Puluhan tahun lalu, terjadi pembantaian sebuah klan. Sebuah klan yang kuat dan terpandang ini dibantai habis dalam waktu satu malam. Nama klan ini adalah Uchiha. Mereka yang berasal dari klan ini disebut Vampire.
Musuh dari klan Uchiha adalah klan Senju. Suatu klan yang anggotanya merupakan Werewolf. Malam bulan purnama itu menjadi saksi bisu pembantaian klan Uchiha.
Klan Senju yang dipimpin oleh Senju Hashirama dan klan Uchiha dipimpin oleh U schiha Madara. Mereka berdua pergi ke sebuah tempat yang disebut sebagai Lembah Akhir. Pertarungan antara hidup mati mereka berdua lakukan di sana.
Untuk pembantaian di komplek Uchiha dipimpin oleh Senju Tobirama, adik dari Senju Hashirama. Dengan perintahnya, anggota klan Senju lain membunuh Vampire dalam komplek itu tanpa belas kasihan.
Api berkobar di mana-mana. Aroma amis dari darah tercium dengan kuat ketika angin berhembus. Rumah-rumah porak poranda dengan darah yang mengalir. Banyak korban yang berjatuhan di kedua belah pihak, tapi kebanyakan berasal dari klan Uchiha. Abu dari bukti kematian para Vampire bertebaran di tanah yang di genangi darah.
Kuku dan taring para Werewolf tak luput dari darah. Mereka mencakar, menggigit dan menghancurkan kepala anggota klan Uchiha. Bulan yang bersinar di langit menjadikan komplek itu terlihat jelas.
Pembantaian itu di menangkan oleh klan Senju. Tanpa mereka ketahui bahwa ada seorang Vampire yang selamat, dan ia akan diberi julukan ..
.
.
.
The Last Angel
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Genre: T
Pair : ?
Genre : Supernatural, Adventure
Summary : Percayakah kalian pada Vampire, Werewolf, Yokai, Akuma dan Tenshi? Awalnya aku tidak mempercayai eksistensi mereka. Tapi kemudian aku mempercayainya, karena aku salah satu dari mereka.
.
.
Chapter 1
POV START
Langit mendung dan hawa dingin berhembus di Kota Tokyo. Burung-burung bahkan sangat enggan untuk bersuara karena dinginnya udara. Aku mengeratkan jaket berwarna biru tua yang kukenakan. Uap panas keluar dari hidungku setiap aku bernapas. Hanya sedikit orang yang berjalan hilir mudik di trotoar tempatku melangkah. Kebanyakan dari mereka mungkin lebih suka tetap di rumah dengan selimut hangat dan segelas susu coklat.
Salju turun melewati hidungku dan jatuh ke trotoar yang dingin. Mendongakkan kepala dan aku dapat melihat bahwa salju akan turun dengan cepat. Butiran salju turun dengan lembut seperti kapas. Tak mau merasakan udara yang lebih dingin karena turunnya salju, aku berlari menuju sekolahku. Konoha High School.
Jam tangan di tangan kiriku menunjukkan pukul tujuh lebih sepuluh menit. Kelas dimulai pukul delapan pagi, jadi aku masih memiliki waktu lima puluh menit untuk sampai di kelas. Kurasa berlari di tengah salju ini tidak cukup buruk.
Sampai di halaman sekolah, tak banyak murid yang datang. Kurasa mereka sudah sampai di kelas yang hangat karena memakai pemanas ruangan. Senyumku semakin berkembang mengingat ruangan kelas yang pastinya hangat.
Dengan langkah dipercepat aku melepaskan jaketku dan memasukkannya ke dalam loker bernomor 105, lokerku. Di depan pintu lokerku terdapat namaku sendiri. Shiina Yuuki, itu namaku. Seorang siswi Konoha High School angkatan kedua.
Kemudian mengganti sepatuku dengan sepatu khusus untuk sekolah. Lalu dengan langkah ringan aku berjalan menuju kelasku yang berada di lantai dua, 11-A.
"Kau sudah membaca berita hari ini?"
Sebelum aku duduk di bangkuku yang berada di kelas 11-A, temanku yang duduk di depanku bertanya. Aku masih diam, dan duduk di bangku kemudian menjawab pertanyaannya yang pastinya membuatnya kesal.
"Berita apa?"
Temanku yang duduk persis di depan mejaku ini bernama Yamanaka Ino. Gadis berambut pirang pucat panjang yang dikucir tinggi. Pony rambutnya yang panjang menutupi matanya yang berwarna hijau pucat sebelah kanan.
"Astaga, Yuuki. Ini berita terbaru dan banyak diperbincangkan di masyarakat. Mungkin hanya kau satu-satunya yang tidak tahu."
Tuh kan. Dia akan kesal dengan jawabanku. Toh, aku tak terlalu peduli dengan berita terbaru. Bukannya aku tak penasaran. Jika aku bertanya pada Ino, aku bersumpah kalau ia akan bicara panjang lebar tanpa henti. Dan itu hampir membuat telingaku mau copot.
Kuberikan senyum polos padanya. Dan dapat kulihat jika ia mendesah malas melihat kelakuanku.
"Jelaskan saja dengan singkat," kataku padanya.
