Disclaimer : Tite Kubo
Rate : T
Genre : Romance
.
WARNING : Typo bertebaran dimana-mana, EYD yang amburaul, Penempatan tanda baca yang tidak sesuai, OOC, Gaje dan masih banyak kekurangannya.
PLEASE IF YOU DON'T LIKE DON'T READ
.
.
.
X0X0X0X0X0X0X0X
KRIINNGGGG...
Suara jam bekker berbentuk hati, terus berdering dengan sangat kerasnya. Seorang gadis bersurai orange kecokelatan, terlihat masih terlelap tidur diatas futon. Karena udara pagi ini terasa sangat dingin, membuat gadis cantik ini, terlihat malas untuk bangun dan malah melilitkan tubuhnya dengan selimut.
KRIINNGGGG...
Jam bekker miliknya masih terus berbunyi dan membuatnya terpaksa terbangun dari alam mimpinya.
"Ngh!" lenguh gadis ini dengan pelan, kedua mata masih setengah terpejam seraya keluar perlahan dari lilitan selimut yang menutupi tubuhnya.
Gadis ini langsung mematikan jam bekkernya seraya mengucek pelan sebelah matanya.
Gadis cantik bermata abu-abu ini meraih jam bekkernya dan sedikit menyipitkan kedua matanya, saat melihat angka di jam bekker kedua matanya langsung terbuka dan melebar dengan sempurna.
"Ya ampun, jam enam! Aku kesiangan!" Teriaknya dengan panik dan langsung berlari kekamar mandi untuk membasuh wajahnya dan menyikat gigi.
Pagi ini dirinya, harus pergi mengantarkan susu dan Koran pagi kerumah-rumah warga disekitar komplek rumahnya.
Sepuluh menit kemudian gadis ini terlihat sudah rapih dan bersiap-siap untuk pergi mengantarkan Koran dan susu menggunakan sepedahnya.
"Kakak aku pergi dulu ya." Ucapnya pada sebuah figura foto yang terpajang diruangan depan. Seraya menggigit selembar roti dimulutnya dan langsung pergi keluar dari apartemen kecilnya.
Dengan mengayuh sepedanya, gadis cantik bersurai orange kecokelatan ini pergi membawa botol susu dan Koran pagi kerumah-rumah warga. Dan seperti inilah rutinitas Orihime Inoue setiap pagi. Gadis pemilik iris abu-abu ini adalah yatim piatu dan sebatang kara karena keluarga satu-satunya yang dimilikinya sudah wafat beberapa tahun yang lalu karena sebuah kecelakaan lalu lintas. Setiap hari Orihime harus bekerja keras demi membiayai kehidupannya juga membayar semua hutang mendiang sang kakak yang cukup banyak, baginya tiada hari tanpa bekerja dan bekerja.
Terkadang ada rasa iri didalam hatinya ketika melihat, gadis seusianya pergi kesekolah dan menikmati masa remajanya, namun Orihime tidak bisa berbuat banyak karena baginya mungkin ini adalah takdir baginya harus hidup seperti ini. Yang terpenting saat ini adalah dirinya masih bisa makan dan membayar hutang sang kakak, dan sekolah sebuah keinginan dan harapan yang harus ia buang jauh-jauh mengingat tak adanya biaya dan waktu untuknya pergi bersekolah.
"Akh, segarnya!" Orihime meminum habis air mineral ditangannya. Ia merasa tenggorokkannya terasa dingin dan segar setelah minum.
Saat ini Orihime tengah duduk santai di sebuah mini market dekat gang rumahnya seraya menikmati air mineral yang dibelinya tadi. Setelah mengayuh sepedahnya selama dua jam mengantar koran dan susu.
"Huam..." Orihime menutup mulutnya dengan salah satu tangannya, ia menatap jam tangan yang dipakainya.
"Jam delapan." gumamnya.
"Sepertinya aku masih punya waktu." Orihime menyandarkan kepalanya diatas meja, dan tak lama kedua matanya terpejam.
Kehidupan Orihime yang harus berjuang dengan keras dan membating tulang untuk hidup bahkan harus merelakan untuk berhenti sekolah karena tak adanya biaya juga waktu yang dimilikinya, membuatnya menjadi sosok gadis yang tangguh, mandiri.
Dan hal ini sangat berbanding terbalik dengan, kehidupan Grimmjow Jaegarjaque, seorang Tuan muda dari keluarga kaya raya dan pewaris tunggal kerajaan hotel bintang lima dan real esatate milik keluarga ayahnya, sedangkan ibunya adalah seorang presiden direktur disebuah rumah sakit ternama di Jepang.
Tak hanya itu saja, Grimmjow juga cucu dari pemilik sekolah Alice Gakuen, sebuah sekolah yang sangat besar dan megah, hanya orang-orang tertentu dan kalangan atas saja yang bisa bersekolah ditempat ini. Karena biaya disekolah ini sangatlah mahal, harga untuk sepatu sekolahnya saja bisa mencapai puluhan ribu yen, sebuah harga yang sangat luar biasa mahalnya bagi kalangan rakyat biasa.
