Naruto Masashi Kishimoto

Dead Espadas Bankai Betty

Dead Akatsuki Cerra Vige

Warning : OOC, Typo, Semi-canon , DLDR!

Chapter 1 : He's back!

Sakura meragangkan tubuhnya. Ia melihat ke sekeliling apartemennya, mengecek apakah sudah cukup bersih atau belum. Ia tersenyum puas, sepertinya apartemen yang ia bersihkan selama kurang lebih empat jam ini sesuai dengan yang diinginkannya. Karena sudah memasuki musim panas, Sakura memutuskan untuk mengganti tata letak barang-barang di apartemennya. Ia juga menambhakan berbagai bunga khas musim panas di dapur dan balkon apartemennya.

Sakura sudah memiliki banyak rencana di musim panas ini, pergi ke toko es krim bersama Ino, pergi ke pantai bersama semua kawan dan senseinya, pelajaran tambahan dari Tsunade sensei dan masih banyak lagi. Konoha dan dunia Shinobi memang sedang dalam masa-masa tenang setelah perang dunia ninja berakhir. Madara dan Kabuto sudah tewas di tangan Naruto dan Sasuke.

Sasuke? Sakura selalu harus menahan air matanya agar tidak tumpah ketika mendengar namanya. Sasuke tewas saat melindungi Sakura yang akan di tusuk oleh Kabuto. Dan pada saat-saat terakhirnya lah Sakura mengetahui bahwa Sasuke memiliki perasaan yang sama dengannya.

Sakura tertawa getir dan menggelengkan kepalanya. Ia harus menjalani pesan Sasuke kepadanya untuk tetap kuat, apapun yang terjadi.

"Sakura, kau harus kuat. Kau harus ingat pesan Sasuke-kun," Sakura berkata pada dirinya sendiri.

Ting. Tong.

Sakura merapihkan tank top hijau dan celana pendek putihnya. Cuaca di Konoha pada saat musim panas memang sangat lembab.

"Sebentaaaaar!"

Sakura membuka pintu apartemennya dan matanya membelalak sempurna. Tubuhnya menegang. Mulutnya terbuka.

Akasuna no Sasori berdiri di hadapannya. Manatap balik Sakura dengan mata hazelnya.

"Hai, pink."

Sakura membanting kembali pintu apartemennya, mngunci, dan menyenderkan punggungnya disitu.

"Pergi kau!"

"Hoi, aku ingin bicara!"

"Tidak! Pergi!" Pikiran Sakura berkecamuk, bagaimana bisa si boneka itu hidup lagi?

"Buka pintunya, pink!"

Sakura berpikir mengapa Sasori tidak mendobrak atau menghancurkan pintu apartemennya saja? Padahal dengan kekuatannya, menghancurkan pintu itu semudah membalikkan telapak tangan.

"Ayolah! Buka pintunya! Aku ingin sekali berbicara denganmu!"

Sakura menaikkan alisnya. Ingin?

"Aku tidak datang untuk menyakitimu." Suaranya agak lebih rendah dan tenang. "Buka pintunya, Sakura."

Perkataan itu membuat Sakura berbalik. Ia membuka pintunya sedikit, dan mengintip keluar. Sakura menatap Sasori. Memperhatikan penampilannya. Tidak ada lagi jubah Akatsuki. Yang ada hanyalah kemeja putih dengan dua kancing atas yang dibuka dan celana hitam selutut.

"Aku ingin masuk dan bicara padamu."

Syok terlihat di kedua bola mata Sakura. "Di sini?"

"Ya."

"Kenapa harus di sini?"

Decakan kesal terdengar dari mulut Sasori. Ia menjulurkan kepalanya, mencoba untuk mengintip kedalam apartemen Sakura. Lalu perhatiannya kembali ke si gadis Haruno. "Biarkan aku masuk."

Sakura menggelengkan kepalanya, "Aku tidak yakin—"

Sasori mendorong pintu untuk membukanya, dan membuat Sakura mundur untuk beberapa langkah. Ia berjalan masuk dan memperhatikan barang-barang di dalam apartemen. Ia mengangguk-angguk saat melihat sofa, meja kecil, dapur, dan pintu-pintu yang menghubungkan ke kamar tidur dan kamar mandi.

"tempat tinggalmu bagus juga."

Sakura yang sedang berjalan ke arah dapur seketika berhenti. Perasaannya menjadi tidak enak.

Sakura berdehem pelan, "Apa maksud perkataanmu itu?"

"Hn, tidak terlalu buruk." Sasori menjatuhkan dirinya di sofa coklat Sakura. Matanya menjelajahi ruangan, "Kau tinggal sendiri?"

Sakura mengangguk. Ia hanya berdiri di samping kulkas sambil melipat tangan di depan dada.

Sasori mengernyitkan alisnya, "Hei, kau mau kesini atau tidak?" ujarnya sambil menepuk-nepuk tempat kosong di sampingnya.

Sakura memutar bola matanya, bagus ia jadi terlihat seperti orang bodoh. Ia memutuskan untuk mendekati pemuda berambut merah ini.

"Err...kukira kau sudah...tewas?"

