Seorang gadis manis tetapi tomboy berusia 20 tahun memakai gaun selutut berwarna biru tengah menikmati acara lukis melukisnya, tetapi bukan melukis disebuah kanvas putih polos melainkan melukis tubuh kelinci-kelincinya. Merubah warna bulunya sesuai dengan binatang-binatang yang pernah dilihatnya dikartun saat ia masih kecil ataupun melukisnya sesuai seleranya. Anehnya kelinci itu tidak merasa risih degan perbuatan majikannya melainkan menikmatinya. Entah kelincinya gila atau gokil, hanya sikelinci yang tau.

"Baiklah.. Mulai sekarang aku akan memanggilmu pikachu." ucap gadis itu menatap kelinci yang baru selesai dilukisnya. "Baiklah. Pergilah bermain dengan yang lain." ucap gadis itu melepas kelinci yang ada ditangannya.

Begitu dilepas sang kelinci langsung bergabung dengan teman-temannya.

"Kau mau kemana?" tanya sang gadis melihat seekor kelincinya menghampiri sebuah pohon besar. Penasaran karna kelincinya terus berdiri disana sang gadispun menghampiri kelinci itu. "Aku gak ingat disini ada lubang." ucap sang gadis melihat lubang cukup besar didekat pohon tersebut. Karna rasa penasaran yang tinggi sang gadispun melompat masuk kedalam lubang tidak lupa membawa salah satu kelincinya tanpa memikirkan cara ia akan keluar dari sana. "Ouch..." rintih sang gadis begitu dirinya mendarat dengan tidak elitnya.

-girl POV-

Begitu mendarat, aku melihat daerah sekitarku. Ruangan itu luas, aku merasa berada disebuah bangunan sangat mewah melihat dekorasinya.

"Pintu?" ucapku melihat pintu besar didepanku, tetapi sepertinya pintu itu terkunci. Saat akan memutuskan pulang aku merasakan ada sesuatu disaku gaunku. "Semenjak kapan aku mempunyai kunci seperti ini, pikachu?" tanyaku bingung melihat bentuk kunci itu yang tidak pernah aku lihat ekmudian melihat kearah kelinciku. Iseng, akupun memasukkan kunci itu kelubang kunci pintu tersebut. Ajaibnya pintu itu terbuka. "Wow..." kagumku melihat lorong yang dipenuhi benda-benda antik. Beberapa diantaranya pernah aku lihat didalam buku pelajaranku.

"Menjelajah sedikit bukan masalahkan, Pikachu." ucapku memasuki ruangan itu. Ingin mencari tau apa saja yang ada di tempat itu.

Aku menggeledah setiap ruagan. Setiap menemukan pintu aku akan memasuki ruangan dibalik pintu itu. Sampai tanpa sengaja aku membuka sebuah pintu yang dibaliknya ternyata ada seorang pria tengah duduk dimeja bundar bermain kartu bersama 4 orang gadis manis dibelakang pria tersebut berdiri 2 orang laki-laki kembar yang sepertinya merupakan bodyguardnya. Kalau aku perhatikan ia beberapa kali menang tetapi wajahya tidak menampakkan kebahagiaan. Ekspresinya datar, seakan ia bosan terus-terusan menang. Aku yang tidak mau mengganggupun meninggalkan ruangan itu menuju ruangan lain.

Kali ini aku menemukan ruangan serba putih dengan sebuah batu berlian cukup besar ditengah ruangan. Batu berlian itu sepertinya sebuah meja.

"Kaya sekali.. Meja untuk meletakkan botol ini saja terbuat dari berlian murni. Tapi.. Cairan apa yang ada didalam botol ini?" pikirku menatap botol berisikan cairan berwarna biru yang diperlakukan istimewa itu. "Sebaiknya aku bawa pulang dan aku teliti." ucapku memasukkan botol itu kedalam saku gaunku. Akupun kembali melangkah ringan dilorong yang luas itu.

