhasil membacanya)
"Kabarku juga baik saja, selain rasa pening karena tugas yang diberikan Dosen tanpa pengertian" Lelucon Seongri tidak buruk, menjadi lucu karena seharusnya Jinwoo pun mengerti dan merasakan 'penderitaan' yang sama dengannya
("Oh" Jinwoo merespon singkat sebelum tangannya meraih gelas pada meja sisi tempat tidur, membasahi tenggorokannya yang terasa begitu kering)
" . . . " Batin Seongri sibuk merutuki mengapa dirinya sendiri yang menghubungi Jinwoo di larut malam tanpa urusan penting, hanya mencari kesibukan –atau teman bicara– karena insomnia kembali menyerangnya pada malam ini
(" . . . " Rintikan hujan memainkan irama pada jendela Jinwoo, sementara kondisi gerimis membuat suasana terkesan sejuk dan menenangkan. Kelopak mata Jinwoo kembali merapat, menikmati melodi di sekitarnya seperti lagu pengantar tidur)
" . . . " Telinga Seongri mendengar suara gerimis dari tempat Jinwoo dengan samar, berpikir kalau Pemuda Joo itu sudah kembali melabuhkan diri pada Pulau Impian karena suasana begitu mendukung
("Apa yang kau pikirkan sampai masih terjaga di waktu selarut ini?") Seongri hampir melempar ponselnya karena tidak menduga Jinwoo masih terbangun, bahkan melontar pertanyaan dengan suara normal padanya
("Hei, kau masih disana kan?" Punggung Jinwoo bersandar pada bagian tempat tidur, memastikan dirinya terjaga untuk mendengarkan perkataan Seongri)
"Iya, aku masih disini" Jawaban Seongri dilontarkan dengan ekspresi tersenyum di wajah, tidak menyesali gerakan tidak terencananya untuk menghubungi Jinwoo.
.
{'2BLE' Wontak & 'I ONE' Yeonguk}
Permainan seru yang dilakukan Wontak bersama temannya harus dijeda karena panggilan masuk di ponselnya, menemukan nama kontak 'Kim Yeon Guk' tertulis di layar sebagai orang yang menghubungi. Wontak memberi isyarat pada teman-temannya untuk melanjutkan permainan selagi dirinya pergi karena memiliki urusan lain, tidak melarang mereka mengambil camilan selama tidak mengubah ruang apartemennya menjadi 'kapal pecah' saat dia tidak mengawasi mereka.
Tangan Wontak menekan beberapa kombinasi angka dari pintu ruang apartemen di sebelahnya, menekan saklar lampu untuk memudahkan dirinya mencari sosok tetangga sebelah rumah sekaligus orang yang menghubunginya beberapa saat lalu . . .
"Kau ini, Hyung" Decakan sebal meluncur dari sela bibir Wontak, saat dia menemukan Yeonguk yang bersembunyi di bawah meja makan. Gemuruh hujan membuat Yeonguk merapatkan tangannya pada telinga sebelum dia memberi balasan atau sekedar melempar sapaan pada Wontak, tidak direspon Wontak dengan kernyit bingung atau ekspresi sebal karena merasa terabaikan
"Hai, Wontak-ah" Keadaan yang dirasa aman membuat Yeonguk menjauhkan tangannya dengan ragu dari telinganya, melempar sapaan pada Wontak yang membalasnya dengan anggukan kecil
"Aku sudah berada disini, jangan mengkhawatirkan apapun lagi" Wontak mendudukkan diri pada bangku makan yang bergeser dari posisi sebelumnya, melihat gelas tinggi terisi penuh di meja
"Kau hanya bangun untuk minum, pada awalnya?" Kepala Wontak merunduk, mencari eksistensi Yeonguk yang masih bertahan di bawah meja
"Tepatnya, aku ingin minum sebelum berangkat tidur" Jam dinding pada sisi ruangan menunjukkan pukul sebelas malam, membuat Wontak mempertanyakan apakah kehidupan kuliah Yeonguk memang sesibuk itu hingga baru pulang menjelang larut malam
"Aku pikir, aku menginjak sesuatu sebelum menyalakan saklar. Kau tidak membiarkan barangmu berantakan kan, Yeonguk-Hyung?" Pertanyaan Wontak tidak mendapat balasan dari Yeonguk yang kembali merapatkan mulutnya dan menutup telinga karena gemuruh hujan yang keras, gerakan kepala Yeonguk menggeleng untuk membalas pertanyaan Wontak pada akhirnya
"Paling tidak, aku melemparkan barangku ke bangku karena posisi dekat pintu masuk terlalu rawan diinjak" Kalimat menjawab Yeonguk terdengar tidak lama setelah gerakan menggeleng yang sebenar nya sudah cukup
