MY LOVELY SON

.

.

.

Disclaimer: Animonsta Studio

Warning: TYPO(s) dan segala kekurangan dalam fanfic geje ini XD

Boboiboy DKK punya animonsta studio

Boboya punya Hana XD #peluk Boya, #ditendang Halilintar.

sesuai request dari para silent reader

PREKUEL MY FAMILY

.

.

.

.

.

selamat membaca~~~

.

.

.

Angin berhembus tenang di malam itu, memberikan nuansa tersendiri bagi para pasien rumah sakit pulau rintis.

Kelihatannya semua orang merasa damai dan tentram, tapi ya itu hanya kelihatannya saja bukan? Karena di depan salah satu ruang rawat pria berusia 21 tahun tengah bersandar didinding, pikirannya melayang entah kemana, yang ada di fikirannya hanya Yaya, istrinya, yang akan melahirkan hari ini.

Beberapa kali Yaya mengalami kontraksi ia-Boboiboy-berinisiatif untuk memboyong istrinya ke rumah sakit untuk mendapat perawatan intensif.

Khawatir? Jelas!

Tapi bukan cuma kondisi Yaya yang membebaninya saat ini. Selain khawatir terhadap Yaya ia juga khawatir kepada dirinya sendiri.

Apa ia bisa menjadi seorang ayah yang baik? Apa ia bisa memandikan bayinya nanti? Bagaimana kalau bayinya tenggelam di bak saat ia mandikan? Dan lalu menggendong bayi, bagaimana kalau tanpa sengaja ia menjatuhkan bayinya?

Dan bagaimana kalau- Ah tentunya itu tidak akan terjadi kalau ia lebih berhati-hati. Benarkan?

Boboiboy mengacak rambutnya entah mengapa ia merasa sangat-sangat frustasi. Apa lagi hanya ia sendirian yang menemani Yaya. Mengingat orang tuanya yang memerlukan waktu berjam-jam untuk bisa sampai ke pulau rintis, lalu mertuanya yang tengah sibuk mempersiapkan kebutuhan Yaya selama dan sepulangnya dari rumah sakit nanti.

Belum lagi Tok aba yang tengah sakit, dan Ochobot yang tengah menjaga Tok aba, dan tentunya ia tidak tega membuat mereka repot-repot menemaninya untuk menjaga Yaya di rumah sakit. Apa lagi Tok aba bagaimana pun kesehatan Tok aba juga merupakan hal terpenting. Tapi ya.. Ia tidak bisa sendirian.

"Boboiboy kuasa tiga!"

dan munculah tiga elemental Boboiboy.

"Bagaimana?" Gempa melirik ke dua elemental yang lain.

"Entah.." Taufan tertawa, tapi tawanya terhenti saat mendapat tatapan membunuh dari Halilintar. Ya meski mereka elemental tapi mereka tetaplah Boboiboy dan tentunya mereka pun memiliki pertanyaan yang sama 'Siapkah mereka?'.

Semua terdiam, cukup lama, hening menyelimuti mereka bertiga.

Di keheningan Halilintar memandang ruang rawat Yaya, cukup lama ia terdiam seperti tengah berfiki hingga ia memutuskan untuk beranjak, melangkah meninggalkan elemental yang lain.

Di bukanya pintu ruang rawat itu, dilihatnya Yaya yang tengah berbaring dengan raut wajah khawatir.

"Kau kenapa?" Yaya melihat ke arah sumber suara.

"Boboiboy aku.." Yaya menggantungkan kalimatnya, tanpa harus bertanya Halilintar tau apa yang tengah Yaya fikirkan.

"Tenanglah semua akan baik-baik saja"

Diciumnya kening istrinya itu, "Ada aku.." untuk sejenak Yaya bisa tenang, sebelumnya ia sempat khawatir bahwa ia tidak akan mampu untuk menjalani semua ini. Bagaimana kalau ia gagal?

"Tenanglah aku yakin kau bisa..." Gempa muncul dari balik pintu.

