Ono Kensho mengeluarkan Mini Album Kedua tanggal 23 Maret 2016!

Kuroko Tetsuya, seorang mahasiswa jurusan sastra Jepang di ToDai menunjukkan wajah mupeng setelah melihat berita tersebut di beranda WajahBuku miliknya. Senang? Tentu saja! Ono Kensho ini pendatang baru di belantika musik dan sukses merebut perhatiannya sejak awal ia debut. Bahkan Tetsuya membeli dua edisi tiap single dan mini albumnya sekaligus! Meski begitu, ia belum pernah datang ke konsernya.

Miris sekali.

Mengingat hal itu membuat Tetsuya drop lantaran pemuda itu malah masuk rumah sakit karena kecelakaan. Well, harapannya masih bisa terkabul di beberapa minggu ke depan. Ia juga sudah beli tiketnya. Jadi, Tetsuya hanya harus menjaga kondisi tubuh serta berdoa (tiap malam!) agar rencananya diberi kelancaran oleh Kami-sama.

Kesampingkan soal konser, Tetsuya harus cepat-cepat membeli mini album terbaru itu. Popularitas Ono Kensho mulai melonjak naik sejak ia sering tampil mengisi karakter-karakter anime di tahun 2015. Makanya wajar 'kan kalau Tetsuya takut kehabisan limited edition-nya?

Tetsuya pun berencana akan memasukkan agenda membeli mini album tersebut besok. Beberapa teman sekelasnya memanggil karena sebentar lagi mata kuliah yang mereka ikuti akan dimulai. Tetsuya mematikan MP3 di ponselnya yang memutar lagu ZERO dari sang penyanyi favoritnya lalu berjalan ke dalam kelas.


Kuroko no Basuke disclaimer by Fujimaki Tadatoshi-sensei

OK by Oto Ichiiyan

Rate : T

Genre : Romance, Humor (garing)

Pair : AkaKuro

Warning : Typos, OOC, AU, Semi-Formal Fic, etc. Special AKAKURO'S WEEK! Don't like, don't read. I've warned you, 'kay?


Sesuai rencana, setelah menyelesaikan jadwal kuliah di hari itu, Tetsuya mampir ke toko CD dan kaset terdekat. Dari BurungBiru Ken-chan (panggilan Tetsuya untuk solois kesayangan), ia akan berkunjung ke beberapa toko secara acak. Bisa dibilang itu adalah kejutan untuk para fans yang tertangkap basah sedang membeli CD-nya.

Sebelum Tetsuya memutuskan kemana ia harus membeli mini album tersebut, Tetsuya sempat berdoa di kuil. Menurut kertas ramalan, ia akan mendapat keberuntungan berganda dalam waktu dekat.

Bolehkah Tetsuya berharap salah satunya adalah bertemu sang idola?

Membayangkan hal itu benar-benar terjadi, membikin Tetsuya menunjukkan wajah aneh sejak pagi. Ingin tersenyum tapi masih saja terpasang muka tembok. Ah, Tetsuya mulai lelah mengontrol emosi bahagianya.

"Tecchaaaaan!"

Pemuda itu menengok. Sosok pemuda lain dengan poni belah tengah serta telinga kiri bertindik langsung melabrak tubuhnya. Ia hampir terjerembab ke depan kalau tidak menahan diri sekuat tenaga.

"Takao-kun, please, jangan terjang aku lagi. Kau jadi mirip Kise-kun, tahu." Erangan protes terdengar dari bibir Tetsuya. Meski hanya ada intonasi monoton di sana.

"Ahaha, apa karena telingaku ditindik?" Senyum lima jari mencuat di wajah Takao Kazunari.

"Bisa jadi," sahut Tetsuya tanpa minat.

"Oh iya, kau sudah tahu 'kan penyanyi soloismu itu mengeluarkan mini album terbaru?"

"Tahu, dong." Tetsuya menepuk bahu kiri Kazunari. "Makanya, aku menagih taruhan bola minggu lalu."

"Eeeeeh..." Kazunari nge-drop seketika. "Baiklah..."

