Eternal love
,
Summary :
Hidup Minhyun itu sederhana, dia hanya ingin menjadi penyanyi dan bertemu Idolanya tapi hidup sederhananya musnah sejak ia menolong laki-laki berkulit tan namun memiliki suhu tubuh sedingin es. Apalagi ketika ia mengetahui ia tengah mengandung anak dari laki-laki misterius itu. #Vampire #2Hyun JR/Minhyun Ongniel SeungRon BaekRen KaiHun JaeYong Howons #NU'EST #Mpreg.
.
.
Character :
JR (Kim Jonghyun) – Minhyun (Hwang Minhyun) – Seonho
.
Aron Kwak – S. Coups (Choi Seungcheol)
Ong Seongwoo – Kang Daniel / Kai (Kim Jongin) – Oh Sehun
Baekho (Kang Dongho) – Ren (Choi Minki) / Jaehyun – Taeyong
U-Know (Yunho) – Kwon BoA / Kang Clara (OC)
Samuel / Woojin
.
Kim Jaehwan – Jung Sewoon / Im Youngmin – Kim Donghyun
Lee Jinki / Im Yoona / Hangeng / Kim Heechul
Kris Wu / Tiffany Hwang / Nichkhun / Lee Seunggi
.
.
"Eternal Love"
By
Achan Jeevas
.
.
{Chapter 1 : Blood}
.
.
.
Minhyun memandang jam tangan hitamnya yang menunjukan angka 10 malam, ia menghela nafas dan mendudukan dirinya dibangku halte bus menunggu bus terakhir yang mengantarnya pulang ke apartement sederhana yang sudah ia tempati selama satu tahun terakhir ini.
Minhyun merasakan air matanya sudah akan tumpah kapan saja. "Tidak apa-apa. Mungkin tahun depan aku akan debut. Tetap semangat, Hwang Minhyun."
Remaja asal Busan yang akan menginjak usia 16th pada Agustus depan itu menyemangati dirinya sendiri. Minhyun itu asli Busan, dia datang ke Seoul seorang diri tahun lalu untuk mengejar cita-citanya menjadi penyanyi ketika ia lolos audisi di Pledis Ent yang diadakan di Busan. Setelah resmi menjadi trainee di Pledis, Minhyun melanjutkan sekolahnya di SOPA. Walaupun Pledis mempunyai dorm untuk para trainee namun Minhyun setidaknya pulang seminggu sekali ke apartement yang ia tinggali dengan sepupunya, Oh Sehun.
Oh Sehun adalah sepupunya dari pihak ibunya, Sehun sendiri lebih tua satu tahun darinya dan keduanya sama-sama bersekolah di SOPA. Awalnya Minhyun merasa tidak enak tinggal dengan sepupunya yang pendiam itu namun Sehun sendirilah yang memaksanya agar Minhyun tinggal dengannya.
Minhyun memandang langit malam kota Seoul yang tampak lebih gelap dari biasanya dan angin malam yang lebih dingin. Minhyun menggosokan kedua tangannya untuk menghangatkan diri dari udara dingin. "Ini sudah memasuki musim semi mengapa angin musim dingin masih ada."
Saat tengah asyik pada dunianya sendiri, sekelebat kilatan hitam seperti sosok yang berlari mengejutkan Minhyun. "Apa itu?"
Minhyun seketika berdiri dan melihat bayangan hitam itu bergerak denagn cepet menuju taman kecil yang memang ada disana.
Buggg
Minhyun menahan nafasnya saat mendengar suara tersebut, Minhyun memandang sekelilingnya yang sepi, Minhyun ingin mengambil hpnya untuk menelpon polisi namun ia ingat jika hpnya sedang dipinjam oleh sepupunya. Minhyun menimang-nimang apakah ia harus kesana atau tidak.
"Akhh."
Mata sipitnya melebar saat mendengar suara kesakitan dari arah taman dan tanpa berpikir lebih lama lagi ia segera berlari kearah asal suara tersebut.
Minhyun memandang sekeliling taman yang sudah tidak ada siapa-siapa itu, bahkan penjaga taman yang biasanya berpatroli tidak ada. Jangan tanya bagaimana Minhyun sudah hapal dengan penjaga taman kecil ini, dia adalah salah satu pengunjung tetap ditaman ini. Ketika ia lelah dari aktivitas sekolah dan trainee maka Minhyun akan bermain disini dengan anak-anak kecil disitu.
"Akhhh."
Minhyun membalikan badannya saat ia mendengar suara tersebut. Suara itu tampak seperti milik seorang pria karena suara itu terdengar sangat dalam dan sedikit berat.