"Tentu.. kau'kan terbaik!" Taufan memaksa masuk dengan mendorong Gempa yang akhirnya jatuh dengan kepala yang membentur lantai terlebih dahulu.

Yaya tertawa. Ya ia memang tidak sendirian.

"Sekarang kau tidurlah dulu" saran Halilintar.

"Yak! kau harus benar-benar istirahat" Taufan tersenyum.

Yaya mengangguk, Taufan membantu Yaya berbaring, sementara Gempa menyelimuti tubuhnya, berlahan Yaya mulai memejamkan mata berusaha untuk melemaskan otot-otot tubuhnya yang terasa tegang, bagaimanapun ia harus berjuang keras esok hari.

Ketiga elemental Boboiboy keluar meninggalkan Yaya memberi kesempatan bagi istrinya untuk bisa beristirahat.

O-o-O

"Jadi... Kita akan jadi ayah ya?" ujar Taufan

Gempa tersenyum, lalu mengangguk ia membenarkan pertanyaan-yang lebih menyerupai pernyataan-dari Taufan itu.

Taufan memperbesar cengirannya dan memalingkan wajahnya pada Halilintar yang tidak menampilkan expresi apapun.

"Apa?" tanya Halilintar ketus, ia merasa tidak nyaman dipandangi oleh elemental berkekuatan angin itu.

Taufan cemberut.

"Dasar tidak berperasaan"

Halilintar menghela nafas.

Tapi tanpa Taufan dan Gempa sadari semburat tipis muncul di pipi Halilintar. Entah mengapa Halilintar merasa ada sesuatu yang menggelitik dalam perutnya ketika mendengar perkataan Taufan tadi. 'Ayah ya?' Halilintar tersenyum tipis, sangat tipis hingga hampir tak terlihat.

O-o-O

"Cepat persiapkan apa yang dibutuhkan, sekarang saatnya!"

"Baik, Dok!"

Suara keributan itu membuat ketiga elemental yang tengah tertidur itu terkejut dan terjaga. Seorang dokter dan seorang perawat dengan langkah terburu-buru memasuki ruang rawat Yaya. Dan membawa wanita itu keluar dari ruang rawat.

"Hah, Sekarang saatnya?!" Gempa melirik Taufan yang menampilkan wajah tidak kalah paniknya.

"Kita tertidur?! Bagaimana bisa!" Halilintar gusar.

"Maaf disini siapa suami dari nyonya Yaya?" seorang perawat muncul.

"Saya!" Perawat itu terbengong-bengong 'Suaminya 3 orang?' tanya perawat itu dalam hati, ya, hanya dalam hati.

"J-jadi siapa yang mau mendampingi nyonya Yaya?"

"Dia" tiga elemental itu saling tunjuk, ah tidak sebenarnya Halilintar menunjuk Taufan dan Taufan beserta Gempa semuanya kompak menunjuk ke arah Halilintar.

"Apa?!" Halilintar terlihat terkejut,

"Kau yang paling kuat dalam mental.." ujar Gempa

"Kau tau aku memiliki hati yang lembut" celetuk Taufan dengan cengiran khasnya.

'Lembut? Sejak kapan?' Halilintar menghela nafas

"Jadi tuan yang akan mendampingi ?" Halilintar mengangguk, dan berjanji dalam hati untuk memberi pelajaran kepada kedua elemental yang lain, setelah semua ini usai. Ya, liat saja nanti.

O-o-O

Halilintar sudah bersiap dengan pakaian berwarna biru toska, sama seperti pakaian yang dikenakan oleh dokter juga perawatnya.

Diruang rawat itu, Yaya terbaring. Wanita itu menjerit, entah mengapa Halilintar pun seakan merasakan rasa sakit sama seperti yang Yaya rasakan, ia tidak tega melihat istrinya itu berteriak kesakitan.

Semua dokter bersiap, Yaya memandang Halilintar dengan tatapan lirih.