Kemudian Ino memberikan ponselnya padaku. Di ponselnya terdapat sebuah link yang memunculkan berita terbaru. Aku membacanya dengan cepat.
Seorang Pria Ditemukan Tewas Dengan Keadaan Mengenaskan.
-Pria yang berusia sekitar tiga puluhan ditemukan tewas dengan keadaan tubuh yang tidak utuh di sebuah gang sempit yang diapit dua bangunan besar dan bertingkat. Dua bangunan itu sebuah apertemen dan satu bangunan lagi yaitu rumah tua yang bertingkat dua. Mayat pertama kali ditemukan oleh seorang wanita berusia setengah abad yang akan membuang sampah di depan gang.
Tubuh pria itu sangat tidak utuh. Sebuah badan tanpa kepala, tangan kanan yang terpotong, badan terbelah dua tepat di perut ...
Refleks aku menyodorkan ponsel yang kupegang pada Ino. Sungguh, aku tak tahan membaca dan membayangkan keadaan tubuh orang itu. Mengingatnya saja membuatku mau muntah. Siapa orang yang tega membunuh pria tersebut dengan sangat keji seperti itu? Orang pengidap psycho saja tidak akan berbuat lebih seperti itu. Aku membayangkan wanita berusia sekitar setengah abad itu terkena trauma. Sangat trauma.
Ino yang menerima ponselnya kembali berwajah kaget. Mungkin ia tidak siap jika aku mengembalikan ponselnya dengan cepat. Ia tersenyum aneh padaku. Firasatku buruk kali ini, harus mendengar sesuatu yang tidak ada, atau mungkin takhayul bagiku. Tapi tidak untuknya.
"Kau tahu," ia membuka mulutnya,"kata orang-orang, yang membunuh pria itu pasti Akuma." Katanya dengan wajah bergidik ketakutan. Walau dari sorot matanya menunjukkan ketertarikan.
"Coba kau bayangkan. Ada Akuma di zaman modern seperti ini. Ah, coba aku dapat melihatnya," mata Ino berbinar-binar. Bahkan ia mengatakannya dengan nada semangat. Kali ini aku berpikir apa kewarasannya berkurang?
Aku memandang Ino dengan datar. "Akuma itu tidak ada Ino," sekali lagi aku mengatakan hal yang pasti mendapat sangkalan dari Ino.
"Huh. Kalau sih, aku yakinkan pun tidak akan percaya." Ia mendengus kesal. "Tapi beneran lho, bahkan polisi pun mendatangkan pendeta untuk mengecek tempat itu. Dan pembunuhan ini adalah yang ketiga kalinya dalam sebulan."
Mungkin aku lupa mengatakannya bahwa kasus pria tua ini yang ketiga kalinya dalam sebulan. Pada awal bulan November ini, atau pada tanggal 3 November, terjadi kasus kematian satu keluarga. Kejadian ini terjadi di Kyoto. Keluarga itu dibunuh dengan sangat sadis, aku tidak tahu apa penyebab keluarga itu dibunuh. Tak ada jejak lain selain cakaran hewan yang ada di dinding-dinding rumah itu. Bahkan polisi pun tidak tahu siapa pembunuhnya, banyak yang mengatakan jika itu ulah Werewolf, manusia serigala. Aku mendapat informasi ini dari Ino yang terus berceramah kepadaku selama jam istirahat.
Lalu kasus kedua terjadi pada pertengahan bulan. Korbannya kalau tidak salah seorang laki-laki yang masih SMA, ia dibunuh di apartemennya yang berada di district Shibuya. Buktinya pun tidak ada. Tapi aku benar-benar muak dengan pembunuhan ini. Sadis, tak berperikemanusiaan, apa yang dipikirkan oleh si pembunuh. Tak tahukah ia bahwa setiap makhluk hidup pantas untuk mendapat ketenangan.
Kasus ketiga adalah ini. Kematian pria tua ini. Hah, aku cuma dapat menghela napas. Sedangkan Ino masih berkoar-koar -aku memanggil Ino dengan sebutan ini, tanpa sepengetahuannya.
Beruntung guru yang mengajar hari ini sudah datang, sehingga kefokusan Ino beralih ke depan. Lebih baik aku mendengar guru menjelaskan pelajaran dari pada mendengar Ino berkoar-koar tentang Werewolf dan Akuma.
POV END
~oOo~
Di luar gedung sekolah tempat Yuuki menuntut ilmu, lebih tepatnya di bawah rimbunan pepohonan. Terdapat sepasang mata berwarna merah yang menatap gadis itu dalam diam.
"Akhirnya aku menemukanmu," gumamnya lirih. Sosok itu terus memperhatikan Yuuki tanpa di sadari oleh gadis itu.
TBC
Tsuki: Err, jujur saja aku tak yakin dengan fic ini.
Yumika: Kali ini Yuuki-senpai yang eksis. Ne, Tsuki. Bagaimana dengan fic mu yang lain?
Tsuki: Please, jangan tanya. Aku pusing memikirkannya. Nanti ku cicil deh.
Akira: Jika kalian suka, fic ini akan lanjut. Kalau tidak, bakal dihapus.
Yumika: Lanjut tidaknya tergantung kalian. Review~
Tsuki: Chapter duanya akan menyorot Tobirama, karena dia juga tokoh penting dalam fic ini.
