My Choice
Chapter 1 : Kaito Shion
KuroVoca ©2012
Disclaimer : Yamaha dan Crypton. Bukan punya Kuro :3
Chara : Kagamine Twins, Shion Kaito, Hatsune Mikuo, Hatsune Miku
Genre : Romance/Humor
Rated : T
WARNING : Humor gajadi, OOC (mungkin), typo(s).
A/N : Disini Mikuo bukan jadi kembarannya Miku. Tapi jadi tetangga sekaligus teman kecil Rin dan Len. Namanya juga diubah jadi Mikuo Hara.
.
RinMikuo, RinKaito, RinLen!
.
.
Rin Kagamine. 16 tahun, kelas 1 SMA Vocaloid. Mempunyai saudara kembar bernama Kagamine Len. Rambutnya yang kuning pendek hampir selalu dihiasi pita putih besar. Tubuhnya kecil, membuatnya selalu disangka anak SMP oleh orang yang tidak mengenalnya dengan baik.
.
"Rin!"
Tidak ada sahutan.
"Rin!"
Lagi-lagi tidak ada sahutan.
"KAGAMINE RIN!"
Kali ini yang dipanggil menyahut, "Hem... Len, kau mengganggu tidurku tahu!" omel Rin, menggeliat sedikit.
Len menyibakkan selimut yang menutupi tubuh Rin, "Rin! Hari ini kita ada upacara penerimaan siswa! Ayo bangun, jangan sampai kita telat lagi seperti waktu SMP!"
Rin bergumam tidak jelas.
"Rin! Bagaimana dengan niatmu mencari cowok?" dengus Len, teringat niat Rin saat upacara kelulusan kemarin.
Rin tiba-tiba terduduk hingga Len kaget, "Benar. Aku hampir saja lupa. Siap-siap, Len! Sebentar lagi kita akan berangkat," Rin melesat ke kamar mandi setelah menyambar handuknya.
Len sweatdrop. Tidak disangka reaksi Rin sampai begitu, "Biarlah," Len mengendikkan bahunya.
.
.
"Len, kau bisa cepat sedikit tidak?" gerutu Rin saat melihat Len masih mengikat tali sepatunya, "Bisa-bisa kita telat!"
Len mendengus, "Yang bikin lama itu kau, Rin!" katanya, "kau tadi menyuruhku mempersiapkan barang-barangmu, hingga aku tidak sempat memakai sepatu!"
"Ya, ya... terserah kau saja! Oh ya, apa kau tahu, Len?" Rin mengalihkan pembicaraan. Benar-benar tidak mau disalahkan oleh kembarannya sendiri itu.
"Apa?" Len masih sibuk dengan tali sepatunya.
"Apa kau tahu Mikuo di SMA mana?" tanya Rin, yang tiba-tiba teringat teman kecil sekaligus tetangga mereka.
Len terdiam, mengingat, "Kurasa.. di SMA Kaguya,"
Rin mengangguk-angguk. Puas dengan jawaban kurasa milik Len itu.
"Kenapa? Jangan-jangan kau masih suka dengannya?" Len menyelesaikan ikatan tali sepatunya, dn berdiri sambil tersenyum menggoda.
Rin memerah pipinya, "Tidak, tidak! Lagipula aku akan mencari cowok lain. Ayo! Kau sudah selesai, kan? Cepat kita berangkat," Rin bangkit dan membuka pintu. Begitu membuka pintu, mata Rin menangkap sesosok hewan—maksudnya manusia laki-laki sedang menguap di depan ruman yang ada di depan rumahnya(?).
"Ah! Ohayou, Rin," sapa laki-laki itu sambil tersenyum ke Rin.
"Wah! Ohayou, Mikuo! Seragammu bagus, ya?" Len berkata duluan sebelum Rin menyahut sapaan ramah Mikuo itu.
"Terimakasih. Seragam kalian juga bagus,"
Len menoleh ke Rin yang sedang menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang merah. Len tertawa, "Sudah kuduga, kau masih suka Mikuo, kan?" bisik Len.