Minhyun membulatkan matanya saat ia melihat noda gelap pada rumput taman dibawahnya, Minhyun berjongkok untuk melihat lebih jelas noda apa itu. Minhyun menyentuh bercak itu dan betapa terkejutnya ia saat mencium bau anyir yang menyengat.
"Darah." Ucapnya lalu segera saja ia mengikuti tetesan darah itu.
Jantung Minhyun berdetak lebih kencang bahkan ia merasakan dahinya berkeringat, astaga bukannya baru beberapa menit yang lalu ia mengeluh karena udara dingin.
Matanya membelalak lebar saat ia melihat sosok seorang pria tergeletak dibalik pohon besar dengan darah yang ada disekujur tubuhnya.
Minhyun dengan segera mendekati tubuh itu dengan ekspresi panic melanda tubuhnya. "Tuan.. tuan.." Minhyun menyentuh pipi pria itu namun tangannya langsung ia tarik kembali ketika menyentuh sosok itu. "Astaga, tubuhnya dingin sekali."
Satu-satunya putra yang dimiliki oleh keluarga Hwang itu dengan segera mengangkat tubuh itu. Minhyun mengalungkan lengan dingin pria itu dilehernya. "Astaga, selain dingin, tubuh anda juga seperti batu Tuan yang aku tidak tahu namanya."
"Eghhh." Erang sosok itu ketika ia merasakan tubuhnya terangkat, matanya dengan perlahan terbuka dan memandang sosok yang membawanya. "Gomawo, Minhyun."
Minhyun memandang sosok yang ia angkat dengan susah payah karena sosok itu walaupun kurus namun ternyata sangat berat. "Ba-bagaimana anda mengetahui namaku, Tuan? Ah, sudahlah. Anda lebih baik jangan terlalu banyak bergerak."
Sosok tubuh sedingin es itu memandangi perutnya yang mengucurkan darah kentalnya. "Arghhh."
Minhyun semakin panic saat sosok yang ia bawa mengerang kesakitan. "Tuan, sudah kubilang jangan terlalu banyak bergerak."
Minhyun mencepatkan langkah kakinya menuju apartement sepupunya, namun usahanya agak terhambat karena sosok pria yang ia bantu itu memiliki bobot yang berat.
.
.
Minhyun dengan perlahan membaringkan sosok pria itu diatas ranjangnya dengan perlahan, sosok itu masih memejamkan matanya namun dahinya mengernyit tanda dia kesakitan dengan lukanya. Dengan segera Minhyun melepaskan ransel yang ia kenakan dan langsung menuju dapur untuk membersihkan luka pria misterius itu.
Setelah mengambil air hangat, lap serta perlengkapan P3K, Minhyun dengan segera kembali ke kamarnya. Minhyun membuka pintu kamarnya dengan pelan takut mengejutkan sosok yang tengah terluka itu.
Minhyun meletakan semua yang ia bawa ke meja kecil yang memang ada didekat ranjangnya. Dengan perlahan Minhyun melepaskan sepatu Nike –yang tampaknya amat sangat mahal dengan pelan dan membuka jaket hitam milik sosok yang tengah berbaring itu, setelah jaket terlepas Minhyun kini berencana membuka baju hitam polos yang sudah berlubang-lubang dan banyak bekas cakarannya.
"Tuan, apakah kau baru saja berkelahi dengan anjing liar." Monolognya seorang diri, dia dengan amat lembut melepaskan baju hitam tersebut dari tubuh pemiliknya. Minhyun tidak bisa menahan keterkejutannya ketika ia selesai melepaskan baju itu, pada tubuh pria yang tengah berbaring itu terdapat puluhan luka dan luka yang paling besar adalah perutnya.
Minhyun dengan segera mengambil lap serta air hangat untuk membersihkan luka itu dan dengan perlahan dia mengelapi darah serta luka tersebut. Air hangat yang tadi berwarna bening kini sudah berubah menjadi merah dan airnya sudah tidak hangat lagi karena suhu tubuh sosok misterius itu.
Minhyun dengan segera mengganti air dan lap untuk kembali mengobati luka pria itu, dia merasa bahwa dia baru lima kali mengelap luka-luka kecil pria itu tapi karena darah pria itu tampak lebih merah dan kental serta suhu tubuhnya yang amat sangat dingin –Minhyun sudah mematikan AC kamarnya- membuat air hangat yang ia gunakan menjadi langsung berubah warna menjadi merah dan tidak hangat lagi.