Keduanya beranjak dari gerbang kampus menuju daerah kantin yang letaknya berada di timur, dekat Fakultas Ekonomi. Dan sesuai dengan yang Tetsuya katakan barusan, mereka sempat taruhan dari pertandingan Macan Biru dengan Singa Merah. Tetsuya bertaruh Singa Merah, sedangkan Kazunari di pihak lawan. Tim yang dijagokan Tetsuya pun menang dengan skor akhir 3-2. Mau tidak mau, Kazunari harus mentraktirnya makan siang. Lumayan, uang makan siang Tetsuya bisa dipakai untuk membeli mini album OnoKen.

"Tecchan, aku sebal dengan Shin-chan! Kami jarang bertemu karena dia jadi Asisten Lab sekarang, hiks!" curhat Kazunari dengan ekspresi mendramatisir.

"Daripada itu, lebih baik Takao-kun beli makan siang kita dulu," potong Tetsuya.

"Dasar, nggak sabaran." Kazunari pun pergi ke konter.

Tetsuya mencari tempat kosong untuk ia tempati dengan teman seperjuangan tapi beda jurusan itu. Kepalanya meneleng sedikit, heran dengan salah satu pemuda (entah siapa, ia tidak kenal) sedang makan siang sendirian. Beberapa pasang mata sering mencuri-curi pandang padanya namun tidak digubris, baik laki-laki maupun perempuan.

Secara tak kasat mata, di sekeliling pemuda itu seperti ada sebuah pagar pembatas yang melarang orang lain untuk mendekat. Ansoskah? Seansos-ansosnya Tetsuya, ia takkan sampai seperti itu. Sungguh.

Ah, apa mereka semua takut dengannya?

Sekali lagi Tetsuya memandang penjuru kantin. Sialnya hanya tempat pemuda itu yang masih bisa ditempati. Jadi, lebih baik ia izin duduk satu meja dengannya. Toh, Tetsuya juga tidak takut. Untuk apa takut padahal sesama manusia?

Ia pun berjalan mendekati sang pemuda berambut merah segar tersebut. Suara deheman dijadikan salam sapa untuk mengawali pembicaraan (yang kurang etis sebenarnya). Tapi melihat sosok di depannya ini sedang fokus menatap layar ponsel, Tetsuya pun harus melakukannya. Sekedar mencari perhatian. Cie.

"Ehem. Ano."

Subyek sapaan menoleh. Tubuhnya sempat tersentak sebelum tersenyum tipis. "Ya?"

Ternyata ramah, komentar Tetsuya.

"Boleh saya dan teman saya duduk di satu meja denganmu? Tak ada tempat kosong lagi selain di sini," tanya Tetsuya meminta izin. Sekaligus menjelaskan alasannya.

"Oh, silahkan. Sebentar lagi saya juga harus pergi," jawab positif dari pemuda serba merah tersebut.

Sambil menunggu Kazunari yang masih mengantri di konter kantin, Tetsuya mengambil posisi duduk berhadapan dengan pemuda merah itu kemudian kembali menyentuh ponsel Robot Hijau. Ia juga mengambil earphone dari dalam tas lalu menyelami menu Musik setelah memasang benda penyalur suara tersebut ke ponsel. Tetsuya menyetel lagu STORY. Tanpa sadar ia pun ikut bersenandung mengikuti instrumen musiknya. Pemuda yang akhir-akhir ini lebih sering menguncir rambut biru mudanya itu berniat untuk menghapalkan semua lagu OnoKen, termasuk lagu-lagu barunya. Kan sayang kalau ikut konser tapi tidak hapal lirik. Kurang greget.

Lagu berganti, Tetsuya sadar kalau sosok yang duduk berhadapannya agak terganggu. "Oh, maaf. Apa saya mengganggu?" tanyanya setelah melepas earphone.

"Tidak. Suaramu lumayan bagus, saya suka."

Sepertinya telinga Tetsuya harus dibawa ke ahli THT, deh. Mana mungkin suara datarnya dibilang bagus. Ah, iya, pasti begitu.

"Suaramu memang lumayan, kok."

Nah, lebih baik besok aku cek ke dokter THT saja.

"Hei, aku serius."

Tunggu, pemuda ini kok bisa baca pikiran Tetsuya? Nah, loh. Mau tidak mau ia jadi malu. Sebenarnya antara percaya tidak percaya kalau barusan dapat pujian tulus atau hanya pujian untuk dijadikan topik pembicaraan. Tetsuya dilarang ke-PD-an kalau tidak mau merasakan sakitnya ditampar oleh kenyataan.

"A, aa, Anda terlalu berlebihan. Itu biasa saja, tapi terima kasih," balas Tetsuya sungkan.