Sejak kecil bahkan dari lahir Grimmjow sudah merasakan kemewahan dalam hidupnya, karena memang ia terlahir dari keluarga yang sangat kaya. Tak ada hal yang tak bisa Grimmjow dapatkan dan miliki dalam hidupnya. Tak heran jika ia tumbuh menjadi pemuda yang sangat egois angkuh, sombong dan keras kepala.
*#*
Seperti biasa setiap paginya Grimmjow mengendarai motor besarnya kesekolah. Pemuda bersurai biru ini menolak jika diantar menggunakan mobil, menurutnya mengendari motor lebih menyenangkan dari pada duduk diam didalam mobil dan hal itu sangat membosankan.
BRUMMMM...
Sebuah motor besar berwarna merah melesat dengan cepat memasuki area sekolah Alice Gakuen. Sesaat semua murid yang tengah berada disekitar area parkir, menatap kearah motor itu, khususnya para murid perempuan.
Grimmjow mengendari motornya dengan sangat cepat memasuki area parkir sekolah, para gadis yang berada di area parkir dan sekitarnya diam-diam memperhatikannya.
"Lihat dia datang." bisik salah seorang murid perempuan bersurai ungu. Yang membuat teman-teman yang berada bersamanya langsung menoleh menatap Grimmjow yang sedang membuka helmnya.
"Ya Tuhan dia tampan sekali!" jerit mereka semua dengan bersamaan dalam hati.
Grimmjow mengacak-acak rambutnya ketika membuka helmnya, para gadis semakin menjerit saat melihatnya. Namun mereka semua hanya berani mengagumi dalam hati tak berani mendekati pada Grimmjow.
"Andai saja kita bisa dekat dengannya." Ujar gadis cantik berambut kuning.
"Ya kau benar, tapi sayangnya kita tidak bisa menentang peraturan disekolah ini." sambung gadis cantik bersurai ungu.
Wajah mereka semua terlihat lesu sekali jika memikirkan peraturan disekolah ini yang melarang mereka untuk mendekati Grimmjow, murid yang berpengaruh disekolah ini dan pewaris dari Alice Gakuen.
Banyak sekali para gadis disekolah ini, ingin mendekati Grimmjow. Akan tetapi jangan berharap kalau Grimmjow mau didekati ataupun mendekati salah satu dari mereka. Karena Grimmjow membuat peraturan sendiri disekolah ini, yang melarang seluruh murid perempuan mendekatinya. Karena bagi Grimmjow sendiri merasa sangat risih pada para gadis yang selalu berteriak-teriak histeris memanggil namanya ataupun rela melakukan apapun demi dirinya.
Dan baginya itu adalah tindakah konyo juga bodoh, karena mereka melakukan atas dasar nama cinta, sedangkan bagi Grimmjow sendiri ia tidak mempercayai adanya cinta apalagi cinta sejati. Karena kedua orang tuanyalah yang membuatnya tidak mempercayai apa itu cinta.
Jika ada murid perempuan yang berani mencoba mendekati dirinya, maka Grimmjow tidak akan segan-segan membuat gadis itu keluar dari sekolah ini atau lebih buruk dari itu, karena ia sangat benci perempuan namun bukan berarti dirinya tidak menyukai wanita karena ia masih pria normal pada umumnya, hanya sikapnya saja yang sangat dingin dengan para gadis.
"Psst, lihatlah. Hari ini Grimmjow sangat tampan sekali." Bisik salah seorang murid perempuan dengan setengah berbisik.
"Ya, kau benar. Ia juga sangat keren dan modis." Sahut teman gadis itu.
Grimmjow bukannya tidak menyadari kalau para gadis tengah sibuk membicarakan tentang dirinya, akan tetapi dirinya tidak mau menanggapinya dan memilih tidak memperdulikan para gadis yang membicarakannya karena itu tidak penting, selama mereka tidak mendekati dan menggangu dirinya.
Pemuda bersurai biru itu berjalan memasuk sekolah dan seperti biasa para murid perempuan khususnya akan diam-diam memandanginya dengan tatapan kagum dan terpesona.
"Grimmjow!" teriak Yumichika dengan riang ketika melihat Grimmjow yang tengah berjalan menuju kelas.
"Hai," sapa Grimmjow dengan datar pada temannya itu.
"Kapan kau kembali dari Perancis?" Yumichika langsung memeluk erat tubuh Grimmjow, meluapkan semua rasa rindunya.
"Kemarin malam, Yumichika bisa kau lepaskan pelukkanmu?! Semua orang memperhatikan kita berdua. Aku ini masih normal." Ujar Grimmjow seraya melepaskan pelukkan dari temannya itu.
"Normal!? Kau yakin kalau dirimu normal? Kenapa selama ini kau belum memiliki kekasih satu-pun?" cecar Yumichika yang membuat Grimmjow merasa terpojok.
"Bukan urusanmu." Dengus Grimmjow.
"Bagaimana kalau nanti malam kita pergi ke klub dan mengadakan pesta untuk menyambut kedatanganmu." Usul Yumichika.
