Author: Tata (istrinyaTaeil) not sorry

Cast: Lee Jeno, Hwang Renjun (NCT Dream)

"Sebenarnya, aku tahu ini sudah dari lama, sih... tapi gambarmu memang bagus, ya."

Mata Renjun, laki-laki kelahiran China ini mengerjap sekali, lalu dua kali. Ia hentikan sejenak kegiatan menggambarnya untuk menatap laki-laki yang baru saja mengomentari gambarnya.

"Begitukah?" tanyanya, sambil mengusap tengkuknya. Malu, mungkin.

Jeno, laki-laki yang berkomentar tadi bergumam mengiyakan. "Yah, walaupun cuma gambar Moomin, sih."

Renjun terkekeh pelan. Ia memang sering mendapat komentar seperti 'kok kamu gambarnya kartun saja sih?' dan kadang merasa tersinggung sedikit, tergantung pada intonasi, tapi komentar Jeno benar-benar tidak menyinggungnya karena selain intonasinya yang memang tidak mengkritik, Jeno juga menyebut nama karakter kartun yang dia suka ini tidak dengan sebutan 'kartun'.

"Eh, coba gambar aku, dong."

Nah. Lagi-lagi komentar tipikal yang sering Renjun dengar setiap kali ia menggambar. "Nggak mau." Dengan cepat ia tolak.

"Kenapa? Atau jangan aku deh. Mark hyung." Jeno mengganti permintaannya, tapi dengan sedikit berbeda. "Gambar Mark hyung terus di sebelahnya ada Jaemin. Ceritanya mereka lagi dihukum," kata Jeno. Ia lalu mempraktikkan pose mengangkat sebelah kaki dan kedua tangannya seakan membawa dua ember berisi air sebagai referensi untuk Renjun menggambar, padahal Renjun belum mengiyakan. Melihat Jeno sebegitu inginnya Mark dan Jaemin digambar dengan aneh membuat Renjun berpikir sejenak barangkali Jeno ada dendam pribadi terhadap mereka berdua.

Pada akhirnya, Renjun tidak mengabulkan permintaan Jeno dan melanjutkan menggambar Moomin kesayangannya. Kalau ia kabulkan lalu Mark atau Jaemin atau siapapun yang kemungkinan besar mengadukannya pada mereka mengetahuinya, entah apa yang akan terjadi pada Renjun. Tidak juga sih. Renjun hanya perlu menjawab kalau gambar itu atas permintaan Jeno, lalu dia bebas. Tapi tidak lepas dari kemungkinan Jeno juga akan menimpalkan kesalahan padanya, seperti 'aku tidak menyangka Renjun benar-benar akan melakukannya' atau semacam itu.

Hmm. Ada yang dirasa tidak enak.

Renjun melirikkan matanya. Benar saja. Jeno memandang dengan tatapan tajam menusuk tiap kali Renjun menggoreskan pensilnya.

"Kamu mau melihat sampai kapan?"

"Aku mengganggumu?"

"Nggak, sih. Tapi aku kurang nyaman saja."

"Oh, maaf ya," kata Jeno sambil menggeser kursinya agar dia bisa berdiri.

Renjun bingung. Kesannya keberadaan Jeno di sana yang membuatnya tidak nyaman, padahal sebenarnya dia hanya tidak nyaman dilihat ketika menggambar. Dia tidak menyangka Jeno malah pergi mencari tempat duduk lain.

"Jeno!" panggil Renjun dengan suara pelan tapi bisa terdengar Jeno yang belum jauh. Jeno menoleh. "Aku nggak bermaksud mengusir. Aku cuma nggak suka dilihat begitu, soalnya gambarku jadi aneh kalau sambil dilihat. Duduk di sini saja, tapi jangan lihat."

Jeno tidak langsung merespon. Dia hanya diam, menatap. Renjun bingung. "Tapi kalau di sana, nggak mungkin aku nggak lihat."

Mendengar jawaban Jeno, Renjun tanpa sadar menurunkan kedua bahunya. "Yaah..."

"Ih, santai saja. Aku nggak apa-apa pindah kok, tapi nanti aku lihat gambarmu kalau sudah selesai," kata Jeno menenangkan. Ia sadar kalau sebenarnya Renjun merasa tidak enak karena merasa sudah mengusirnya. Jeno akhirnya mengatakan demikian karena dengan begitu, Jeno akan terlihat dapat keuntungan juga, yaitu bisa melihat gambar Renjun yang sudah selesai.

Benar saja. Renjun tersenyum manis, memperlihatkan gigi gingsulnya. "Iya! Besok ya!"

Jeno tersenyum simpul, membalas senyuman Renjun sebelum membalikkan badan mencari kursi lain. Di luar sepengetahuan Renjun, Jeno merasa lega dia sekarang bisa bebas tersenyum gemas setelah melihat senyum Renjun yang luar biasa manis itu, secara dia sudah berjalan memunggungi Renjun.

Renjun? Ia sudah fokus menggambar lagi karena besok dia harus menunjukkan gambar itu pada Jeno.