Lagi dan lagi Ia tertidur dengan posisi yang sama seperti malam kemarin. Laptopnya masih menyala saat Ia tidak sengaja terbangun karena ponselnya yang berbunyi. Ia mengedipkan matanya beberapa kali lalu mengusap wajahnya, berusaha menyadarkan diri. Ia meraih benda pipih berwarna metalic yang terus berbunyi karena ada sebuah panggilan masuk. Di tatapnya layar datar itu, menampilkan nama yang Ia rindukan hampir 3 bulan setelah kepindahannya dari Korea Selatan. Ia tersenyum tipis lalu menerima panggilan itu.
"Halo"
"Ya? Ada apa, John?"
Ada jeda saat Ia menjawab panggilan itu. Terdengar helaan napas dari seberang telepon yang dapat Ia dengar dengan sangat baik. Rasanya raut wajah orang tersebut dapat dengan jelas Ia bayangkan. Ekspresi yang sama setiap Ia harus pergi ke kampung halamannya untuk menjumpai kedua orang tuanya saat liburan sekolah, dan orang tersebut tiba-tiba muncul di halaman rumah orang tuanya dengan ekspresi itu.
"Aku merindukanmu"
Ia tersenyum. Orang itu, yang selalu Ia sebut dengan Johnny, seseorang yang sudah hampir 4 tahun ini menemani hari-harinya. Membuatnya tau jika mencintai seseorang adalah sebuah hal yang luar biasa menakjubkan. Dulu Ia sangat tertutup pada orang lain, sampai seorang junior dengan wajah western datang padanya saat kelas musik berlangsung dan menyatakan cinta di depan teman sekelas dan guru musiknya.
"Apa ini tidak terlalu pagi untuk merindukanku, John? Aku rasa disana masih sangat pagi"
"Aku merindukanmu setiap waktu"
Lagi, Ia tersenyum sembari matanya menatap sebuah pigura yang terletak di meja nakas, tepat di samping ranjangnya. Pigura itu membingkai salah satu moment tidak terlupakan saat mereka menghadiri pesta ulang tahun Taeyong, salah satu sahabat Johnny, dan sebenarnya foto itu diambil tak sengaja oleh Yuta yang saat itu sedang mengabadikan meriahnya pesta.
Ia ingat, saat itu dimana Johnny memeluknya dengan begitu hangat dan membisikan kalimat yang sampai detik ini pun masih Ia ingat dengan sangat jelas. Kalimat yang menjadi penyemangat saat Ia merasa lelah dengan apa yang sedang Ia jalani di tempat ini sekaligus membuatnya merindu pada sosok tinggi dengan tangan yang begitu hangat menggenggamnya tangannya.
"John, bagaimana kabarmu?"
"Aku baik-baik saja setelah mendengar suaramu"
"Hei berhenti mengucapkan hal-hal cheesy seperti itu"
Terdengar suara tawa di seberang telepon, dan Ia berani sumpah tawa itu membuatnya semakin merindukan laki-laki bermarga Seo itu.
"Kenapa? Kau makin merindukanku ya?"
"Kau tau pasti jawabannya"
"Apa kau makan dengan baik disana? Bagaimana dengan kuliahmu?"
"Aku makan dengan teratur, Seo Youngho" Ia tersenyum untuk kesekian kalinya. "Aku tidak tau harus bagaimana mengatakannya, tapi aku mulai merasa lelah"
Johnny tidak menjawab untuk beberapa saat dan Ia memilih untuk diam, sembari menerka-nerka apa yang dilakukan kekasihnya itu disana.
"Hansol hyung?"
"Ya?"
"Apa kau ingat, saat pesta ulang tahun Taeyong, aku pernah mengatakan sesuatu padamu"
Hansol, laki-laki dengan rambut blond itu terdiam. Kalimat itu memang menjadi alasan mengapa Ia masih bertahan disini, di tempat yang sangat jauh dari orang-orang yang Ia sayangi. Sebesar apapun rasa lelah yang Ia rasakan, kalimat itu akan dengan cepat memberikannya kekuatan baru. Tak sadar mata Hansol berkaca-kaca.
"Sebesar apapun letih yang kau rasakan dan sejauh apapun kau akan pergi, kau harus ingat betapa aku mencintaimu dan menunggumu disini"
Entah mengapa rasanya jadi berbeda, saat mendengarnya diucapkan kembali oleh orang yang sama, orang yang sangat Ia cintai. Kali ini yang mendominasi perasaannya adalah rindu, namun berbeda dari rindu yang Ia rasakan beberapa bulan terakhir. Ia rindu semua tentang laki-laki itu, suaranya, tawanya, senyumnya, genggamannya, tatapan matanya, dan hangat pelukannya. Tanpa perintah, air matanya jatuh begitu saja.
"Aku merindukanmu, Johnny. Rasanya aku hampir gila karena perasaan ini"
Hansol bicara dalam isakannya. Ia tidak tahan untuk tidak menangis. Hal ini sebenarnya sudah Ia tahan sejak kepindahannya karena Ia memilih untuk terlihat kuat. Sayangnya, sekarang Ia sadar bahwa itu semua tidak sejalan dengan hatinya.
"Jangan menangis, hyung"
"Aku membutuhkanmu, Johnny. Aku sudah melewati beberapa bulan ini tanpamu, dan semuanya menjadi sulit"
"Jangan katakan itu, hyung. Disana kau bisa meraih mimpimu selama ini"
"Tapi semuanya jadi sulit-"
"Kau bisa, hyung. Ingat, jika kau berhasil meraih mimpimu disana, berarti kau sudah membuat mimpiku jadi nyata"
Johnny memberi jeda disana hingga laki-laki itu kembali bicara.
"Mimpiku adalah melihatmu bahagia. Jadi jangan katakan kau tidak bisa, kau mengerti?"
"Terima kasih untuk tidak pernah menyerah padaku, John"
Kali ini Hansol dapat tersenyum. Mungkin Ia adalah orang paling beruntung di dunia karena laki-laki dengan senyum dan pelukan hangat yang saat ini berada jauh darinya itu selalu ada untuk mencintainya dan mendukungnya.
"Tidak, aku yang seharusnya berterima kasih"
"Untuk apa?"
"Terima kasih telah menerimaku dan menjadi bagian terpenting dalam hidupku"
Hansol tersenyum lagi dan lagi karena laki-laki itu.
"Aku mencintaimu, Johnny"
"Aku lebih mencintaimu, hyung"
.
.
.
.
.
END
Aku gak tau ini bagus atau gak lol dibikin dalam waktu 90 menit karena aku kangen Hansol:( Hansol kapan debut?
Jangan lupa tinggalkan jejak, babe.