"Memang. Saat aku dibangkitkan oleh Madara dan kemudian dibunuh lagi oleh Kankurou, aku memang sudah tewas. Dan, entahlah apa yang mebuatku tiba-tiba berada di Konoha!"

Sasori menceritakan apa yang terjadi beberapa jam sebelum ini. Bagaimana saat ia sadar dan sudah berada di lorong apartemen Sakura.

"Dan lihatlah ini!" ini yang paling mnyebalkan!" Sasori membuka kancing kemejanya satu per satu dan melepasnya. "Lihatlah!"

Sakura merasa wajahnya memanas dan memerah ketika melihat dada dan perut Sasori yang berotot dan ken—apa? Bukankah badan itu...

"Ya! Aku. Manusia. Biasa. Bukan lagi Hito Kugutsu. Menyebalkan!" Sasori mengacak-acak rambutnya dan kembali menjatuhkan diri di sofa.

Sakura tertawa kecil melihat ekspresi Sasori. "Oke, baiklah. Tapi kurasa itu bukan hal yang buruk. Kau...um...memiliki tubuh yang yaaah...cukup bagus..."

"Terima kasih. Tapi—oh lihatlah! Tak ada senjata, racun, dan gulungan-gulungan rahasia! Bisa kau bayangkan itu? Manusia biasa Sakura!"

"Oke oke, itu buruk sekali. Aku prihatin."

"Ya. Amat sangat buruk sekali." Ia menyenderkan kepalanya ke sandaran sofa. "Hhhh...apa yang harus aku lakukan sekarang?"

Sakura menyadari bahwa mereka haru ke topik utama pembicaraan. "Jadi, kenapa kau harus ke apartemenku?"

Sasori menghel nafas, dan matanya melirik ke arah paha Sakura yang tidak tertutupi celana. Ia terkekeh saat Sakura buru-buru menutupinya dengan bantal saat menyadari Sasori memperhatikannya.

"Hn, sebenarnya karena selain aku terbangun di lorong apartemenmu, aku juga tidak memiliki orang yang kukenak di Konoha."

Perasaan tak enak menyerang Sakura. Ia tiba-tiba merasa mual.

"Tidak ada yang kau kenal?"

Ia mengangguk. Matanya menuju ke arah kamar tidur Sakura, "Di dalam situ ada apa?"

Sakura menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Tidak. Tidak ada pa-apa."

Sasori memutar tubuhnya menghadap Sakura, "Aku butuh tinggal di sini untuk sementara."

Sakura memucat. Perasaan tak enaknya terbukti sudah.

"Tidak."

"Kenapa tidak?"

"Pokoknya tidak."

Sasori mengangguk. Sakura menggeleng.

Sasori menepuk sofa yang mereka duduki, "Aku akan tidur di sofa ini. Aku tidak akan mengganggu kegiatanmu."

"Tidak."

Sasori menggeser badannya, yang membuat Sakura semakin mundur, "Kenapa tidak?"

"Itu...tidak pantas saja kalau laki-laki dan perempuan yang tidak ada ikatan untuk tinggal bersama."

Sasori menanggapi perkataan Sakura dengan helaan nafas, "Aaah sudahlah! Anggap saja kau membantuku! Iya tidak?"

"Tidak bisa Sasori."

"Ayolah hanya 1 minggu saja. Atau mungkin beberapa hari," Sasori memohon kepada Sakura.

"Tidak. Tidak di sini Sasori."

Sakura berdiri dan menarik tangan Sasori, "Ayo, kau harus pergi dari sini."

"Hei, kemana aku harus pergi?" Sasori tidak bergeming dari sofa.

"Entahlah. Tapi kau harus pergi," Sakura terus menarik tangan Sasori, tapi ia tetap tidak bergeming.

Sasori menyeringai, "Heh, coba saja."

Sakura menatapnya kesal, "Kau—"

Kruyuuk.

"Eh?" Skura menaikkan alisnya, menatap kearah Sasori yang sedang memegangi perutnya,

"Kau...lapar?"
"Hn? Entahlah. Aku kan tidak pernah makan semenjak menjadi kugutsu. Jadi inikah yang dinamakan kelaparan? Hhh tidak enak," gerutu Sasori sambil menepuk-nepuk perutnya.

Sakura menghela nafas. Sepetinya ia akan mengambil keputusan yang beresiko besar. Ia melepaskan genggaman tangannya pada lengan Sasori.

"Baiklah. Kau bisa tinggal di sini. Tapi ingat, tidak sampai satu minggu, mengerti?" Mata emeraldnya menatap tajam ke hazel Sasori.

Sasori menyeringai puas, "Baiklah, arigatou Sakura."

Sakura mengangguk, "Hm. Ayo kita ke dapur. Kubuatkan kau makanan." Sakura berjalan ke dapur dengan Sasori yang mengikutinya dari belakang.

Oo TBC oO

A/N : Hello minna fict ini saya buat sebagai versi Naruto dari fict 'Dead Espadas' milik Bankai Betty. Tentu saja saya sudah minta izin langsung ke Betty Kalau ada typos mohon maaf ya, memang sudah penyakit ^^ Hope you like this fict, so...mind to review?