"Tenanglah Yaya, semua akan baik-baik saja" Halilintar menggenggam tangan Yaya, seakan memberikan kekuatan, "-kau boleh mencakar, memukulku, atau apapun jika kau merasa kesakitan" lanjut Halilintar

Yaya menatap Halilintar dengan tatapan aneh. Kenapa hanya Halilintar? Kemana elemental yang lain? kenapa Boboiboy tidak bergabung saja menjadi satu orang?

"Ke..mana.. yang la..in?" dengan nafas terengah-engah Yaya bertanya, Halilintar hanya melihat ke arah pintu. dan Yaya pun mengerti maksud dari tatapan Halilintar itu. Tiba-tiba suasana menjadi suram.

"Tidak bisa di biarkan.." Suara yaya terdengar begitu dalam, mengerikan, ya, itu yang Halilintar dapati dari mimik wajah Yaya yang tengah menunduk

"MEREKA JUGA HARUS MERASAKANNYA! DOKTER! KITA MULAI PROSES KELAHIRANNYA SEKARANG!"

'Oh Tuhan..' Halilintar membatin.

O-o-O

Didepan ruang bersalin, Taufan dan Gempa terlihat gelisah mereka berjalan mondar mandir, sesekali mereka bertabrakan tapi kemudian mereka kembali berjalan mondar-mandir tidak tentu arah.

"Bagaimana ya di dalam?" tanya Gempa.

"Kenapa kau tanyakan kepadaku!" diam-diam Taufan pun memikirkan hal yang sama seperti yang saat ini Gempa fikirkan.

"Kau ini! Aku kan cuma tanya!" tiba-tiba Gempa merasakan perutnya terasa sakit, semakin lama sakit itu semakin membelit perutnya, Gempa terjatuh.

"Gempa! kau kenapa?!" Taufan terlihat panik.

"Pe..perutku.. sa..kit.." Taufan hendak mencari bantuan jika saja Gempa tidak mencegahnya.

"Ti..dak usah.. kau.. te..mani aku.."

"Hah?" Taufan terlihat bingung, tanpa ragu Gempa mengenggam tangan Taufan.

Lebih tepatnya-Mencengkram.

Diruang bersalin.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA" Bukan, itu bukan suara Yaya, tapi...

...Halilintar

Sungguh Halilintar sedikit menyesal mengatakan bahwa ia rela diperlakukan seperti apapun oleh Yaya selama masa persalinan.

karena kini ia tengah dicengkram, lalu di cekik, dan dihantamkan ke tembok oleh istrinya itu, ia lupa bahwa wanita yang dinikahinya itu bukan wanita biasa. Ya, Yaya bukan wanita biasa.

Yaya tidak menjerit, nafasnya cukup teratur saat berusaha menekan bayinya keluar dari rahimnya.

lain dengan Gempa yang meski tidak melahirkan, namun juga merasakan bagaimana sakitnya melahirkan...

"Taufaaaannn aku bisaaaa matiiiiii.."

"Akhhhhhh sakit, sakit, aduuuhhh" Taufan menjerit saat gempa menggigit pergelangan tangannya.

Oke, kembali ke ruang bersalin.

Yaya menjambak rambut Halilintar, lalu beralih menarik telinga elemental itu.

Bohong jika saat ini Yaya berkata bahwa ia tidak merasa sakit, jelas inilah sebuah perjuangan yang sesungguhnya, ya, perjuangan antara hidup dan mati, dan ia yakin ia pasti mampu melaluinya.

Dengan menarik nafas dalam-dalam Yaya menguatkan pegangannya, tangan kirinya memegang ujung ranjang besi dan tangan satunya memegang pundak Halilintar.

'Saatnya' batin Yaya.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA" Taufan menjerit saat Gempa mencengkram pundaknya begitu kuat, seakan-akan pengawal kuasa tanah itu ingin meremukan tulang-tulangnya. Namun tak lama cengkraman itu mulai mengendur bersamaan dengan terdengarnya suara tangisan bayi dari ruang bersalin tempat Yaya melahirkan.