"Hey.." seseorang memanggilku membuatku yang tengah menikmati acara jalan-jalan itu kaget.

"Huh?" aku yang gak bisa melihat jelas wajah orang yang memanggilku hanya menatap orang itu bingung.

"Kenapa kau bisa ada didalam rumahku?" tanya laki-laki itu menghampirirku.

"Maaf.. Tadi aku tidak sengaja masuk kerumahmu." jawabku sambil membungkuk minta maaf.

"Tidak sengaja?" tanyanya menaikan sebelah alisnya bingung.

"Ya, kelinciku yang menunjukkan jalan kesini." jawabku lagi.

"Benarkah? Jarang sekali ada yang bisa masuk sampai kesini. Bagaimana caramu bisa melewati pintu yang ada didepan?" tanyanya lagi sambil menggendong kelinciku, bermain ringan dengannya.

"Kunci ini tiba-tiba ada didalam saku gaunku." jawabku menunjukkan kunci dengan ujungnya berbentuk kelompak mawar.

"Owh..." jawabnya seakan tidak tertarik.

"Apa aku boleh menyimpan ini?" tanyaku.

"Simpan saja.. Dan kalau kau bisa datanglah bermain disini bersamaku." ucap laki-laki itu kemudian tersenyum manis.

"Tentu.. Amm.. Chaerin... Lee Chae Rin" ucapku sambil mengulurkan tanganku ingin berjabat tangan dengan laki-laki manis ini.

"Oh.. Maafkan kelancanganku. Namaku Lee Seung Hyun, tapi kau bisa memanggilku Seungri." ucap laki-laki itu tersenyum.

"Oh iya.. Benda ini apa?" tanyaku mengeluarkan boto yang aku ambil tadi membuatna kaget dan segera mengambil botol itu dari tanganku.

"Maafkan ketidak sopananku, tapi benda ini sangat berharga bagiku." ucap Seungri menatap lesu botol yang ada ditangannya.

"Seharusnya aku yang minta maaf karna sudah mengambilnya tanpa izin." ucapku gelabakan.

"Tidak apa-apa." jawab Seungri.

-end of chaerin POV-

"Sepertinya kau lebih tua dariku." ucap Chaerin memperhatikan Seungri, mengubah topik pembicaraan mereka.

"Huh? Umurku 21. Aku aku terlihat setua itu?" tanya Seungri polos.

"Tidak.. Hanya menduga dan dugaanku tepat. Aku 20 tahun." jawab Chaerin tertawa.

"Maaf aku tidak menyambutmu dengan baik. Besok kalau kau datang aku pasti akan menyambutmu dengan baik." ucap Seungri kembali membungkuk minta maaf.

"Tidak apa-apa oppa.. Apa kau tinggal disini sendirian?" tanya Chaerin teringat akan keempat gadis dan 2 orang laki-laki yang tadi bersama Seungri saat ia tengah bermain kartu.

"Tidak.. Aku ditemani oleh para maid dan buttlerku." jawab Seungri. "Ah, ayo kita keruang minum teh." ajak Seungri membimbing Chaerin menuju taman bunga yang sangat luas.

"Jadi yang kembar tadi bukan bodyguardmu? Pantas badanya kurus." komentar Chaerin.

"Hahahahaha.. Mereka tidak kembar. Hanya potongan rambutnya saja yang sama." ucap Seungri kemudian menggeser kursi agar Chaerin bisa duduk.

"Terimakasih." ucap Chaerin kemudian melemparkan senyumnya. "Lalu.. Kenapa tinggal diistana sebesar ini sendirian?" tanya Chaerin menatap Seungri yang duduk disebelahnya.

"Oh.. Ini bukan istana.. Ini hanya rumah kecil" ucap Seungri membuat Chaerin bingung.

"Rumah kecil bagaimana? Kalau seluas ini namanya istanakan?" tanya Chaerin polos.