"Sudahlah, sudahlah! Ayo kita berangkat! Mikuo, kami berangkat! Dah!" Rin mendorong Len seraya melambaikan tangannya ke Mikuo.
Mikuo tersenyum dan mengangguk, "Oke. Daah,"
Lagi-lagi wajah Rin memerah saat melihat senyum Mikuo, "Cih. Pokoknya aku harus mencari laki-laki yang lebih keren dari Mikuo!" niat Rin pelan.
Ternyata Len mendengarnya, dan mengomentari niat Rin, "Akhirnya pasti kau lagi-lagi jatuh cinta pada Mikuo, kan? Itu juga terjadi saat SMP," Len mengikik.
"Diamlaah! Dasar shota jeleek!" Rin menjambak rambut Len. Len mengaduh, lalu berusaha menjambak Rin juga.
"Dada rata!" balas Len.
"SHOTA!"
"DADA RATA!"
"SHO—" Rin baru akan berteriak lagi saat seseorang menyentuh pundaknya.
"Maaf..." seseorang yang menyentuh pundak Rin mundur beberapa langkah saat melihat wajah garang Rin.
Rin melepas jambakannya, "Ah, maaf. Ada apa?" tanya Rin, seraya menjaga image-nya. Len mendengus.
Seseorang berambut biru tua yang setinggi Mikuo itu gugup, "Ah, eh... maaf, apa kalian tahu dimana letak SMA Vocaloid? Aku pernah kesana, tapi karena aku baru pindah kesini, aku belum hafal jalannya,"
Rin mengangguk-angguk, "Kebetulan kami juga mau kesana. Mau sama-sama?" tawarnya.
"Eh? Boleh? Arigatou gozaimasu!" kata cowok itu senang, tapi sesaat kemudian dahinya mengerut, "Hei. Untuk apa kau ke SMA?"
"Apa maksudmu? Aku bersekolah disana!" balas Rin. Ia tahu lagi-lagi ia dan dirinya disangka anak SMP. Sebelumnya saat mereka masih SMP juga seperti itu.
.
Flashback
.
"Hei! Kalian!" Kepala sekolah SMP Crypton tiba-tiba mendatangi kedua Kagamine yang sedang asyik bercanda dengan marah. Yang didatangi kaget, tapi mereka berdua berusaha tenang.
"Maaf, ada apa ya pak?" tanya Len.
"Ada apa? Kalian tahu kesalahan kalian!" bentak Kepala Sekolah.
Rin dan Len berpandangan, "Apa?" tanya mereka polos.
"ANAK KELAS SATU TIDAK DIPERBOLEHKAN BERBAUR DENGAN ANAK KELAS TIGA! Cepat kembali ke tempat kelas satu!" teriak Kepala Sekolah.
Teman-teman kedua Kagamine itu tertawa, karena mereka tahu benar Kagamine Rin dan Kagamine Len itu kelas tiga. Wajah Rin memerah. Len sih, tenang-tenang saja.
Rin mengamuk sebelum Pak Kepala Sekolah membuka mulutnya lagi. Dijambaknya rambut kepala sekolah SMP-nya itu tanpa belas kasihan.
"R—RIN!" teriak Len histeris berusaha menghentikan kembarannya yang sedang mengamuk. Kalau tidak dihentikan, bisa-bisa Rin dan Len tidak jadi diluluskan oleh Kepala Sekolah. Tapi ternyata tanpa dihentikan pun, Rin tidak melanjutkan jambakannya karena...
Rambut yang dijambak Rin lepas. Seketika itu juga, wajah Kepala Sekolah berubah warna. Merah. Malu. Akhirnya, kebanggan karena sudah hampir delapan tahun menjabat sebagai Kepala Sekolah yang Berambut hancur sudah karena Kagamine Rin.
Seluruh sekolah mentertawakannya. Guru-guru yang hadir juga ada yang tertawa, walau kebanyakan hanya bisa menahan tawanya.
Rin puas,menyeringai kepada Kepala Sekolah, lalu meninggalkan sang Kepala Sekolah sambil berniat dalam hati bahwa ia tidak akan kembali lagi ke SMP Crypton jika kepala sekolahnya masih dia.