"Oh" Respon singkat dengan gerakan mengangkat bahu dari Wontak menandakan dia tidak begitu mempedulikannya, mengulurkan tangan untuk membantu Yeonguk keluar dari bawah meja makan
"Apakah aku merepotkan dengan menghubungimu di larut malam seperti ini?" Yeonguk melontarkan pertanyaan setelah berhasil keluar dari bawah meja makan
"Kau yakin, itu adalah pertanyaan, Yeonguk-Hyung?" Wontak melontarkan candaan yang mendapat balasan decak sebal dari Yeonguk
"Jadi, kau memang berpikir . . . " Pertanyaan Yeonguk tidak terselesaikan karena gemuruh hujan, membuat Wontak menutupkan dua telinga si yang lebih dewasa menggunakan tangannya
"Tidak, aku tidak berpikir kau merepotkan" Bohong kalau Wontak mengatakan dia tidak repot karena Yeonguk, tapi dia terlalu menyukai berbagai momen kecil bersama Yeonguk untuk merasa direpotkan.
.
{'Individual' Sangbin & '2Y' Kiwon}
Lirikan mata Kiwon mengarah pada bagian langit dari Gudang, mendengar ributnya air hujan yang membentur atap gedung. Pandangannya melurus pada pintu yang tertutup, tidak lagi membuka setelah dia memasuki gudang karena permintaan murid junior untuk mencarikan barangnya. Ada murid lain yang terkurung di Gudang bersama Kiwon, murid setingkat namun tidak akrab dengannya membuat Kiwon meragukan 'teman bicara' adalah hal yang dibutuhkannya pada situasi ini.
Benturan hujan membentur atap gudang dengan intensitas tinggi, ratusan –atau mungkin juga ribuan– tetesan langit menimbulkan gemuruh berisik yang tidak menyenangkan dan tidak menenangkan sama sekali. Pandangan Kiwon mengarah pada pintu yang belum menunjukkan tanda ingin terbuka . . .
"Paman Sungwoo biasanya memeriksa pintu gudang pada pukul lima sore" Jam karet di pergelangan tangan Kiwon menunjukkan empat menit lagi adalah tepat pukul lima sore, membuat Kiwon menyangsikan perkataan Sangbin yang membuka suara di sebelahnya
"Hujan deras seperti ini, apa mungkin Paman Sungwoo memeriksa gudang?" Kiwon melontarkan pemikirannya, mendengar hujan masih menimbulkan suara keras di luar ruangan
"Ah, benar" Balasan dari Sangbin membuat Kiwon menghela nafas panjang, memikirkan kemungkinan dirinya terjebak hingga entah kapan bersama Sangbin. Suara hujan yang biasa dianggap menenangkan oleh orang lain tidak membuat Kiwon merasa lebih baik
'Srek' Tangan Sangbin meraih bungkus rokok di saku seragamnya, tidak mendapat keheranan dari Kiwon yang mendengar rumor Sangbin sebagai 'murid nakal yang sering memasuki ruang Bimbingan Konseling'
" . . . " Pandangan Kiwon menemukan lirikan Sangbin mengarah padanya, tidak membuka suara untuk pertanyaan basi atau apapun itu. Sangbin kembali menyimpan bungkus rokok pada saku seragamnya tanpa mengatakan apapun
"Kenapa?" Kiwon merasa lega karena dia tidak perlu mengalami gangguan pernafasan akibat asap rokok, tapi dia tidak menemukan alasan Sangbin mengurungkan keinginan merokoknya
"Aku tidak ingin kesulitan mengurusimu, kalau gangguan pernafasanmu kambuh" Sangbin membalas dengan nada acuh, mendapat ekspresi terkejut sebagai respon dari Kiwon
"Bagaimana kau mengetahuinya?" Pertanyaan Kiwon membuatnya menerima pandangan datar dari Pemuda Kim di sebelahnya
"Pada kelas musim panas, kita berada dalam satu kelompok dan tidak mengikuti acara bebas yang dilakukan oleh para murid" Memori Kiwon mengingat kelompok empat orang yang ditentukan oleh para guru, hanya mengingat Jungjung sebagai teman satu kelompoknya yang menemani dirinya di tenda karena tidak tahan dengan asap hasil membakar makanan dari murid lainnya
"Maaf, aku tidak mengingatmu sebagai teman satu kelompokku" Harusnya mereka memiliki momen sebagai teman satu kelompok, tapi Kiwon kesulitan menemukan karena dia tidak berminat mengikuti kelas musim panas sedari awal
"Eung, bukan masalah" Kiwon tahu dia buruk dalam menilai pribadi orang lain, tapi dia sungguh berpikir Sangbin bukan orang yang berbahaya saat Pemuda Kim itu melengkungkan senyuman.