"Hahahhaha.. baiklah, kalau kamu mau menganggap ini istana juga tidak apa-apa." jawab Seungri mengalah.

"Lalu.. Dimana orang tuamu?" tanya Chaerin lagi.

"Kamu tau... My roof my rule.." ucap Seungri langsung dapat dimengerti Chaerin.

"Jadi.. Berpisah dengan orang tuamu supaya tidak terikat dengan peraturan di istana ayahmu." terka Chaerin.

"Yep." jawab Seungri ringan.

"Aku juga pengen punya tempat seperti ini." Chaerin mulai berangan-angan.

"Lebih baik jangan.. Tidak bagus tinggal sendirian untuk gadis manis sepertimu." saran Seungri yang sukses membuat wajah Chaerin bagaian kepiting rebus.

-skip time-

"Terimakasih untuk hari ini Seungri oppa." ucap Chaerin saat diantar Seungri sampai depan pintu tempat Chaerin masuk tadi.

"Suatu kehormatan bagiku." jawab Seungri tersenyum.

"Sesekali mainlah kekerajaanku." ajak Chaerin.

"Aku ingin sekali.. Tapi aku tidak bisa.. Aku harus mengurus segala sesuatu yang ada disini." tolak Seungri lembut.

"Tidak apa-apa.. Tidak perlu merasa bersalah begitu." ucap Charerin panik.

"Besok datanglah lagi ya." ucap Seungri tersenyum.

"Tentu. Sampai jumpa besok." ucap Chaerin ikut tersenyum.

"Terimakasih telah membuat hariku menyenangkan, Chaerin." ucap Seungri kemudian berlutut dan mencium punggung tangan Chaerin membuat wajah Chaerin memerah sempurna.

"Sampai jumpa." ucap Chaerin kemudian menaiki tangga menuju permukaan.

Semenjak saat itu Chaerin rutin mengunjungi Seungri, bermain bersama hingga senja. Terkadang Chaerin membawa beberapa ekor kelincinya kekediaman Seungri. Sampai pada suatu hari saat Chaerin datang, Seungri tidak ada didepan pintu menyambutnya seperti biasa. Chaerin yang gak mau ambil pusingpun berjalan santai menuju ruangan tempat Seungri bekerja. Seungri pernah menunjukkan ruang kerjanya yang katanya dia selalu menghabiskan waktunya disana sampai lupa waktu. Chaerin mengira Seungri kembali lupa waktu dan asyik mengerjakan sesuatu yang tidak pernah Seungri tunjukkan pada Chaerin. Saat tengah melewati lorong menuju ruang kerja Seungri, Chaerin melihat bayangan diujung lorong.

"Seungri?" ucap Chaerin melihat Seungri diujung lorong.

"Chaerin?!" ucap Seungri kaget. Seungri terlihat panik menghampiri Chaerin.

"Adaapa Seungri, kenapa kam berkeringat begini?" tanya Chaerin panik.

"Gak ada waktu untuk menjelaskan, sekarang cepat pergi keruang kerjaku. Kunci pintunya! Jangan biarkan siapapun masuk. Begitu urusanku disini selesai aku akan segera menghampirimu." perintah Seungri tetap waspada.

"Tapi..."

"Cepatlah. Aku janji akan menceritakannya nanti." perintah Seungri mendorong Chaerin menjauh sementara dirinya tetap waspada mengawasi Chaerin sampai masuk keruang kerjanya dan menguncinya.

"Huff.. Saat dia kembali nanti dia harus menjelaskan semuanya padaku." ucap Chaerin pada dirinya sendiri, menghampiri meja kerja Seungri. "Botol ini.. Botol yang saat itu pernah aku ambil diam-diam." ucap Chaerin memperhatikan botol yang ada dimeja kerja Seungri.

"Apa aku membuatmu menunggu lama?" tanya Seungri yang tiba-tiba masuk.