"Boleh, lagi pula aku sedang malas dirumah." Grimmjow menyetujui usulan dari Yumichika.
"Kau mengajak Renji juga kan?" tanya Grimmjow.
Pundak Yumichika langsung bergidik ngeri, ketika mendengar nama temannya itu, Grimmjow terlihat sangat bingung dengan reaksi dari Yumichika.
"Aku takut mengajak Renji, aku tidak mau berurusan dengan gadis medusa itu." Ujar Yumchika dengan wajah yang pucat pasi.
Grimmjow terkekeh geli saat mendengarnya, ia tahu kalau kekasih dari Renji itu sangat luar biasa galak dan kuat. Karena kekasih dari sahabatnya itu adalah juara Nasional Juudo selama tiga tahun berturut-turut selama di SMP juga atlit Nasional Juudo.
"Ya sudahlah, kau ajak saja teman yang lainnya."
"Oke!" Yumichika mengedipkan salah satu matanya pada Grimmjow.
Saat keduanya berjalan menuju ruangan Grimmjow, mereka berpapasan dengan Ichigo dan Nelliel. Sepang kekasih itu terlihat berjalan bergandengan tangan dengan mesra didepan mereka berdua. Dengan cepat Grimmjow menyandung kaki Ichigo hingga membuat pria bersurai orange ini jatuh tersungkur kelantai.
BRUK...
Grimmjow tersenyum senang melihat Ichigo yang jatuh tersungkur kelantai karena ia sandung.
"Ups, maaf!" Grimmjow tersenyum manis menatap Ichigo, seraya menampilkan wajah tidak bersalah.
"Hei Grimmjow, apa yang kau lakukan?" Desis Nelliel dengan ketus. Ia membantu sang kekasih untuk bangun.
Grimmjow hanya terkekeh kecil mendengar ucapan dari sepupunya itu.
"Maaf, kakiku terpeleset." Grimmjow tersenyum evil menatap keduanya.
"Kau..."
"Sudahlah Nelliel, kita pergi dari sini." Ichigo menarik tangan Nelliel dan membawanya pergi jauh dari Grimmjow.
Saat ini Ichigo tidak mau berkelahi ataupun beradu mulut dengan Grimmjow. Ia ingin hari ini menjalani sekolahnya dengan tenang dan damai tanpa harus berkelahi dengan Grimmjow atau-pun menanggapi ulah dari pemuda bersurai biru itu.
"Ichigo Kurosaki. Aku sangat membencimu." Batin Grimmjow dengan penuh kebencian.
Sudah menjadi rahasia umum disekolah ini, kalau Grimmjow dan Ichigo itu saling bermusuhan dan juga rival abadi. Entah apa penyebab permusuhan mereka berdua, yang pasti Grimmjow terlihat sangat membenci Ichigo. Dan tak jarang kalau keduanya terlibat perkelahian atau adu mulut.
X0X0X0X0X0X0X0X
"Ya ampun kau tampan sekali Grimmjow!" puji Yumichika.
Grimmjow menatap sebal Yumichika yang terlihat senang dan terharu melihat penampilannya.
Saat ini Grimmjow tengah dimintai tolong oleh Yumichika untuk menjadi model untuk promo produk terbaru milik perusahaan ibunya. Dan hal ini tidak gratis tentunya untuk Yumichika, karena harus membayar mahal Grimmjow untuk menjadi modelnya.
"Kau harus membayarku dengan mahal, Yumichika." Dengus Grimmjow.
"Tenang saja. Kau sebutkan saja jumlah yang kau inginkan aku akan segera mentransfernya kerekeningmu." Sahut Yumichika dengan santai.
"Jika bukan karena teman, aku tidak mau melakukannya." Grimmjow menatap sebal penampilan dan dandanannya saat ini. Yang dinilainya sangat menjijikkan sekali, karena dirinya memang bukan tipe pria yang suka berdandan.
"Yap, selesai," Yumichika memberikan sentuhan terakhirnya pada penampilan Grimmjow.
"Kau ini sangat tampan dan menarik sekali, mengapa kau tak jadi artis saja." Bujuk Yumichika yang merupakan anak dari pemilik sebuah agensi besar artis di Jepang.
"Aku tidak tertarik." Tolak Grimmjow dengan keras.
"Padahal aku yakin kau akan menjadi artis yang hebat dan terkenal nantinya." Gumam Yumichika seraya menatap sahabatnya. Padahal Grimmjow memiliki wajah yang sangat tampan terlebih ia blasteran menambah nilai plus untuknya.
"Aku tidak tertarik dipuja oleh banyak orang. Cukup satu gadis yang memujaku dengan penuh cinta dan yang pastinya gadis yang kucintai." Ucapnya dengan penuh bangga.
"Dasar aneh!" seru Yumichika.
Grimmjow hanya tersenyum lebar menanggapi reaksi dari Yumichika.
"Yumichika, apakah Grimmjow sudah siap?" tanya Syazel Aporro yang merupakan fotographer dalam sesi pemotretan kali ini.
"Ia sudah siap." sahut Yumichika seraya mengacungkan salah satu jempolnya pada Syazel.