.
{'OUI' Donghan & 'OUI' Daehyeon}
Daehyeon pikir rasa lelah mengurusi keponakan kecilnya yang aktif bisa membuatnya beristirahat penuh malam ini, terbangun di tengah malam akibat mimpi buruk dan melonjak terkejut karena gemuruh hujan. Suasana kamar yang gelap tidak membuat Daehyeon merasa lebih baik, mengubah posisinya untuk beranjak dari kamar tidur miliknya dan mencari teman tinggalnya yang lain. Langkah Daehyeon berhenti karena mengingat dua temannya biasa memiliki kesibukan.
Tepukan spontan di bahu membuat Daehyeon merapatkan mulutnya, menahan teriakan terkejut yang tidak keren sama sekali, dan mendudukkan diri di lantai. Biasan cahaya dari kilat petir membuat Daehyeon menyadari si penepuk adalah satu teman tinggalnya . . .
"Aku mengejutkanmu sepertinya, Daehyeonie-Hyung" Donghan melontarkan kekehan saat Daehyeon memukul kakinya dengan kekuatan sedang, membuat Daehyeon berpikir apa dirinya terlihat konyol karena menahan teriakannya namun kemudian terduduk di lantai
"Tentu saja" Balas Daehyeon seraya mengangkat tangannya, secara tidak langsung meminta tolong pada Pemuda Kim di depannya untuk membantunya berdiri
"Mimpi buruk lagi, Hyung?" Tangan Donghan beralih memegang kening Daehyeon yang mengeluarkan keringat dingin, setelah dia membantu Daehyeon berdiri
"Iya" Singkat, Daehyeon bahkan tidak menjawabnya dengan dua patahan kata
"Pikiranmu terlalu penuh atau sering menyimpan hal buruk sendiri, seharusnya kau bisa bercerita padaku atau Sungwookie-Hyung" Hanya hening yang membalas perkataan Donghan. Daehyeon biasa mendengarkan keluhan Sungwook –teman yang lebih tua darinya– juga rengekan Donghan –teman yang lebih muda darinya–, tapi dia tidak biasa menceritakan masalahnya terhadap orang lain
"Itu sulit" Pada akhirnya, Daehyeon hanya memberi jawaban singkat lainnya pada Donghan, paling tidak memberi lebih dari dua patah kata
"Baiklah, aku tidak ingin memaksa" Lampu ruangan yang tidak menyala membatasi penglihatan Daehyeon dan pandangannya mengabur karena dia meninggalkan kacamata miliknya di kamar, tapi Daehyeon hampir seratus persen yakin kalau Donghan tengah menatapnya
"Kenapa kau melihatku seperti itu?" Daehyeon tidak tahu bagaimana tepatnya Donghan menatap dirinya, tapi wajahnya menjadi panas hanya dengan membayangkan Donghan menatap dirinya
"Me, memang, memangnya aku menatapmu seperti apa?" Rasa terkejut Daehyeon memiliki dua alasan, cara bicara Donghan yang gugup seperti orang tertangkap basah juga lampu listrik yang menyala tanpa peringatan
"Ah, listriknya menyala" Tubuh Daehyeon memunggungi Donghan untuk menunjuk lampu ruang tengah yang menyala, pengalihan tingkat rendah agar Donghan tidak menyadari juga berfokus pada rona kemerahan di wajahnya
"Benar, jadi Daehyeonie-Hyung ingin tidur bersamaku atau tidur sendiri?" Daehyeon tidak biasa menceritakan masalahnya pada dua temannya, tapi Donghan sering menyediakan tempat di sisinya agar Daehyeon bisa menggunakannya
"ayo tidur, Donghanie" Langkah Daehyeon pada Kamar Donghan untuk memberi jawaban tidak langsung, memposisikan dirinya menyamping di kasur Donghan dan membiarkan Donghan menjadikan dirinya sebagai guling
"Selamat malam, Daehyeonie-Hyung" Posisi Daehyeon lebih rendah dari Donghan, membuatnya mendengar dengkuran halus tidak berapa lama setelah Donghan mengucap 'selamat malam'. Suara dengkuran halus Donghan juga rintikan hujan di luar membuat mata Daehyeon terasa berat
"Tidur nyenyak, Donghanie" Setidaknya, malam ini Daehyeon memiliki orang yang menepuk bahunya, membantu dirinya saat dia jatuh, merasa khawatir padanya, juga merengkuh seperti tidak membiar kannya pergi. Kalaupun mimpi buruknya terjadi, setidaknya itu bukan malam ini.