"Namamu siapa?"

Eh, modus? Inner Tetsuya menggelengkan kepala beberapa kali.

"Kuroko Tetsuya, dan Anda?"

Pemuda itu tersenyum sambil menyangga dagu. "Seijuurou. Akashi Seijuurou. Semester berapa? Saya takut salah paham, mungkin saja Anda lebih tua dari saya atau sebaliknya," tanyanya lagi.

"Saya masih semester tiga, kok." Tetsuya ikut tersenyum ramah. Meski kelihatan ansos, pemuda Seijuurou ini tingkahnya sopan sekali.

"Oh, kita sama. Saya semester tiga jurusan Manajemen. Dan Kuroko-kun?"

"Saya dari Sastra Jepang. Senang berkenalan denganmu, Akashi-kun."

Mata iris merah itu memandang sekilas ponsel Tetsuya. "Kuroko-kun tadi menyanyikan lagu apa? Sepertinya lagu itu enak didengar."

Mendengar pertanyaan tersebut membikin Tetsuya bersemangat untuk menjelaskan. Sekaligus ia ingin menambah teman dengan idola yang sama. Kan dengan begitu, ia bisa punya teman diskusi atau curhat tentang sang penyanyi solois favoritnya. Belum sempat pemuda biru itu bercerita, Kazunari datang dengan membawa nampan berisi dua mangkuk ramen dan dua gelas beda isi.

"Jangan protes soal isi dan rasanya, Tecchan," kata Kazunari memperingatkan.

"Takao, ya?"

Merasa dipanggil, Kazunari menengok ke sumber suara. Senyum sumringah mencuat ke permukaan. "Uwoooh! Akashi! Jarang sekali bertemu denganmu di kampus! Apa kabar!?" Suara pekikan heboh ikut berbaur dengan kebisingan kantin. Pemuda berambut hitam itu pun duduk di samping Tetsuya.

"Ya, jarang sekali, ya? Baik. Kau juga terlihat baik-baik saja, eh?"

"Ohoho, tentu! Hanya mood-ku yang sering berubah. Salahkan mantan teman setimmu itu, tuh!"

"Ahaha, sekarang Midorima selalu menghabiskan waktu di lab, ya?"

"Iya. Dan kau tahu, itu sangat menyebalkan!"

Tetsuya memandang kedua pemuda di hadapannya dengan tatapan setengah peduli setengah tidak. Tapi bohong kalau dirinya bilang tidak penasaran kenapa mereka bisa saling kenal. Terlihat akrab pula. Oh, mungkin karena sifat Kazunari yang open mind dan easy going itu. Ia memilih langsung menyantap makan siangnya sambil sesekali melihat layar ponsel dan berselancar ke WajahBuku.

"Omong-omong, kalian sudah saling kenal?"

Oh, itu bukan Tetsuya yang bertanya.

"Tidak, barusan kami berkenalan," jawab Seijuurou.

"Hmmmm~"

Entah apa yang terjadi. Tetsuya merasa atmosfer di sekeliling Kazunari berubah. Lebih menyeramkan daripada aura pemilik salon di persimpangan jalan. Tolong, Tetsuya tidak mau menyebut namanya. Trauma, mz.

Sepasang mata biru Tetsuya sering bertubrukan dengan mata Seijuurou. Pemuda itu tersenyum dan ia takut salah mengartikannya. Tetsuya pun berusaha mengalihkan pandangan sampai sosoknya hilang dari jangkauan.

"Apa yang kau lakukan padanya, Tecchan?"

Alis Tetsuya mengernyit.

"Sepertinya Akashi tertarik denganmu."

.

"Aitai yo! Aitai yo! Todokanai... Kimi no namae yondeita... Modoranai, mou nido to ano hi niwa... Hmhmhmhmhmhmhmhmhm hmhmhmhm—"

Senandung dari kenalan barunya kembali terngiang dalam ingatan Seijuurou. Bahkan suara jernih (meski monoton) itu masih terdengar jelas seolah pemilik suara sedang bernyanyi di telinganya. Daiki dan Atsushi yang melihat salah satu sohib sejak SMP-nya itu senyum-senyun sendiri langsung minggir. Lebih baik mereka menjauh daripada menghancurkan mood sang mantan Kapten tim basket putera Teikou. Nyawa bisa jadi taruhan.