'Sudah berakhir'kah?' tanya Taufan dalam hati.

Dan Taufan pun tergeletak di samping Gempa yang tengah mengatur nafasnya.

"Kena..pa aku.. tadi?" Gempa masih mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.

"Harusnya aku yang bertanya begitu.." Gempa berbalik menghadap Taufan yang tubuhnya penuh memar, ya, Taufan babak belur.

Krrriiiiiittt...

suara pintu terbuka terdengar, bersamaan dengan munculnya sosok Halilintar yang keluar dengan cara merayap di lantai.

"Mission Completed!" teriak Taufan.

Mereka saling pandang, lalu tertawa kemudian.

"TERBAIK!" ujar ke 3 elemental itu bersamaan, seraya mengacungkan jempol mereka, lalu mereka pun bersatu kembali.

Dan inilah Boboiboy kini dengan wajah memar-memar dan luka sana-sini.

O-o-O

Senyum Boboiboy merekah, disaat ia melihat tubuh mungil yang terbalut kain berwarna biru. Dipandanginya wajah sang istri yang masih terlihat lemah. Gurat penuh kebahagiaan jelas tergambar diwajah mereka berdua.

27 juni, putra pertama mereka terlahir kedunia.

"Selamat tuan, putra anda sangat tampan" salah satu Perawat yang membantu proses kelahiran anak mereka tersenyum, seraya menyerahkan bayi berkulit putih itu kepada Boboiboy.
Dengan perasaan was-was, dan penuh hati-hatian Boboiboy menggendong putra tercintanya itu.

Yaya merasa matanya berair disaat melihat putranya yang tengah digendong oleh suaminya itu, hampir ia menangis karena tidak mampu menahan gejolak kebahagiaan. Penantiannya selama sembilan bulan telah terbayar. Dan saat ini, ia sangat-sangat bahagia.

"Apa tuan dan nyonya sudah menyiapkan nama untuk putra kalian?"
Boboiboy dan Yaya saling pandang. Mereka tersenyum lembut.

"Boboya.. " ujar mereka bersamaan.

"Boboya? Apa ada arti khusus?" Perawat itu terlihat begitu antusias.

"Boboya.. Singkatan nama kami.. Boboiboy-Yaya.." Entah mengapa suara Boboiboy terdengar bergetar, kini perasaan haru bercampur kebahagiaan tengah memenuhi hatinya.
Perawat itu mengangguk dan tersenyum, lalu pergi meninggalkan ruangan, memberikan kesempatan bagi keluarga kecil itu untuk menikmati momen berharganya.

Boboiboy berjalan, mendekati Yaya yang terbaring, berlahan ia menidurkan bayi itu disamping istrinya, dikecupnya kening pendamping hidupnya itu, "Kau memang terbaik Yaya" Boboiboy memberi jeda didalam kalimatnya, matanya memandang dalam ke kedua irish mata Yaya,
"-Terimakasih.." lanjutnya.

Mata boboiboy beralih memandang wajah buah hatinya,
"Dan selamat datang ke dunia jagoan" ujar Boboiboy.

Boboiboy dan Yaya mecium pipi putranya bersamaan, tanpa mereka sadari bayi laki-laki itu tersenyum dengan pipi yang merona.

.THE END.

.

Berakhir dengan Gejenya.. hahahaha

.

.

.

.

mungkin Hana bakal jarang update hehe tp tetep bkl update beberapa fic request-an kok,

tp pasti agak lama.. jd hana minta maaff hehe

.

dan yang tanya apa hana suka buat Fic rate-m yang ehmmm, hahaha jawabanya iya hhaha

dan kalo ada yang tanya suka Yaoi? semua pair BBB hana suka kok

tp yg Yaoi hana ga brani baca takut tar panas dingin trus.. ekhm.. XD tau laaaa..

.

.

TERIMAKASIH

sudah membaca fanfic hana

.

.

.

REVIEW?