.
{'GON' Eunki & 'Yuehwa' Jungjung}
Kain yang membingkai jendela disibak oleh Eunki setelah dia menyelesaikan kegiatan belajar bersama sang senior, Eunki menghembuskan nafas dengan lega karena dia sudah mengangkat jemuran miliknya sebelum melakukan kegiatan belajar. Jungjung menggumam dengan bahasa asal di belakang Eunki, ekspresi sendunya yang terlihat samar di jendela membuat Eunki berpikir kalau apa yang dipikirkan oleh sang senior tentu bukan hal menyenangkan.
Jungjung hanya berdiri canggung di sebelah Eunki, yang belum beranjak dari sisi jendela, bukan hal biasa. Eunki mengingat kalau biasanya Jungjung langsung menuju rak sepatu dan menggunakan alas kakinya, memuji Eunki yang mengerjakan tugas dengan baik sebelum berlalu untuk pulang . . .
"Kau tidak bisa pulang karena hujan sedang deras, Hyung?" Tebakan Eunki mendapat anggukan membenarkan dari Jungjung, masih memasang ekspresi sendu yang terlihat lucu menurut Eunki
"Aku bisa langsung pulang, kalau kau memiliki payung yang bisa kugunakan" Perkataan Jungjung membuat Eunki memasang ekspresi mengingat
"Payungku ada tiga, sebenarnya. Payung pertama hilang saat aku berada di Kampus, payung kedua dipinjam oleh tetangga di ruang apartemen sebelah, dan payung ketiga sudah lama tidak digunakan sehingga sulit dibuka secara sempurna" Ujar Eunki, Jungjung membulatkan mulut dan menganggukkan kepala sebagai tanda mengerti
"Kalau begitu, aku . . . boleh aku menunggu hujan reda disini?" Pertanyaan ragu Jungjung dibalas anggukan yakin dari Eunki, si Hong menggigit pipi bagian dalam untuk menahan senyumannya agar tidak menjadi terlalu lebar
"Tentu, aku memiliki beberapa film yang baru diunduh dan belum menontonnya. Maksudku, kalau Hyung ingin, kita bisa menunggu hujan reda dengan menonton film" Kepala Jungjung mengangguk untuk menyetujui usulan Eunki, mendudukkan diri di sebelah Eunki yang menaruh laptop pada meja
"Zootopia" Eunki mendengar Jungjung yang menggumam untuk membaca judul film, tidak melihat ekspresi geli di wajah Pemuda Zhu itu saat dia mencuri lirikan padanya
"The Secret Life of Pets"
"Kung Fu Panda 3"
"Finding Dory"
"Fifty Shades of Grey"
Manik Eunki melebar saat mendengar judul terakhir yang disebutkan oleh Jungjung, menghadapkan tubuhnya untuk berhadapan dengan Jungjung yang memandang bingung terhadapnya
"Hyung tidak melihat judul film seperti itu di laptopku, mengerti?" Kata Eunki yang membuat Jungjung mengernyit bingung
"Film seperti itu, maksudmu seperti apa?" Bingung Jungjung yang membuat Eunki mengibaskan tangan seperti mengatakan kalau yang dia katakan sebelumnya tidaklah penting
"Kita akan menonton Baby Boss saja, Jungjung-Hyung setuju?" Jungjung mengangkat bahunya seperti mengatakan kalau itu bukanlah masalah, lagipula dia tidak mengetahui kebanyakan film yang disimpan Eunki dalam laptopnya
"Aku setuju saja, itu kedengaran lucu" Perkataan yang dilontar Jungjung dengan polos, hanya dibalas senyuman Eunki yang bersyukur karena Jungjung tidak lagi menanyakan film sebelumnya, menjadi ungkapan syukur kedua setelah hujan menghalangi keinginan Jungjung untuk pulang.