"Ah?! Sialan! Kau membuatku kaget oppa." hardik Chaerin kesal.

"Maaf-maaf.. Ah, botol itu.." Seungri yang melihat botol ditangan Chaerin langsung membuat Chaerin gugup.

"Maaf.. Tadi aku hanya ingin mengamatinya.. Aku tidak akan mengambilnya lagi. Tenang saja oppa." ucap Chaerin kemudian kembali meletakkan botol tadi keposisi semula.

"Tidak apa-apa." ucap Seungri tersenyum. "Ada yang ingin aku tunjukkan padamu." ucap Seungri menarik tangan Chaerin.

"Apa?" tanya Chaerin ditengah acara berjalannya.

"Aku akan menunjukkan teman akrabku." ucap Seungri semakin membuat bingung Chaerin.

"Teman akrab.. Setahuku teman akrabmu hanya aku." ucap Chaerin polos.

"Hah.. Kau menghinaku." ucap Seungri sweatdrop lalu berhenti didepan sebuah pintu besar yang belum pernah Chaerin lihat.

"Ke.. Kenapa disini ada hutan bambu?" ucap Chaerin kaget.

"Hahaha.. Teman akrabku ada disini." ucap Seungri menghampiri salah satu batang bambu yang bergerak. "Yak.. Kini dia." ucap Seungri menggendong seekor anak panda.

"Lu.. Lucunya... Pantas saja oppa mirip panda.. Teman akrba oppa saja panda." ucap Chaerin mengusap tubuh sang panda imut.

"Hey... Lagi-lagi menghinaku.." ucap Seungri bercanda.

"Disini ada berapa panda oppa?" tanya Chaerin masih sibuk dengan anak anda yang ada didekatnya.

"Ratusan mungkin." ucap Seungri asal.

"Bagaimana bisa kau memelihara panda sebanyak ratusan dirumah ini?!" ucap Chaerin kaget.

"Sama halnya denganmu.. Bagaimana caranya kau bisa memelihara kelinci sebanyak ratusan dirumahmu." ucap Seungri membalik pertanyaan.

"Maksudku.. Kalau dirumahku ada taman luas.. Tapi disini hanya ada ruangan.." ucap Chaerin membandingkan.

"Tapi ruangan ini cukup luas kok." ucap Seungri melihat kesekelilingnya.

"Oppa.. Ada yang mau aku tanyakan." ucap Chaerin memecahkan keheningan yang sempat menghampiri mereka.

"Ya?"

"Aku tadi tidak sengaja melihat foto didinding ruang kerjamu." ucap Chaerin menyita perhatian Seungri.

"Maksudmu lukisan?" tanya Seungri memastikan.

"Bukan.. Bukan lukisan itu.. Tapi aku lukisan itu. Apa oppa membuatnya?" tanya Chaerin lagi.

"Ya.. Aku buat diwaktu senggang." jawab Seungri jujur.

"Maksudku foto yang ada disebelah lukisan itu." terang Chaerin lagi.

"O.. Owh... Kau melihatnya... Lalu?" tanya Seungri yang wajahnya langsung berubah lemas.

"Oppa tidak pernah bilang padaku kalau oppa punya saudara." ucap Chaerin mengingat foto itu.

"Hahahaha.. Yaaa... Dia... hyungku.. Orang hebat.. Aku tidak sebanding dengannya." ucap Seungri lemas.

"Lu.. Lupakan..." ucap Chaerin cepat saat melihat tatapan maka Seungri yang berubah.. kosong.. "Lalu.. Kenapa tadi oppa menyuruhku masuk keruang kerjamu sambil membawa pistol ditangan kananmu?" tanya Chaerin lagi.

"Oo.. Itu... Bukan apa-apa.." ucap Seungri glabakan.

"Bohong." ucap Chaerin menatap Seungri tajam.