"Lima menit lagi pemotretan dimulai, bersiaplah. Lee Hana juga sudah berada ditempat pemotretan sejak tadi." Ujar Syazel seraya melenggang pergi.
"Ayo Grimmjow bersiaplah." Ajak Yumichika.
Grimmjow langsung bangun dan bersiap-siap melakukan pemotretan, saat ini Grimmjow akan melakukan sesi pemoteran dengan seorang artis cantik asal Negeri ginseng, Korea Selatan Lee Hana seorang penyanyi, model dan artis yang saat ini tengah naik daun di Jepang.
Keduanya menjadi model untuk peluncuran parfum baru keluaran dari perusahaan milik ibu Yumichika yang diberi nama, The Blue Ice yang dibuat limited edition dan hanya diproduksi sebanyak seribu botol di seluruh jepang.
Saat melakukan sesi pemotretan, seorang gadis pengantar makanan siap saji datang membawakan beberapa kotak makanan pada anak buah Yumichika. Gadis bersurai orange ini menghampiri salah satu pegawai studio Yumichika.
"Ini pesanan anda Tuan, semuanya jadi dua puluh ribu tiga ratus yen." Gadis ini menyerahkan sebuah bon dan dengan cepat pegawai Yumichika langsung membayarnya.
"Ambil saja uang kembaliannya, Nona." Ucap salah satu pegai Yumichika.
"Terima kasih Tuan." Gadis cantik ini membungkukkan tubuhnya lalu pergi meninggalkan ruangan.
Diam-diam dari Grimmjow memperhatikan gadis pengantar makanan siap saji itu, dirinya sangat tertarik dengan gadis bersurai orange kecokelatan itu karena memiliki warna rambut yang sama dengan Ichigo, orang yang sangat dibencinya juga sang ibu.
.
.
.
Malam ini hujan turun dengan sangat derasnya, membasahi setiap inci dari kota ini. Angin pun berhembus dengan kencangnya membuat udara semakin dingin saja. Namun bagi Orihime Inoue, ia harus tetap bekerja disaat hujan turun bahkan badai sekalipun. Karena jika ia tidak bekerja, itu berarti dirinya tidak makan dan tidak dapat membayar hutang sang kakak.
Disaat cuaca seperti ini, cafe tempatnya bekerja akan ramai didatangai oleh para pengunjung cafe. Biasanya orang-orang akan duduk santai menikmati secangir kopi untuk sekedar menghangatkan badan mereka.
Kling...
Suara lonceng yang terpasang diatas pintu cafe berbunyi sesaat pandangan mata para pegawai cafe langsung menuju pintu depan. Tampak seorang pemuda tampan dan tinggi bersurai orange masuk, pakaian yang dikenakannya sedikit basah terkena air hujan.
"Selamat data..." ucapan Orihime terhenti saat melihat pemuda bersurai orange itu.
"Kurosaki-kun!" Seru Orihime kaget.
"Hai, apa kabar Inoue?!" sapa Ichigo dengan ramah diiringi senyuman darinya.
"Kurosaki-kun, apa yang kau lakukan disini? Bagaimana bisa kau?" Orihime tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena saking terkejutnya.
Ichigo terlihat duduk dan meletakkan jaket yang dipakainya disebelah kursinya, Orihime masih setia berdiri disebelah Ichigo, dirinya masih terlihat terkejut sekali.
"Bolehkan aku memesan sesuatu, Nona?" tanya Ichigo seraya menatap wajah Orihime.
Orihime langsung tersadar dengan ketekejutannya, ia memberikan daftar menu dicafe ini. Ichigo menerimanya dan mulai membacanya mencari minuman yang apa yang akan dipesan olehnya. Setelah cukup lama melihat-melihat daftar menu, Ichigio akhirnya memutuskan memesan sesuatu pada Orihime.
"Latte dengan sedikit cream diatasnya dan juga strawberry cake." Ichigo memberikan daftar menu itu pada Orihime.
"Mohon tunggu sebentar Tuan Muda, saya akan segera menyiapkannya." Orihime langsung pergi mengantarkan menu pesanan dari Ichigo.
Saat dipantry Orihime langsung jatuh terduduk didekat kulkas, kakinya terasa sangat gemetaran. Ia tidak menyangka kalau Ichigo Kurosaki yang merupakan teman masa kecilnya dan juga anak dari Bos tempat sang kakak bekerja dahulu. Akan muncul dihadapannya saat ini dan menemuni dirinya, sudah lebih dari tiga tahun mereka tak bertemu.
"Orihime, strawberry cake dan Latte, meja nomor dua belas." ujar Midoriko seraya memberikan pesanan tersebut pada gadis cantik bermata abu-abu ini.
Namun Orihime masih terlihat diam berdiri mematung didepan pantry, Midoriko mengerinyitkan dahinya melihat sikap temannya itu.
"Hei Orihime!" teriak Midoriko dengan keras dan hal itu membuat Orihime kembali tersadar dengan lamunannya.
"Ada apa Midoriko? Maaf aku tidak mendengarnya tadi."