.
{'K-Tigers' Hyunmin & 'Cre Ker' Haknyeon}
Seragam sekolah Hyunmin diletak sembarang pada sisi tempat tidur miliknya di kamar asrama, begitu juga atribut sekolah lainnya yang dirasa mengganggu dan membuat tubuhnya merasa gerah. Hyunmin menuangkan air panas untuk mi mangkuk instan sebelum mencari pakaian ganti di lemari, hanya menghabiskan sepuluh menit untuk mandi dan meraih mi instannya yang siap makan. Langkah di belakangnya membuat Hyunmin menoleh, menemukan cengiran bodoh dari teman sekamarnya.
Haknyeon mendudukkan diri di sebelah Hyunmin dan mengambil mi instan Hyunmin tanpa seijin dari sang pemilik, berpura tidak tahu dengan pandangan sebal yang diarahkan Hyunmin. Posisi duduk yang berdekatan dengan jendela membuat keduanya menoleh saat rintikan hujan membentur kaca . . .
"Makanan panas dan berkuah sangat cocok dengan cuaca ini, mi instan milikku dengan hujan gerimis ini paduan yang sempurna" Hyunmin menekan bagian 'milikku' yang direspon Haknyeon dengan melirik acuh, tebal wajah untuk menyadari sindiran Hyunmin untuknya
"Iya, kau sangat pandai membaca cuaca" Respon Haknyeon selagi mendorong mi instan Hyunmin ke depan sang pemilik
"Kupikir begitu. Mungkin aku bisa menjadi pembawa berita cuaca atau melatih kemampuan pawang hujan, kalau kelompok kami tidak berhasil" Hyunmin mengujar dengan mudah, tidak melihat ekspresi sebal Haknyeon di sebelahnya
"Kau yang mengatakan, kalau kau menerus berlatih dan melakukan yang terbaik, hasil tidak mungkin mengkhianatimu" Pertanyaan Haknyeon mendapat anggukan terkesan basi dari Hyunmin
"Iya, aku mengerti. Rasanya melelahkan untuk membicarakan kegiatan sekolah, ayo membicarakan rencanamu di hari libur" Hyunmin tidak mendengar jawaban dari Haknyeon, berpikir kalau Haknyeon sedang melakukan aksi ngambek dan enggan menjawab pertanyaannya. Pemuda marga Byun itu tidak mempedulikannya dan memilih untuk memakan mi instan miliknya
'Buk! Buk! Buk!' Pukulan keras di bahunya membuat Hyunmin tersedak
"Hei! Apa yang kau lakukan?!" Hyunmin yakin dia mengeluarkan suara dengan keras, tapi dia tidak merasa ada suara yang melewati pendengarannya
"Kau mendengarku kan, Bodoh. Hei, Bodoh" Gerakan bibir Haknyeon terbaca oleh Hyunmin, meski dia belum menangkap apapun dengan pendengarannya. Kalau telinganya kembali mendengar, Hyunmin yakin teriakan Haknyeon akan begitu keras dan terkesan mengganggunya
"Jangan berteriak dan memanggilku dengan sebutan Bodoh, Bodoh" Perasaan lega mengisi dada Hyunmin karena ekspresi cemas meninggalkan wajah Haknyeon, beralih memasang ekspresi sebal dan memukul lengan Hyunmin dengan keras
"Aku pikir benturan dari pertandingan pekan lalu membuat syarafmu terganggu" Hyunmin memindah pandangan antara bibir Haknyeon dan tangan Pemuda Jeju itu yang ingin mengambil mi instan miliknya
"Dasar, aku ini tidak lemah" Tidak membesarkan topik Haknyeon mengambil mi instannya, Hyunmin menaruh fokus pada air hujan yang membentuk aliran di kaca. Suara hujan selalu menenangkan, tapi Hyunmin merasakan lega lebih dari biasa saat telinganya menangkap suara hujan dan senandung Haknyeon di sebelahnya.
.