"Aku ada urusan penting.. Bisakah kamu kembali ke istanamu sekarang? Besok kamu boleh datang lebih pagi untuk bermain bersamaku." ucap Seungri menatap jam tangannya.

"Baiklah.." ucap Chaerin mengalah dan mempersiapkan beberapa pertanyaan yang akan ditanyakannya pada Seungri besok.

Besoknya sesuai janji Chaerin datang sangat pagi, bahkan matahari belum menampak dirinya. Berbekalkan senter kecil ditangannya dan seonggok pertanyaan, Chaerin pergi menemui Seungri. Tidak peduli kalau laki-laki itu masih tidur, dia akan membangunkannya. Saat akan menuju kamar Seungri, Chaerin mendengar suara ribut dari ruang kerja Seungri. Penasaran yang tinggi membuat Chaerin malah melangkah menuju ruangan itu.

"Sungguh hyung... Ini bukan hanya untukku.. Tapi untuk Bom nuna dan juga untukmu.. Aku tau kau menyukai Bom nuna.. Aku tidak mungkin menikah dengannya dan menyakitimu.." ucap Seungri yang sepertinya habis ditonjok mengingat posisinya sekarang dimana TOP mencengkram keraj baju Seungri yang berada dibawahnya.

"Aku tidak butuh itu! Ayah yang menginginkan kau menikah dengannya!" hardik lak-laki itu kesal.

"Hyung. Jangan bohongi dirimu.. Aku tau kau menyukai Bom nuna.. Aku tidak bisa menyukai Bom nuna yang sudah aku anggap kakak... Bom nuna juga sudah mengatakan padaku kalau dia tidak bisa mencintaiku yang sudah dia anggap adik. Bom nuna mencintaimu hyung." ucap Seungri mencoba meminta pengertian laki-laki itu.

"Sudah hentikan, Seung Hyun..." ucap gadis yang menangis melihat aksi tinju meninju yang sebenarnya Seungri hanya menerima setiap tinjuan yang melayang diwajahnya.

"Bom nuna harus berusaha meyakinkan hyungku.." ucap Seungri pasrah.

BRAK!

"Siapa disana?" tanya laki-laki bernama Seung Hyun yang melepaskan Seungri begitu mendengar suara pintu ditendang kasar.

"OPPA!" teriak seseorang membuat Seungri kaget. Seungri tau suara itu. Seungri benar-benar hafal akan suara itu.

"Chaerin?!" ucap Seungri langsung bangkit dan berlari menuju pintu.

"OPPA!" teriak Chaerin yang mulutnya berusaha didekap seseorang dan ditarik entah kemana, sedangkan beberapa orang lagi berusaha menghadang Seungri.

"Sial!" Seungri yang sepertinya kenal orang yang berusaha membawa Chaerin pergi langsung mengeluarkan pistol dari balik jasnya.

"SEUNGRI!" panggil Seung Hyun menatap adiknya yang berlari pergipun langsung mengejar Seungri karna tau apa yang akan dihadapi Seungri bukanlah hal kecil.

"Tunggu.." ucap Bom ikut mengejar.

"BERHENTI!" teriak Seungri terus mengejar gerombolan yang membawa Chaerin pergi menuju aulanya. "Hentikan kejar-kejaran bodoh ini.. Lepaskan dia." perintah Seungri saat mereka memasuki aula serba putih. "AKU BILANG LEPASKAN DIA!" teriak Seungri kemudian menerjang laki-laki yang memegang Chaerin dan memberikan sedikit tonjokan.

"Oppa, sudah.." ucap Chaerin menarik Seungri menjauh dari laki-laki yang terkapar lemas itu.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Seungri cemas memegang kedua bahu Chaerin menatap gadis itu serius.

"Y.. Ya... Terimakasih sudah... menyelamatkanku.." ucap Chaerin tersenyum.