Gitu-gitu Seijuurou punya sikap psiko. Makanya sejak dulu jadi orang yang disegani. Belum lagi anak orang kaya, pewaris sah Akashi Corporation.

Ah, nampaknya Seijuurou sudah tertarik dengan Kuroko Tetsuya.

Mencintai sosok itu sejak pandangan pertama.

Persetan dengan gender, ataupun mencap dirinya pendukung LGBT. Tak ada niatan sih, tapi Seijuurou juga manusia biasa. Ia tak bisa mengontrol hati. Ia juga tak paham atas perasaannya sekarang. Yang pasti sesuai fakta dan kenyataan di lapangan, Tetsuya sudah menarik seluruh perhatiannya. Malaikat biru tanpa sayap itu benar-benar membikin Seijuurou menjadi orang lain dalam sekejap.

Jadi, ini yang namanya cinta?

Seijuurou percaya kalau dirinya memang mencintai Tetsuya.

Oleh karena itu, keesokan harinya ia mencari Kazunari untuk meminta informasi. Dari pemuda tersebut, Seijuurou mengetahui kalau sang pujaan hati menjadi penggemar dari penyanyi solois Ono Kensho. Tanpa pikir dua kali ia membeli semua CD-nya dari single pertama sampai mini album terbarunya. Seijuurou juga beli tiket konser Ono Kensho untuk minggu depan.

Lalu siapa sangka ia bertemu lagi dengan Kuroko Tetsuya sedang duduk sendirian di taman kampus. Duh, Kami-sama memang sayang dengannya, ya? Cie.

"Halo, Kuroko." Tanpa minta izin, Seijuurou duduk di sampingnya.

Tetsuya melepas earphone dari telinganya. "Doumo, Akashi-kun."

Senyum Tetsuya mengalihkan dunia Seijuurou dalam sekejap. Duh.

"Mengerjakan tugas?" tanya Seijuurou sambil memandangi buku setebal 5 cm yang ada di tangan pemuda biru tersebut.

"Tidak. Hanya iseng membaca buku ini. Isinya menarik."

"Oh. Anak Sastra sekali," sahutnya.

"Doumo." Tangan Tetsuya kembali memasang earphone ke telinga kanan. Berhubung Seijuurou duduk di sebelah kiri. Takut ia diajak mengobrol lagi tapi tidak mendengar. Sebenarnya Tetsuya tidak terlalu suka acara membacanya diganggu. Namun di satu sisi, ia juga tidak enak mengusir atau menyuruh Seijuurou untuk tidak mempedulikannya.

Ia hanya bisa berharap sosok itu peka dirinya tak ingin diganggu. Untuk saat ini.

"Kudengar dari Takao, Kuroko akan pergi ke konser Ono Kensho. Benar?"

Tetsuya menoleh. Pengecualian jika ia diajak bicara tentang penyanyi favoritnya. Ia takkan marah, malah merasa senang.

"Ya, minggu depan," jawabnya singkat.

"Apa aku boleh ikut denganmu? Aku sudah beli tiketnya, tapi tidak punya teman untuk pergi ke sana." Seijuurou dengan bangga menunjukkan sebuah tiket konser pada Tetsuya. Perhatian pemuda itu benar-benar tertuju pada Seijuurou setelah ia menutup buku. Oh, senangnya. Aksi modus Seijuurou berhasil.

"Tunggu, aku tidak tahu Akashi-kun juga suka Ken-chan," sahut Tetsuya.

"Karena kau mengenalkannya padaku di pertemuan pertama kita."

"...benarkah?"

"Hm."

Pecahan-pecahan kaca yang bergerak ke samping nampak menjadi background tubuh Tetsuya sekarang. Seijuurou benar-benar bersyukur atas keputusannya menjadikan Ono Kensho sebagai bahan pendekatannya untuk mendapatkan pemuda biru muda ini. Ia harus berterimakasih pada penyanyi muda itu lain waktu.

Oh, tadi Tetsuya menyebut nama Ono Kensho dengan sebutan 'Ken-chan'. Seijuurou gemas mendengar suara kawaii-nya. Tapi ia harus menahan diri sekarang.

Ini masih langkah awal. Tidak boleh terburu-buru.

Di lain pihak, Tetsuya merasa senang karena mendapat teman sebagai penggemar Ken-chan. Pikirannya tidak sedikit pun mencurigai Seijuurou sedang bermodus ria atau melakukan pendekatan padanya. Nak, kamu polos sekali. Padahal di awal sempat berpikiran seperti itu.