Midoriko menghela nafasnya dengan perlahan dan menatap gadis cantik ini, "Kau sedang ada masalah Orihime?" tanya Midoriko penasaran.
Orihime menggelengkan kepalanya dengan pelan menanggapinya dan langsung mengambil pesanan milik Ichigo lalu mengantarkannya.
"Ini pesanan anda Tuan Muda." Orihime menaruh kopi dan kue pesanan dari Ichigo.
"Terima kasih. Duduklah Inoue temani aku sebentar." Ichigo menarik salah satu tangan Orihime.
"Tapi Kurosaki-kun aku..."
"Kumohon padamu, cuma sebentar saja." Bujuk Ichigo diiringi oleh senyuman lebar darinya yang membuat hati Orihime langsung meleleh dibuatnya.
Keduanya duduk saling berhadapan satu sama lain, Orihime terlihat sang gugup sekali dan memilih diam menatap Ichigo seraya mendekap erat nampan yang dibawanya tadi. Sedangkan Ichigo duduk santai meminum Latte yang dipesannya tadi.
"Apa kabarmu Orihime?" tanya Ichigo membuka pembicaraan diantara dirinya dan Orihime.
"Baik," sahut Orihime dengan singkat, wajahnya sedikit ia tundukkan.
"Dimana sekarang kau tinggal? Dan bagaimana kabar kakakmu?" tanya Ichigo ramah.
Wajah Orihime langsung terlihat sendu dan sedih, ia mencoba menyunggingkan senyum diwajahnya dan menatap Ichigo, "Aku tinggal di apartemen setelah kakak meninggal dunia."
Ichigo cukup terkejut dengan penuturan Orihime, ia tidak mengira kalau kini teman kecilnya itu hidup sebatang kara. Sudah lebih dari tiga tahun mereka berdua tidak bertemu dan mengirim kabar satu sama lain setelah kepindahannya ke Amerika.
"Maaf aku tidak mengetahui kalau kakakmu telah tiada." Ichigo merasa tak enak hati.
"Tidak apa-apa Kurosaki-kun. Maaf aku tidak bisa berlama-lama menemanimu, aku harus kembali bekerja. Selamat menikmati hidangan dicafe ini." Orihime membungkukkan tubuhnya pada Ichigo dan pergi meninggalkan pemuda tampan itu.
Sebenarnya Orihime sangat senang sekali bisa bertemu dengan Ichigo, orang yang selama ini ia rindukan dan ingin temui dalam hidupnya. Karena pemuda tampan bersurai orange ini adalah cinta pertamanya dan sampai saat ini ia masih menyimpan perasaan ini untuk Ichigo.
Jam sudah menujukkan pukul sebelas malam, Orihime bersiap-siap untuk pulang kerumah. Baru juga dirinya keluar dari cafe dan hendak pergi kehalte bus, Ichigo sudah berdiri bersandar disebuah mobil mewah didepan cafe tengah menunggunya pulang kerja.
"Kau!" seru Orihime.
"Masuklah udara diluar cukup dingin." Ichigo langsung menarik Orihime masuk kedalam mobil mewah miliknya.
Orihime hanya bisa diam saat dirinya dipaksa masuk kedalam mobil Ichigo. Dirinya tidak mengira kalau Ichigo akan menunggunya dan mengantarkannya pulang kerumah. Saat berada didalam mobil keduanya terlihat diam dan hanya ada keheningan.
"Ngomong-ngomong bagaimana sekolahmu? Kau bersekolah dimana Orihime?" tanya Ichigo membuka pembicaraan.
"Aku berhenti sekolah," jawab Orihime seraya terkekeh kecil pada Ichigo.
"Apa ka..."
"Belok kekanan, aku turun didepan sana." Potong Orihime dengan cepat mengalihkan pembicaraan dari Ichigo.
"Kau selalu saja pintar memotong pembicaraanku." Sindir Ichigo sedangkan Orihime hanya terkekeh kecil menanggapinya.
Sebenarnya Ichigo ingin menayakan alasan Orihime berhenti sekolah, namun karena hari sudah larut malam, mau tidak mau Ichigo menuruti permintaan dari temannya ini. Ichigo menurunkan Orihime didekat sebuah mini market.
"Aku turun disini saja Kurosaki-kun," Orihime langsung membuka pintu mobil Ichigo.
"Terima kasih atas tumpangannya dan selamat malam, sampaikan salamku untuk keluargamu." Sambung Orihime seraya menutup kembali pintu mobil Ichigo.
"Selamat malam juga Inoue, besok aku akan menemui lagi." Ichigo langsung melajukan mobilnya dengan cepat meninggalkan Orihime.
Orihime masih terlihat diam menatap mobil Ichigo yang terus melaju jauh meninggalkannya dan tak lama ia berjalan memasuki mini market untuk membeli sesuatu untuk makan malamnya.
*#*
Hari ini Ichigo datang kembali kecafe sesuai dengan ucapannya para Orihime. Akan tetapi hari ini Ichigo datang bersama dengan Nelliel sang tunangan, pemuda bersurai orange ini ingin memperkenalkan Nelliel dengan Orihime yang merupakan sahabat kecilnya.