Minhyun kembali memasuki kamarnya untuk segera mengobati sosok yang ia bawa. Setelah beberapa elapan pada luka pria itu Minhyun dengan segera membuka kotak P3K nya untuk mengambil benang dan jarum. Dia harus segera menutup luka pria itu. Minhyun tidak pernah menjahit luka orang, dia bercita-cita sebagai Penyanyi bukan Dokter namun saat kecil kakak perempuannya pernah mengajarinya menjahit jadi Minhyun bersyukur dengan itu.
Dengan perlahan Minhyun menjahit luka lebar yang ada diperut pria itu, dia melirik sekilas untuk melihat ekspresi wajah pria itu dan dia bersyukur tampaknya pria itu masih pingsan sehingga tidak merasakan apapun.
Hanya membutuhkan dua menit untuk Minhyun menjahit luka lebar itu, setelah itu dia segera membuang jarum serta benang ditempat sampah yang ada dikamarnya. Minhyun lalu menutup luka-luka pada tubuh pria itu dengan perban. Setelah perban telah terpasang dengan sempurna, kini akhirnya Minhyun bisa dengan jelas memandangi sosok yang tengah berbaring itu karena rasa paniknya membuatnya tidak terlalu memperhatikan sosok itu.
Sosok yang berbaring diranjangnya itu memiliki wajah yang tampan, ketampanan seorang pria yang sesungguhnya, dia memiliki garis wajah yang keras dan tegas. Rambutnya sehitam burung gagak, kulitnya kecoklatan dan itu membuat iri Minhyun, Minhyun itu memiliki kulit yang putih walaupun tidak seputih sepupunya –karena sepupunya itu Albino, kulit putih Minhyun itu seperti susu –itu yang Bibi Heechul bilang, btw Bibi Heechul itu Ibunya Sehun.
Usia pria itu tampaknya sudah menginjak 20 tahun kemungkinan usianya 22 atau 23th. Dan saat Minhyun membawanya tadi tinggi pria itu hanya sekitar 3cm lebih tinggi darinya.
Puas memandangi pria didepannya Minhyun lalu membuka lemarinya untuk mengambil selimut tambahan karena suhu pria itu tampak dingin. Dengan perlahan Minhyun menyelimuti sosok tersebut.
"Selamat malam, Tuan Tampan Yang Aku Tidak Tahu Namanya." Ujar Minhyun lalu keluar dari kamarnya sambil membawa jaket serta baju milik pria itu, dia akan mencucinya malam ini dan masih ada pekerjaan lain yang harus ia lakukan.
Minhyun mengambil kain pel untuk membersihkan darah pria itu –setelah ia menjemur jaket dan baju pria itu dibalkon apartement- namun Minhyun langsung mengernyit dengan bingung saat melihat lantai apartement Sehun tidak ada tetesan darah sedikitpun, dia yakin saat dia membawa sosok itu dia merasakan darah pria itu menetes dilantai apartement.
Minhyun segera membuka pintu apartement untuk melihat apakah diluar juga ada tetesan darah kental pria itu dan ekspresi bingungnya semakin dalam saat lagi-lagi ia tidak melihat setetes darahpun dilantai gedung apartement.
"Tidak ada setetes darahpun." Ujarnya pada dirinya sendiri. "Tidak mungkin luka sebesar itu tidak meneteskan darah."
Minhyun menggelengkan kepalanya, dia membuang pikiran-pikiran aneh yang ada dibenaknya lalu kembali memasuki apartementnya. Minhyun menghembuskan nafasnya lalu menjatuhkan dirinya disofa ruang tengah. Dia memandang jam dinding yang sudah menunjukan angka satu dini hari.
Kepalanya kini berpaling untuk melihat kalender, lalu ia mengangguk tanda mengerti. "Pantas saja Sehun tidak ada, hari ini tanggal 13."
Minhyun membaringkan tubuhnya disofa panjang tersebut, Sehun sepupunya itu memang selalu tidak ada diapartement setia tanggal 13. Saat pertamakali dia tinggal dengan sepupunya itu dia hanya mengira bahwa itu kebetulan namun selama lima bulan kemudian itu bukan lagi kebetulan tapi Sehun memang selalu tidak ada setiap tanggal 13, Minhyun tentunya penasaran namun dia tidak mau ikut membuat sepupunya merasa tidak nyaman jadi Minhyun selalu diam saja dan tidak pernah bertanya.
Minhyun menarik selimut tipis yang ia ambil dari kamarnya dan memejamkan matanya menuju alam mimpi yang indah.
.
.
TBC