"Bagaimana? Boleh?" tanya Seijuurou sekali lagi.

"Tentu. Aku senang kalau ada Akashi-kun."

"Oke. Kujemput ke rumahmu, ya?"

"Eh?"

.

Hari Sabtu, malam Minggu. Sesuai janji(?), Seijuurou menjemput pujaan hati di rumahnya. Ia sudah memakai baju serapih mungkin meski pakaiannya terkesan santai. Toh, mereka ingin ke konser, bukan ke pesta pernikahan. Sekali lagi Seijuurou mengecek wajah lewat spion mobil KudaHitam pemberian ayah tercinta sebelum mengirim pesan pada Tetsuya kalau dirinya sudah ada di depan rumah.

Sebenarnya Seijuurou berniat untuk pamit dengan calon mertua, tapi ditolak. Tetsuya menyuruhnya menunggu di depan rumah saja. Kasihan.

"Maaf, Akashi-kun. Lama menunggu?"

Seijuurou menengok dan terpaku melihat Tetsuya berdiri di balik pagar pembatas. Pemuda itu berdiri beberapa detik di sana membelakangi sinar lampu. Rasa-rasanya Seijuurou mengenal adegan ini. Tapi dimana ia pernah melihatnya?

Lupakan soal itu, back to the story~

"Akashi-kun, itu mobilmu?" tanya Tetsuya.

"Ya. Hadiah ulang tahun sebenarnya," jawab Seijuurou jujur.

Tetsuya mengangguk. Ekspresinya berubah jengkel ketika Seijuurou memperlakukan dirinya seperti seorang gadis. Sebelum masuk ke dalam mobil, ia sempat menghadiahkan pandangan tajam nan menusuk jantung untuk pemuda merah itu. Namun Seijuurou hanya memasang senyum memikat.

Perjalanan menuju Budoukan, tempat konser Ono Kensho digelar, pun dimulai. Tetsuya lebih sering menjawab pertanyaan dari Seijuurou sambil sesekali ikut bersenandung mengikuti alunan musik yang dipasang oleh pemilik mobil. Terkadang jika Tetsuya sadar suaranya lebih keras dari sebelumnya, ia akan diam sebentar dan membikin Seijuurou tertawa. Mereka juga sering nyanyi bareng meski Seijuurou salah lirik. Berhubung pemuda itu masih newbie, jadi Tetsuya mahfum.

"Kenapa Kuroko suka Ono Kensho?" tanya Seijuurou penasaran.

"Hmm... Karena aku suka musik dan liriknya. Nggak melulu soal cinta, sih." Tetsuya mengangguk-angguk karena lagu Blue Horizon.

"Hoooh... Iya, sih. Lebih banyak musik penyemangatnya."

"Kalau Akashi-kun?"

Seijuurou berpikir sebentar. Menggombal atau berbohong sedikit? Hmmm...

"Kalau kubilang karena suara Kuroko, gimana?" Niat Seijuurou ngegombal tapi setengah-setengah. Tinjuan pelan mampir di lengan kirinya. Duh, kok Seijuurou jadi gemas, ya?

"Apaan, sih? Aku serius, Akashi-kun," gerutu Tetsuya.

"Aku juga serius, Kuroko."

"Jadi, Akashi-kun sebenarnya tidak suka dengan Ono Kensho?"

"Suka."

"Bohong."

"Suka, kok. Serius. Suka suaranya karena suara Kuroko mirip dengannya. Atau dia yang dimirip-miripin suaranya denganmu?"

Tetsuya buang muka. Menatap pemandangan di sisi kiri mobil. Ia pun baru sadar kalau Seijuurou memang modus dengannya. Bola mata secerah langit musim panas itu bergerak, melirik sosok pengemudi. Ah, tapi masa' pemuda seperti Seijuurou (ia tak mau mengakui ketampanan wajah Seijuurou melebihi wajahnya) modus pada Tetsuya. Memang ia punya sesuatu yang istimewa hingga Seijuurou tertarik padanya?

"Untuk sekarang, jangan pikirkan perkataanku barusan. Kita harus bersenang-senang di konser, oke?"

Cara aman pun dipilih.