Wajah kedua gadis ini terlihat sangat terkejut satu sama lain. Terutama dengan Nelliel yang memasang wajah super kesal dan benci pada Orihime.
"Ichi-kun siapa gadis jelek dan menyebalkan ini?" tunjuk Nellie pada Orihime.
Orihime sangat kesal sekali saat Nelliel menunjuk-nunjuk dirinya, ingin rasanya ia menggit jari telunjuk Nelliel yang dirasanya tidak sopan.
"Namanya adalah Orihime, dia adalah teman kecilku." Sahut Ichigo dengan santai.
"Apa teman kecil!? Aku tidak percaya kalau Ichi-kun memiliki teman seperti ini." Nelliel menatap tajam Orihime.
Lagi-lagi Nellile bersikpa menyebalkan, ingin rasanya Orihime menyolok kedua mata Nelliel yang menatapnya dengan tajam, namun sayangnya ia hanya bisa diam dan memaksakan menyunggingkan senyuman pada Nelliel yang menurutnya sangat menyebalkan.
"Dia teman juga sahabat bagiku, tenanglah Nelliel jangan marah dan cemburu." Jelas Ichigo pada tunangannya itu.
Nelliel tampak cemberut dan sedikit menggembungkan kedua pipinya. Dan Ichigo terlihat tersenyum kecil melihat tingkah sang kekasih. Tanpa Ichigo sadari sikap mesranya pada Nelliel membuat hatinya sedikit sakit.
"Ada apa kau kemari Kurosaki-kun? Jika tidak ada hal yang sangat penting, aku akan pergi dan kembali bekerja." Ujar Orihime dengan dingin.
Ichigo merogoh sesuatu dari dalam tas sekolahnya dan memberikan sebuah amplop berwarna cokelat pada Orihime.
"Ini apa?!" Orihime menatap bingung amplop cokelat pemberian dari Ichigo.
"Dua hari lagi aku akan kemabali lagi dan kuharap kau akan memikirkannya dengan baik." ujar Ichigo.
"Ichi-kun." Geram Nelliel ketika mendengar perkataan sang kekasih.
Sedangkan Ichigo hanya terkekeh kecil seraya mencubit kedua pipi Nelliel, ia pun beranjak berdiri seraya mengambil tas sekolahnya dan mengulurkan salah satu tangannya pada Nellile, "Ayo Nelliel."
"Kami pergi, terima kasih atas hidangannya aku sangat menyukai Latte di cafe ini." ujar Ichigo seraya pergi meninggalkan cafe.
Orihime terlihat masih duduk diam menatap kepergian Ichigo yang berjalan mesra dengan sang tunangan. Hatinya terasa sangat sakit dan pilu, cintanya kini benar-benar bertepuk sebelah tangan dan tak terbalas.
"Apa yang harus kulakukan dengan kertas ini?" gumam Orihime.
Dengan perasaan sedikit ragu daun bingung, Orihime membuka amplop cokelat pemberian dari Ichigo dan saat membukanya. Orihime sangat kaget sekali, kedua matanya membulat sempurna.
"Ini!?" ucapnya denga tak percaya.
Saat ini ditangannya tengah ia pegang formulir beasiswa sekolah selama tiga tahun penuh di Alice Gakuen. Orihime benar-benar sangat kaget sekali dan senang, akan tetapi ia merasa tidak bisa menerima kebaikan Ichigo yang dirasanya sangat mewah sekali.
Lagi pula dulu saat mendiang sang kakak masih bekerja di perusahaan milik ayah Ichigo, sudah banyak kebaikan yang diberikan keluarga Ichigo padanya.
X0X0X0X0X0X0X0X
Jam dinding besar yang terdapat dikamarnya masih menunjukkan pukul tujuh pagi dan Grimmjow lansung keluar dari kamar lalu turun kebawah menuju ruang makan. Para pelayan yang melihatnya langsung memberikan salam padanya.
"Selamat pagi Tuan Muda." para pelayan membungkukkan tubuh mereka saat Grimmjow turun dari tangga.
"Pagi juga." Balas Grimmjow dengan datar.
Grimmjow terus berjalan kearah ruang makan, namun saat ia masuk ke ruang makan dirinya mendapati ruangan itu sepi tak ada satupun yang berada diruangan itu. Padahal sudah banyak menu mewah dan lezat yang tersaji diatas meja makan.
"Hm." Grimmjow tersenyum miris melihat pemandangan ini.
Nafsu makannya hilang begitu saja dan tak ada niat untuk menyantap ataupun mencicipi sarapan pagi ini. Pemandangan seperti ini selalu sering terjadi sejak dulu atau bahkan ia tidak pernah makan bersama dengan keluarganya. Kedua orang tuanya jarang pulang kerumah dan mengabaikan dirinya sejak ia masih kecil. Tak heran jika Grimmjow tumbuh menjadi pemuda yang sangat tempramental, kasar, keras kepala, juga egois. Karena keluarganyalah yang membuatnya seperti ini.
"Tolong kau buang semua makanan ini." Ujar Grimmjow dengan dingin pada para pelayan.