.
Flashback : end
.
"Haah? Kukira... kukira kalian anak SMP! Maafkan aku!" Kaito membungkuk, salah tingkah.
"Ya... tidak apa-apa," Rin menahan kekesalannya karena cowok biru dihadapannya itu terlihat keren, "ngomong-ngomong, siapa namamu?"
"Aku Kaito, Kaito Shion. Salam kenal," cowok yang mengaku bernama Kaito itu tersenyum memperkenalkan dirinya.
"Aku Kagamine Rin. Ini kembaranku, Kagamine Len. Senang berkenalan denganmu," Rin membungkukkan badannya sopan.
Len mendekati Kaito, dan berbisik, "Hati-hati. Dia itu cewek garang dan berdada rata,"
Rin otomatis menjambak Len, lebih keras dari Len tadi cukup keras hingga Rin bisa mendengarnya dengan jelas.
"AAAAH! RIN, LEPAAAS!" tangan Len menggapai-gapai, dan menyentuh pita besar di kepala Rin. Segera saja Len menarik pita itu.
"Hei, hei..." Kaito berusaha menenangkan Rin dan Len. Tapi ia tidak tahu apa yang harus dia perbuat. Minta tolong? Tidak mungkin. Nanti bisa-bisa Rin dan Len disangka maling dan digebukin. Akhirnya Kaito hanya diam, melongo.
Karena Rin tidak mau pitanya yang ia pasang tadi pagi dengan teliti lepas, ia melepas jambakannya dan mendengus.
Len juga melepas tarikannya sesaat setelah Rin melepas rambutnya. Tapi karena rambutnya berantakan, Len terpaksa melepas ikatan rambutnya.
"Hei. Ternyata kalian mirip sekali, ya?" tanya Kaito melihat Len yang rambutnya tidak diikat dan Rin secara bergantian.
"Terimakasih," sahut Rin.
"Ya, kami memang mirip. Bahkan kadang aku tdak tahu Rin itu cowok atau cewek. Lihat saja, dia tidak punya dada, rambutnya pendek, wajahnya garang—" Len menghentikan kalimatnya saat melihat Rin men-death glare -nya.
Kaito tertawa, "Sudahlah. Hei.. kita sudah sampai, SMA Vocaloid!" Kaito melihat gerbang selamat datang serta banyak orang lalu lalang dengan seragam yang sama seperti miliknya di depannya.
.
.
Rin langsung duduk di sofa saat sudah sampai dirumahnya, "Upacaranya melelahkan sekaliii," keluhnya, menoleh ke arah Len yang sedang duduk di sebelahnya, "Benar kan, Len?"
"Ya. Mau kubuatkan es jeruk?" tawar Len.
"Boleh! Terimakasih, Leeen! Kau memang mengerti aku," Rin memeluk Len.
Len agak memerah dipeluk Rin seperti itu, "Rin, lepaskan aku!" Len meronta.
Rin tertawa, "Oke. Oh ya, aku tidak menyangka. Ternyata Kaito murid berprestasi. Aku sampai kaget saat melihatnya maju ke depan," Rin mengingat-ingat kejadian upacara tadi.
"Ya. Kukira ia orang yang kikuk dan bodoh," sahut Len sambil memotong jeruk menjadi dua bagian secara horisontal.
Rin tersenyum, "Walaupun kikuk dan bodoh pun, dia tetap keren, kok!" ungkap Rin, tiba-tiba.
Len menoleh ke arah Rin, "Jangan-jangan... kau?"
"Benar! Lagipula dia lebih keren dari Mikuo, kok!"
Len menggelengkan kepalanya, "Rin. Kau tahu tidak? Sekilas Kaito itu mirip dengan Mikuo! Kurasa kau memang benar-benar suka dengan Mikuo,"
"Huh! Dibandingkan Mikuo, Kaito jauh lebih baik!" kata Rin kesal saat mengingat wajah Mikuo yang tidak pernah sama sekali menyadari perasaannya, menurutnya.