Entah Tetsuya harus bersyukur atau tidak. Tapi tunggu, Seijuurou hanya tertarik dengan suaranya, kok. Jadi, itu hanya kesimpulan Tetsuya seorang kalau pemuda itu tertarik dengannya dalam hubungan romantisme. Iya, kan?

"Un!" Kepala Tetsuya mengangguk sekali.

Inner Seijuurou pundung seketika. Berarti ia harus menunggu sampai waktu yang tepat. Mungkin waktu tercepat adalah setelah konser? Atau mungkin saat di kampus saja. Toh, mereka bisa buat janji temu karena sudah punya alamat email satu sama lain.

Aaaaargh, pikirannya tidak bisa fokus sekarang!

.

Konser berlangsung selama dua jam dengan jeda sepuluh menit setelah satu jam acara dimulai. Mood Tetsuya tidak pernah sebaik ini. Ia terlalu bersemangat dengan ekspresi datar di wajahnya.

Seijuurou pun sadar kalau api semangat Tetsuya makin besar di tiap-tiap lagu yang dinyanyikan pemilik konser. Bahkan saat lagu slow terdengar, api itu tetap tidak padam. Tetsuya nampak menghayati lirik, seolah menjadi penyanyi sungguhan. Sejujurnya ia tidak mengerti tentang mengidolakan seseorang. Dari dulu ibunda tercinta mengingatkan untuk tidak berlebihan mengidolakan atau mencintai seseorang jika tak mau menerima risiko dikecewakan.

Menjelang akhir konser, Ono Kensho menggelar talk corner lagi. Raut bahagia terlihat jelas di wajahnya. Ia berjanji akan menemui para penggemarnya di lain kesempatan.

"Jangan menangis, minna! Kita pasti bertemu lagi! Terima kasih atas support kalian! Ono Kensho yang sekarang bukanlah apa-apa tanpa dukungan kalian! Sekali lagi, terima kasih! Bye, bye! Mata aimashou, nee!"

"Yaaaaa!"

Tetsuya optimis bisa bertemu lagi dengan sang idola. Ia memeluk topi yang dilemparkan Ken-chan ke arahnya di lagu terakhir, Be With You. Bukan hanya itu, Tetsuya juga dapat 'tembakan' dari si penyanyi solois yang sukses membikin dunianya jungkir balik. Pemuda itu tidak sadar saja kalau ada yang panas melihat kejadian tersebut secara langsung.

"Konser yang menakjubkan," komentar Tetsuya dengan mata berkaca-kaca. Terharu.

"Menakjubkan sih, menakjubkan. Tapi jangan terbawa suasana, dong," sewot Seijuurou.

Bibir mungil tapi terlihat penuh itu membentuk garis melengkung ke bawah. "Kok malah marah?" kesal Tetsuya tidak terima.

"Aku tidak marah, Kuroko."

"Bohong. Akashi-kun jelas sekali sedang marah."

"Dan aku marah karena apa?"

"Entahlah. Mana kutahu kalau Akashi-kun tidak cerita," sahut Tetsuya sambil berjalan duluan mengikuti penonton lain yang ingin keluar gedung Budoukan juga. Ia berhenti sebentar lalu mendekati Seijuurou yang juga sudah ikut melangkah meski terkesan pelan. "Aku ingin pulang sendiri. Terima kasih untuk hari ini. Selamat malam," pamitnya.

Grep. Pergelangan tangan Tetsuya ditahan. Siapa lagi kalau bukan Seijuurou yang menahannya?

"Biar kuantar, dan aku tidak terima penolakan, Kuroko."

"...terserah."

Sampai depan rumah keluarga Kuroko, kedua pemuda itu tidak bicara. Tetsuya juga seperti tidak berniat untuk langsung keluar mobil saat mesin dimatikan. Ia menatap sang pengemudi yang tak kunjung membalas tatapannya. Sebenarnya Tetsuya tidak suka dengan kondisi yang seperti ini.

Lagipula, memang Tetsuya salah apa?

Daripada tidak kunjung mendapat jawaban yang pasti, lebih baik ia bertanya langsung. "Akashi-kun, kenapa marah? Memang apa salahku padamu?" tanya Tetsuya dengan nada sabar.

"Aku cemburu."

Singkat, padat, dan jelas.

Tapi alasannya apa?

"Mm, cemburu?" Tetsuya sangat berharap telinganya salah mendengar ucapan Seijuurou barusan.

