disclaimer: knb © tadatoshi fujimaki
peringatan: shounen ai; boys love; nijihai, canon setting, bad ending
catatan: NIJIHAI IS KILLING ME CALL 911 P LEAS E,,

.


.

Haizaki mengikat tali sepatunya, kepalanya menunduk, Nijimura berada tepat di depannya.

"Ne, Haizaki."

"Haaa," lelaki kelabu itu menjawabnya asal.

Nijimura mempertemukan iris keemasan dengan kelabunya iris mata Haizaki, memperpendek jarak di antara kedua remaja sekolah menengah pertama itu. Sementara jemari panjang Nijimura menyapu lembut dagu Haizaki.

"Apa kau akan kesepian...," Nijimura meneduhkan matanya, "jika tidak ada aku di sini?"

Haizaki tampak tertegun sejenak, sebelum mengeluarkan desisan tawa yang terkesan terpaksa.

"Ha! Aku bahkan bersyukur tidak akan dipukuli olehmu lagi." Sorak si kelabu ketika jemarinya masih berkutat dengan tali sepatu kirinya, matanya menatap intens Nijimura — seolah sedang berlomba menatap mata.

Nijimura tersenyum dalam raut kekecewaan, "Begitukah?" Ia mundur menjauhi Haizaki sejenak, "kukira kau akan merindukanku—"

Nijimura menghela napas dan menutup kelopak matanya. Dramatis.

"Ocehanku—"

Haizaki menggigit bagian bawah bibirnya.

"Dan lapangan basket ini."

Nijimura menjelajahi tiap sudut lapangan dengan penglihatannya, Haizaki menunduk.

"Karena aku akan merindukanmu. Haizaki."

Tersentak, Haizaki mundur melempar kedua tangannya ke belakang punggungnya, matanya melotot.

"Aku... aku menyayangimu." Nijimura tersenyum miris, mengangkat dagu juniornya, lalu menatap tiap sudut wajahnya dengan teliti. Lelaki dengan helaian rambut hitam itu mendekati lagi Haizaki, membuat nafas mereka hampir menyatu.

Haizaki merasa sesak, dadanya sakit, ia tidak pernah merasa se-sentimentil ini — ini hari kelulusan Nijimura, dan kenapa si idiot bermulut besar ini baru menyatakan perasaannya sekarang?!

"Bodoh!" Lontaran itu melompat begitu saja dari lidah Haizaki—

—bersamaan dengan air mata yang turun menuju dagunya.

Mata Nijimura membelalak.

Haizaki menghapus air matanya sedikit demi sedikit, suaranya sesenggukan — membuat gaung dalam lapangan basket yang menjadi saksi semua kedekatan Nijimura dan Haizaki dalam begitu banyak sisi.

Nijimura masih menyentuh dagunya. Tidak ada niatan baginya untuk melepaskannya.

Yeah, ia juga tidak ingin berpisah dengan orang yang dia sayangi.

"Jangan nangis."

Nijimura mengusap wajah Haizaki dengan kedua tangannya.

"Kausebut dirimu laki-laki, eh?"

Mata Haizaki hanya tertuju pada Nijimura.

"Lagian meski aku lulus... yang kupikirkan pasti cuma kamu."

Haizaki makin terisak.

Dijatuhkannya pukulan pada dada Nijimura, "Kau bodoh! Tidak ada hal romantis semacam itu dalam dunia nyata! Kita homoseksual! Kau akan menikah dengan perempuan, aku akan menikah dengan perempuan; tidak usah mengatakan hal yang tidak realistis!"

Nijimura terdiam sesaat sebelum mengusap punggung Haizaki.

"Tidak, memang tidak realistis."

Direngkuhnya Haizaki dalam-dalam.

"Tapi perasaanku sama kamu nyata, 'kan?"

Gigi Haizaki bergemerutuk, tak kuasa merasakan panah yang menyakiti jantungnya, Nijimura orang yang bodoh — tapi tidak jahat; Haizaki menyukainya, bahkan... mencintainya.

Dan, yap, perasaannya pada Nijimura itu nyata.

Nah.

Lalu semuanya diakhiri dengan ciuman selamat tinggal.