"Kita baru kenal," kata Len, "sebaiknya kau jangan seyakin itu, Rin."
"Fufufu, kau khawatir denganku, ya? Terimakasih!" Rin tersenyum, mengambil handphone disakunya, "Woah, ada e-mail!"
From : BlueIce_KaitoS
To : PrincessRin_orangelover
Subj : E-mail pertama
Halo. Kau sudah sampai dirumah? Jangan lupa sikat gigi sebelum tidur
Rin tersenyum melihat isi e-mail itu, "Perhatian sekali, sangat-sangat berbeda dengan Mikuo!" bisik Rin.
"Apa? Apa yang berbeda dengan Mikuo? Hei. Kau baca e-mail dari siapa?" tanya Len kepo mendadak.
Rin tidak menjawab, sibuk mengetik.
"Kaito?" tebak Len.
Rin mengangguk pelan, malu-malu tapi terlihat senang saat Len menyebut nama Kaito.
"Kau benar-benar suka dengannya?" tanya Len, menyodorkan gelas berisi es jeruk ke Rin.
"Ah, terimakasih," Rin menerima es jeruknya, "yah, kira-kira seperti itu,"
"Lalu... bagaimana dengan Mikuo?"
"Kenapa dengannya?" dengus Rin, "cowok sok keren yang menyebalkan itu tidak ada urusan denganku," katanya, mengingat saat-saat menyebalkan.
Len menghela napasnya, "Kau benar-benar tidak tahu? Mau kuberitahu tidak?" Len menatap Rin.
Rin membalas tatapan Len, "Apa yang aku tidak tahu?"
"Oh, sudahlah. Tidak penting. Aku akan tidur. Dah," Len membereskan peralatan membuat es jeruk(?) yang tadi dipakainya lalu berlalu menuju kamarnya.
"Oke. Jangan lupa bangun sebelum waktu makan malam, ya!" Rin tersenyum lalu meneguk es jeruknya.
Len menggerutu, "Harusnya kau yang memasak, tahu. Kau kan perempuan dan aku laki-laki!"
Rin tertawa, "Kau mau makan masakanku?" tanya Rin, dan Len segera menggeleng saat mengingat terakhir kali ia makan masakan Rin. Terlalu asin, terlalu manis, gosong, asam, dan sebagainya yang jauh dari kata enak dan mendekati kata mematikan. Oke, berlebihan.
"Bangunkan aku," pinta Len.
.
.
.
Tebece!
.
Kuro : "..."
Momo : "Apa?"
Kuro : "Ah, tidak..."
Momo : "Kau aneh, Kuro."
Midori : "Heei. Kurasa dibagian ini tidak ada yang lucu,"
Momo : "Masa, sih? Aku sudah membuatnya sebaik mungkin, lho?"
Akari : "Apa aku tidak boleh menambah bagian kesukaanku di fic ini?"
Momo : "NGGAK! NGGAK BOLEH!"
Kuro : "Galaknya,"
Momo : "Kau bilang sesuatu?" *death glare*
Kuro : "Tidak, tidak! Hei, Momo. Bukannya kau harus meminta review dari pembaca?"
Momo : "Oh iya! Terimakasih sudah mengingatkan,"
Kuro : "Fyuuh,"
Aoko : "Benar-benar pintar,"
Kuro : "HUWAAA! Kau muncul tiba-tiba sekali!"
Momo : "Jangan berisik! Readers, kami minta review kalian yaa! Jangan cuma baca doang!"
Kuro, Akari, Midori, Aoko : "REVIEW!"
Akari : "Baca doang, kubunuh kalian!" *ngacungin katana*
Aoko : "Hei-_-"
Momo : "Jangan lupa tunggu chapter selanjutnya, That Day !"
.
.
.
Chapter 2 : That Day
Kau tahu apa yang lebih manis dari gula?
Kau tahu apa yang lebih cantik dari kupu-kupu?
Kau tahu apa yang dapat membuatku terbang tanpa sayap?
.
.
Cari jawabannya di chapter berikutnya! See ya!