"Bodoh.. Kau bilang tidak apa-apa tapi malah menangis begini." ucap Seungri memeluk Chaerin yang bergetar ketakutan.

"Kalian berdua baik-baik saja?" tanya Seung Hyun yang berlari masuk bersama Bom, terlihat dirinya sedikit terluka diakibatkan pertarungan kecil yang dihadapinya untuk bisa sampai keaula itu.

"Tidak ada masalah. Kau baik-baik saja hyung?" tanya Seungri cemas melihat hyungnya yang terluka.

"YAA! Harusnya kau bilang padaku kalau mereka masih mengejarmu." berang Seung Hyun.

"Sudahlah.. Toh aku baik-baik saja." ucap Seungri menghampiri Seung Hyun dan Bom sambil merangkul pundak Chaerin yang sudah mulai tenang.

"Kau harus lebih berhati-hati Seung Hyun." ucap Bom menghapus darah yang mengalir dari sudut bibir Seung Hyun.

"Kotak P3K ada di ruang kerjaku. Sebaiknya kita kesana." saran Seungri.

"Silahkan kalian berdua berjalan didepan.." ucap Seung Hyun tetap mengingat adap 'Ladies first'

"Aku rasa... Aku tidak akan melepaskan Bom... Jangan salahkan aku." bisik Seung Hyun saat mereka berjalan menuju pintu aula.

"Hahahahaha... Aku tidak akan menyalahkanmu. Kalau aku menyalahkanmu tembak aku menggunakan pistolku ini." ucap Seungri tertawa puas sambil mengarahkan pistolnya kekening.

"Ingatkan aku untuk melakukannya kalau aku lupa." ucap Seung Hyun menjauhkan pistol itu dari kening adiknya.

"YAA! SEUNGRI!" panggil seseorang dari arah belakang membuat Seungri membalikkan badannya begitu juga dengan Seung Hyun, Bom, dan Chaerin.

DOR!

"?!"

"SEUNGRI!" teriak Seung Hyun kaget melihat Seungri yang jatuh begitu sebuah peluru bersarang didada kirinya.

"O.. Oppa.." ucap Chaerin membatu melihat laki-laki yang tadi memeluknya jatuh bersimbah darah.

"Hahaha... Matilah bersamaku." ucap laki-laki yang tadi menyandra Chaerin tertawa puas.

"Keparat!" berang Seung Hyun mengambil pistol Seungri yang terjatuh didekat kakinya kemdian menembak laki-laki itu.

"Oppa... Bangun... Hey.. Gak lucu.." ucap Chaerin memangku kepala Seungri. Terlihat darah mengalir dari sudut bibir Seungri.

"He... Hey.. Tenanglah.." ucap Seung Hyun berusaha tidak menangis melihat kejadian itu.

"OPPAA!"

-skip time-

"Ah.."

"Ah?! Kamu sudah sadar." ucap Bom menghampiri Chaerin.

"Bom unni?" ucap Chaerin yang ingat akan nama gadis manis itu karna sebelumnya mereka sempat berkenalan.

"Syukurlah.." ucap Bom menghela nafas lega.

"Aku dimana?" tanya Chaerin menatap sekelilingnya dan dia berani bersumpah demi apapun kalau ini bukan kamarnya.

"Kediaman Seungri." jawab Bom tersenyum pahit.

"AH?! Di.. Dimana Seungri oppa?!" ucap Chaerin langsung bangkit duduk menatap Bom saat ia ingat akan kejadian sebelum ia pingsan.

"Dia ada dikamarnya bersama Seung Hyun." ucap Bom murung.

"Oppa baik-baik sajakan?!" ucap Chaerin memegang tangan Bom meminta penjelasan.

"Dia..."

BRAK!