{'WH Creative' Sunghyuk & 'RBW' Dongmyeong}
Lonceng di sisi pintu berbunyi seperti mengingat Sunghyuk untuk membersihkan meja yang baru ditinggalkan oleh si pengunjung kedai, tidak ingin mendapat protes dari pengunjung lain yang merasa tidak nyaman dengan meja kotor atau omelan dari Ibunya karena dia tidak melakukan tugasnya dengan benar. Tugas menjaga kedai makanan bukan hal berat menurut Sunghyuk selama dirinya tidak mendapat perintah memegang alat dapur, dan untung saja Ibunya tidak memiliki niat untuk membakar kedai makanan miliknya sendiri.
Jendela di beberapa sisi kedai menghantar udara dingin malam ini yang berbanding lurus dengan cuaca panas siang tadi, sementara Sunghyuk masih memikirkan alasan orangtuanya memasang lonceng di pintu dan membiarkan jendela separuh terbuka . . .
'Tring! Triling!' Kebisingan lonceng memberi tanda bahwa seseorang baru membukanya, entah untuk keluar atau memasuki kedai
"Dongmyeong?" Alis Sunghyuk menaut tanda bingung saat dia menemukan teman sekelasnya, lebih karena dia mengingat rumah Dongmyeong tidak berdekatan dengan kedai makanan sekaligus rumahnya
"Sunghyuk!" Rambut dengan warna mencolok milik Dongmyeong bergerak sesuai langkah antusiasnya mendekati Sunghyuk, langkah Sunghyuk memutari meja karena risih dengan tatapan terlampau antusias Dongmyeong
"Kenapa kau berada disini? Apakah kita memiliki tugas kelompok?" Sejauh ingatan Sunghyuk, mereka bukan teman dekat yang bisa melakukan kunjungan kejutan pada satu sama lain
"Tidak, aku hanya sedang berjalan di sekitar sini" Dongmyeong dikenal sebagai orang yang baik, tapi Sunghyuk tidak tahu sepolos apa Dongmyeong hingga teknik berbohong nya begitu payah
"Oh. Duduklah di meja yang masih kosong" Sunghyuk pikir kebohongan Dongmyeong bukan sesuatu yang harus dia pedulikan, jadi Sunghyuk melanjut pekerjaannya seperti biasa
"Boleh aku duduk di dekat jendela?" Tanya Dongmyeong mendapat anggukan singkat dari Sunghyuk, tidak menoleh untuk melihat Pemuda Son itu menempati bangku dengan nyaman. Sunghyuk menyimpan bekas peralatan makan di tempat cuci piring, membiarkan orang lain mengurusnya sementara dia kembali ke ruang utama
"Kau ingin memesan?" Sunghyuk berdiri di sebelah bangku Dongmyeong, mengaburkan lamunannya yang entah mengenai apa
"Aku akan memikirkannya" Dongmyeong mengujar dengan senyuman, tangannya memberi isyarat agar Sunghyuk menempati bangku di hadapannya
"Kau melamunkan apa?" Memilih menuruti isyarat Dongmyeong, Sunghyuk menduduk kan diri pada bangku di depan Dongmyeong
"Entah" Nada riang yang digunakan Dongmyeong terkesan begitu meragukan, melihat ekspresi kosong Dongmyeong setelah mengatakan itu
"Baiklah, terserah padamu" Awan kelabu yang menumpahkan isinya menjadi objek menarik bagi Sunghyuk juga Dongmyeong, daripada wajah sang lawan bicara
"Kau tidak ingin menanyakannya, lagi?" Dongmyeong bertanya tanpa memindahkan perhatiannya dari sang awan kelabu
"Aku ingin mengetahuinya, tapi aku tidak ingin memaksamu menceritakannya" Pandangan Sunghyuk melihat ekspresi tidak terbaca Dongmyeong di sebelahnya, menemukan sudut bibir Dongmyeong meninggi tanpa alasan yang jelas
"Terima kasih" Sunghyuk tidak tahu mana yang membuatnya merasa tenang, rintikan hujan yang membasahi dedaunan atau lengkungan senyum kecil di wajah Dongmyeong.
. Rainy Weather as Background (cut version) END .
Aku antusias parah waktu tahu Rainz bakal beneran ada, lebih antusias karena Daehyeon termasuk anggotanya. Fanfic mereka atau anggota-anggotanya masih susah banget ditemuin, jadi aku coba nulis fanfic mereka. Makasih buat yang udah baca, dan minta maaf kalo ada kesalahan. Silahkan review ya ^v^
[Ini baru potongan dari versi lengkapnya, siapa yang mau dibikin versi lengkapnya lebih dulu?]
Fangirlie Daisy, 20170910