"Ta..."
"Aku bilang buang. Ya buang jangan membantah ucapanku." Grimmjow meninggikan suaranya dan para pelayan yang mendengarnya menunduk takut.
"Ba-baik Tuan muda." Sahut para pelayan takut.
Para pelayan langsung membereskan semua makanan yang ada diatas meja dan membawanya keluar dari ruang makan.
Sementara itu Grimmjow masih berdiri disamping meja makan, "Lagi-lagi seperti ini." gumamnya seraya mengepalkan salah satu tangannya.
"Aku membenci kalian berdua." Imbuh Grimmjow.
Pemuda bersurai biru ini langsung bergegas pergi kesekolah tanpa menikmati sarapan dirumahnya. Saat mengendarai motornya dan melintas didepan sebuah mini market. Tiba-tiba saja perutnya terasa sangat lapar, ia pun menghentikan motornya dan membeli mie ramen instan dimini market itu untuk sarapan.
Saat Grimmjow menunggu mie ramen instannya didalam mini market, tanpa sengaja dirinya melihat seorang gadis bersurai orange kecokelatan berjalan gontai dan langsung duduk menyandarkan kepalanya keatas meja.
"Gadis itu." Gumam Grimmjow seraya tersenyum simpul.
Dirinya merasa tertarik dengan gadis bersurai orange kecokelatan itu yang pernah dilihatnya mengantarkan makanan siap saji saat ia tengah melakukan sesi pemotretan di studio foto milik Yumichika. Pemuda bersurai biru keluar dari mini market dan berjalan menghampiri gadis itu lalu duduk dipannya .
Grimmjow menggerakkan salah satu tangannya didepan wajah gadis bersurai orange kecokelatan itu "Sepertinya ia tertidur dengan sangat nyeyak sekali," gumam Grimmjow seraya tersenyum simpul menatapnya karena gadis cantik ini tidak beraksi sama sekali.
Setelah beberapa menit mengamati gadis itu, mie ramen instannya sudah matang.
"Hmm, harumnya." Grimmjow mulai meniup-niupkan mie instanya dan mencoba memakannya.
Saat Grimmjow menikmati mie ramen instannya, tiba-tiba saja gadis ini mengangkat wajahnya dengan mata yang masih terpejam.
"Harum sekali." gumamnya seraya mengendus-ngendus udara.
Kedua mata gadis cantik bersurai orange ini masih terpejam, namun ia beraksi ketika mencium bau dari mie ramen instan yang tengah dimakan oleh Grimmjow.
Pemuda bersurai biru ini sedikit heran dan aneh melihat tingkah gadis bersurai orange kecokelatan itu, dan tiba-tiba saja terbesit ide iseng dikepalanya. Grimmjow mendekatkan mie ramen instannya pada gadis itu dan menggerak-gerakkannya kekanan dan kekiri. Dengan lucunya gadis bersurai orange kecokelatan itu mengikuti gerakan tangan Grimmjow yang memegang mie ramen instan ditangannya.
"Gadis ini sangat lucu sekali." kekeh Grimmjow.
Saat sedang asik mengerjai gadis ini, tiba-tiba saja sekelompok gadis remaja SMU datang seraya berteriak dengan histeris.
"AAAAAAAAAA!" teriak segerombolan siswi SMU dengan histerisnya.
Grimmjow langsung menutup salah satu kupingnya karena merasa pengang dan sakit mendengar teriakkan dari para gadis.
"Hei kalian!" Bentak Grimmjow dengan kesal.
Gadis bersurai orange kecokelatan ini langsung terbangun dari tidurnya dan langsung pergi begitu saja dari mini market meninggalkan Grimmjow dengan kerumunan para gadis SMU yang berteriak histeris.
"Grimmjow Senpai, kami adalah penggemarmu. Boleh kami minta foto bersamamu." Salah satu gadis SMU menyodorkan diri untuk berfoto dengan Grimmjow. Mereka semua terlihat sanga histeris dan senang melihat Grimmjow dari dekat.
"Dasar gadis gila. Aku ini bukan artis, pergilah aku tak mau berfoto bersama kalian." Usir Grimmjow dengan kasar.
Bukannya merasa takut para gadis ini semakin berteriak histeris saja mendengar perkataan dari Grimmjow.
"Kyaaaa! Dia marah dan saat marah wajahnya terlihat lebih tampan." jerit salah satu gadis SMU itu.
Grimmjow memijit keningnya dengan pelan, karena merasa aneh pada gadis-gadis SMU labil dan gila ini menurutnya. Tak heran jika dirinya terkenal walaupun bukan seorang artis, ini semua karena ulah temannya Yumichika yang selalu memintanya untuk menjadi model produk miliknya atau sebagai model dari majalah ternama milik Renji sahabatnya.
"Senpai kau mau kemana? Kami-kan ingin berfoto bersamamu!" teriak salah seorang gadis SMU mencoba mengejar Grimmjow.
"Kemana perginya gadis itu?" Grimmjow terus mencari-cari gadis cantik bersurai orange kecokelatan itu namun sayanganya gadis itu sudah tidak ada dan pergi menghilang entah kemana.