"Oppa.." Chaerin yang mendobrak masuk langsung menghampiri Seungri yang tengah tertidur dikasurnya dengan beberapa alat penunjang kehidupan menempel pada tubuhnya. "Oppa.. Bangun.. gak lucu tau! Oppa janji akan bermain denganku hari ini! Jadi jangan begini!" ucap Chaerin menatap laki-laki yang masih memejamkan matanya itu, tidak ada tanda bahwa laki-laki itu akan menjawab ucapan Chaerin.

"Chaerin." Seung Hyun yang melihatnya cuma bisa menunduk. Mengingat Seungri yang dalam keadaan koma.. Kapanpun Seungri bisa saja berada dalam keadaan yang tidak satu orangpun inginkan, dengan keadaan itu Seung Hyun tidak berani memberikan kata-kata penyemangat palsu.

"Oppa... Hey..." Chaerin yang menguncang pelan tubuh Seungri dan tidak mendapati tanda-tanda bahwa Seungri akan sadar merosot jatuh kemudian menangis ketakutan.

"Tenanglah.. Dia akan baik-baik saja. Bocah keras kepala seperti dia tidak mungkin cepat mati." ucap Seung Hyun mencoba menghibur.

"Pulanglah dulu.. Kamu harus membersihkan dirimu.. Lihat, bajumu terkena darah Seungri." saran Bom menatap dress biru Chaerin yang memang dikotori oleh darah Seungri.

"Ba.. Baiklah.." ucap Chaerin menurut walaupun dengan berat hati toh kalaupun dia ada disini tidak ada yang bisa dia lakukan.

"Hati-hati." ucap Bom sambil melambaikan tangannya pada Chaerin yang keluar dari ruangan.

"Hey.. Kau lihat apa yang kau perbuat pada gadis itu? Jadi cepat bangun." hardik Seung Hyun marah.

"Aku rasa kitapun harus kembali.. Kau harus kabari ayah dan ibumu tentang dia." saran Bom menatap Seungri.

"Kalau aku melakukan itu aku bisa menghancurkan kesenangan Seungri.. Seungri yang memutuskan untuk pergi dari rumah dan tidak ingin bertemu dengan ayah dan ibu sampai dia mau dan siap." ucap Seung Hyun yang terbayang akan kejadian dimasa lalu.

"Kalau begitu.. Ayo kita pulang.. Biarkan para buttler Seungri merawat tuannya ini. Kau juga harus obati luka-lukamu itu." ucap Bom melihat beberapa luka gores cukup dalam ditubuh Seung Hyun.

"Hey, Bom.." anggil Seung Hyun saat akan meninggalkan kamar Seungri.

"Ya, adaapa Seung Hyun?" tanya Bom menatap Seung Hyun.

"Jangan panggil aku Seung Hyun.. Kalau kau memanggilku begitu didekat Seungri tidak akan lucu." ucap Seung Hyun.

"Lalu kau mau dipanggil apa?" tanya Bom bingung.

"TOP... Atau... Tabi." ucap Seung Hyun.

"Baiklah Tabi." ucap Bom tertawa.

"Aish.. Jangan mengejekku.. Itu nama yang bagus tau." ucap Tabi kesal.

"Aku tidak mengejekmu.." ucap Bom tersenyum.

"Setelah ini.. Mungkin aku akan sering kesini untuk memantau keadaan bocah itu."

"Aku rasa dia akan senang akan hal itu." jawab Bom.

"Lihatlah rumah ini.. Bocah itu masih berumur 21 tapi kenapa rumahnya seperti ini." komentar Tabi menatap lorong yang penuh dengan barang-barang antik. Bukan sesuatu yang akan disukai seorang berusia 21 tahun lainnya.

"Kau sendiri.. Kenapa kamarmu penuh akan pajangan-pajangan mini dari tanah liat itu." ucap Bom tertawa.

"Itukan seni.. Kalau ini membosankan.. Aku serasa berjalan dimuseum." komentar Tabi tajam.

"Okay.. Okay.." Bom yang gak mau ambil pusingpun tidak mau mengomentari Tabi lagi.

TBC