"Aku tahu, aku tak ada hak untuk cemburu."

Nah, inner Tetsuya mengangguk.

"Tapi tetap aku tidak suka sikap Kuroko yang berlebihan begitu. Aku tidak mau kau kecewa nantinya," jelas Seijuurou seraya menoleh. Dari pancaran matanya, jelas sekali ia sedang serius.

Tetsuya makin bingung. Sekarang apa yang harus ia lakukan? Senang sih, tapi ya ampun. Sikap Seijuurou berlebihan. Tetsuya cukup tahu diri kok, ia hanya penggemar biasa. Toh, yang Tetsuya suka hanya musik dan suara Ono Kensho. Karyanya, bukan subyeknya. Di atas itu semua, kenapa Seijuurou bersikap demikian? Pemuda ini benar-benar menyukainya? Seijuurou homo seperti sahabatnya, Kazunari?

Ini bukan pertama kali Tetsuya disukai laki-laki. Ia sudah 'ditembak' tiga sampai empat kali semasa SMA. Hidupnya mulai tenang saat dirinya masuk dunia kampus. Lalu sekarang?

"Terima kasih. Aku hargai perasaanmu, Akashi-kun. Tapi aku menyukai karya Ono Kensho, bukan orangnya. Aku senang dapat topi miliknya juga karena ini bisa dijadikan kenangan kalau aku pernah ke konsernya, kan?" Tetsuya menunduk. Tidak berani melihat ekspresi Seijuurou setelah mendengar helaan napas lega darinya. Jantung Tetsuya berdentum tak karuan begitu merasakan tubuhnya ditarik hingga jatuh ke pelukan Seijuurou.

Cie, dipeluk.

Pelaku pemelukan tersenyum. Tanpa mengatakannya dengan jelas mestinya Tetsuya tahu kalau Seijuurou benar-benar berminat dengannya. Sampai tak rela melihat sosok itu kecewa atas sesuatu yang ia sukai hingga berubah jadi rasa benci kelak.

Maksudnya baik, Tetsuya sangat tahu itu. Tapi aneh sekali, padahal mereka baru bertemu beberapa minggu yang lalu. "Akashi-kun menyukaiku?" tanyanya to the point.

Seijuurou melepas pelukannya lalu menatap Tetsuya. "Ya."

"Meski kita baru kenal beberapa minggu yang lalu?"

"Dalam waktu satu detik, aku bisa mencintaimu, Kuroko. Apa kau percaya itu?"

Jika ditanya begitu, tentu Tetsuya ingin percaya. Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Tapi ayolah, ini cinta abnormal. Sesama laki-laki saling mencintai? The h*ll! Bahkan Tetsuya masih tidak tahu apa yang dirasakannya pada Seijuurou sekarang. Ia tak mau gegabah dalam mengambil keputusan.

"Aku takkan mengatakannya sekarang, Kuroko. Jadi, pikirkan baik-baik. Sampai saat itu tiba, aku akan terus berusaha membuat pikiranmu terisi tentangku."

Deklarasi itu pun dikunci dengan bibir Seijuurou yang menempel pada pipi kanan Tetsuya.

Sang korban megap-megap dalam hitungan tiga detik lantaran baru pertama kali dicium orang lain selain keluarganya. Tanpa menoleh ke belakang, Tetsuya keluar mobil lalu berlari masuk ke dalam rumah. Nyonya Kuroko sampai memandang bingung sang anak semata wayangnya. Ia sempat membuka gorden dan melihat mobil sport mewah beranjak pergi.

"Ara... Anakku sebentar lagi di-taken, ya?"

To Be Continued

Lohaaa~! ^^

Iya, saya tau fanfic ini bukan saya banget. Semi formal dan jadi garing. Niatnya sih, gak serius tapi kebablasan seriusnya. Btw, apa ada yang ngeship Ken-chan x Tecchan? Wwwww, saya gak nyangka bakal bikin otp baru, tapi tetap AkaKuro di hati saya.

Sei-kun jadi OOC, ya? Karakter yang lain juga gitu. Dan saya recommended banget baca ini sambil dengerin lagu-lagunya Ken-chan. Apalagi lagu-lagu barunya di mini album kedua yang jadi inspirasi fanfic ini. ^^

Happy AkaKuro Week, minna!

Saya usahakan up chapter 2 tanggal 15 April nanti.

Bye, bye!

CHAU!