"Senpai tunggu." Para gerombolan siwi SMU itu mulai mengejarnya dan dengan cepat Griimmjow langsung menyalakan motornya dan melaju jauh meninggalkan gerombolan para siswi SMU.
.
.
.
Orihime duduk termangun seraya menopang dagu didepan meja kasir, pikirannya entah menerawang kemana. Di pundaknya masih menggantung lap kain berwarna putih, yang ia gunakan tadi untuk membersihkan meja-meja di dalam cafe.
"Haah..." Orihime menghembuskan nafasnya dengan berat.
"Apa yang harus aku lakukan?" gumamnya dalam hati.
Orihime masih termenung didepan meja kasir, padahal sepuluh menit lagi cafe akan segera dibuka, namun bukannya bersiap-siap, dirinya masih duduk melamun memikirkan sesuatu.
"Hei, Orihime." panggil Midoriko.
"..."
Namun Orihime tidak menjawabnya dan masih termenung, Midoriko-pun menepuk pundak Orihime dan cara itu berhasil membuat gadis cantik bermata abu-abu ini menoleh padanya.
"Midoriko, ada apa?" seru Orihime kaget.
"Kau itu kenapa Orihime? Dari tadi kau terus melamun? Apakah kau memikirkan si Tuan tampan?" ledek Midoriko.
"Ah, tidak Midoriko. Aku hanya..."
"Hanya apa Orihime?" tanya Midoriko dengan penasaran.
Orihime mengeluarkan amplop cokelat pemberian dari Ichigo dan memberikannya pada wanita cantik bersurai hitam pendek itu. Hal ini membuat Midoriko bertanya tanda besar, apa maksud dari temannya itu.
"Bukalah, nanti juga kau akan tahu," ucap Orihime dengan datar.
Dengan penuh rasa penasaran dan bingung tentunya, Soifon membuka amplop cokelat itu. Saat ia membacanya, kedua matanya langsung membulat sempurna dan mulutnya sedikit terbuka lebar dan wajahnya terlihat sangat syok sekali.
"Jadi menurutmu, aku harus bagaimana?" tanya Orihime yang meminta pendapat dari temannya itu.
"Ya ampun aku tak mempercayai akan hal ini. Kau mendapatkan beasiswa penuh di Alice Gakuen, kau sangat beruntung sekali Orihime, kuucapkan selamat." Midoriko memeluk erat tubuh Orihime seraya tersenyum lebar pada temannya itu.
"Terima kasih atas ucapannya, tapi sepertinya aku tak bisa menerimanya." Ujar Orihime dengan sedikit sendu.
Midoriko menatap heran temannya itu, padahal banyak orang yang ingin bisa bersekolah di Alice Gakuen, sebuah sekolah yang sangat terkenal di Jepang, khususnya di kota ini.
"Terima saja penawaran dari si Tuan tampan itu. Ini adalah kesempatan bagus Orihime dan kesempatan seperti ini tidak datang dua kali." Ucap Midoriko mencoba memberi motifasi pada temannya ini.
Dari lubuk hati yang paling dalam Orihime sangat senang sekali dengan tawaran yang diberikan oleh Ichigo. Namun baginya ia tidak bisa menerima karena, dirinya harus terus bekerja demi melunasi hutang mendiang sang kakak yang jumlah cukup besar baginya. Dengan berat hati dan terpaksa Orihime mengubur dalam-dalam keinginannya untuk melanjutkan sekolahnya.
"Hei kalian berdua, ayo cepat cafe sudah dibuka dan para pelanggan sudah mulai berdatangan." Ujar Ryou dengan setengah berteriak.
"Sudahlah Orihime, kau jangan terlalu memikirkannya. Ayo kita bekerja."
Orihime hanya tersenyum simpul mendengarnya, ia meraih lap putih yang sedari tadi bersandar dipundaknya dan menaruhnya kedalam lemari. Sebelum dirinya melayani para tamu, ia merapihkan dulu pakaian maid dan berjalan kedepan menyambut para tamu.
"Selamat datang dicafe ini Tuan dan Nona," sapa Orihime dengan ramah diiringi senyuman hangat darinya.
"Mari silahkan duduk, ini menu yang ada dicafe kami." Orihime menyerahkan daftar menu pada para tamu.
Mungkin melanjutkan sekolah, bagi Orihime hanyalah angan-angan semata, bagaimanapun kehidupannya tidak bisa sama dengan teman-temannya yang lain. Orihime memiliki sebuah tanggung jawab yang sangat besar dan berat dalam hidupnya, mengurus dirinya sendiri, juga membayar seluruh hutang sang kakak, agar kelak sang kakak dapat beristirahat dengan tenang dialam sana.
Dan saat ini Orihime benar-benar tengah bingung dan dilema, karena tawaran yang diberikan oleh Ichigo padanya.
TBC
Fic ini terinspirasi dari drama korea The Heirs namun jalan ceritanya akan jauh berbeda.
Terima kasih sudah mau membacanya
Jika berkenan Read and Riviewnya
Inoue Kazeka
