Disclaimer : Eiichiro Oda-sensei

by VieRichelyn17

Ini fic pertama ane, mohon diberi komen jika ada kesalahan penulisan. Karakter di sini tidak memiliki kekuatan apapun seperti yang terdapat di cerita aslinya. Sepenuhnya hanya karangan fiksi semata. Gaje, OOC, Typo, Abal and many more. Semoga readers suka :D

Note: I do not own One Piece.

HAPPY READING

PROLOGUE

'Kenangan hanyalah kenangan'

'Tumbuh dari kejadian di masa lalu'

'Lalu mekar di masa sekarang'

'Mewarnai hidup dengan pelangi berwarna-warni'

'Tetapi bisa pudar kapan saja'

'Mengapa kenangan itu berharga?'

'Tidak semua kenangan membawa kebahagiaan'

'Tapi mengapa tidak mudah dilupakan?'

'Karena itulah kenangan. Hanya sebuah kata, tapi didalamnya ada harta karun yang paling indah'

SIINGG..

Suara desingan kecil yang terdengar dari sebuah pesawat besar itu menandakan kalau ia baru saja melakukan landing sekitar beberapa menit yang lalu. Para penumpang pesawat mulai menuruni tangga satu persatu sesaat setelah sang pramugari membukakan pintu dan mengucapkan terima kasih dengan wajah ramahnya.

"Hoamm..."

Seorang cowok berambut kuning dengan rambut yang menutupi mata kirinya yang duduk di deretan kursi nomor 24, menguap lebar sambil merenggangkan tubuhnya. Perjalanan 14 jam yang ditempuhnya dari New york ke Tokyo, membuat tubuhnya kaku karena kelamaan duduk. Ia kini berdiri lalu membuka kabin atas tempat duduknya dan mengambil tas ransel berukuran cukup besar. Ia menyampirkan ransel tersebut di bahu kanannya, lalu berjalan keluar pesawat.

"Sekarang tinggal ambil bagasi" Katanya pelan sambil berjalan kearah tempat pengambilan bagasi yang ternyata susah penuh dengan orang-orang yang satu keberangkatan dengannya tadi. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya ia menemukan kopernya lalu langsung mengambilnya dan menyeretnya keluar bandara.

Cowok itu menghirup udara pagi hari Tokyo yang segar dalam-dalam. Sudah lama sekali semenjak terakhir kali ia menghirup udara tersebut. Rasanya sangat sejuk dan terasa seperti... di rumah.

Ia menutup matanya dan berusaha menikmati angin segar dipagi hari itu. 'Sudah 2 tahun ya..'

"OII SANJII"

Cowok itu perlahan membuka matanya ketika mendengar seseorang memanggil namanya. Beberapa meter di depannya sekarang terlihat seorang pria berjas dan bertubuh tegap yang tengah berlari kecil kearahnya. Ia mendengus kecil melihat pria itu.

"Hoii, alis keriting, sudah lama tak bertemu" Kata pria itu ketika sudah berada tepat dihadapan Sanji.

"Kau masih sama menyebalkannya seperti dulu, hidung panjang" Balas Sanji yang disambut dengan kekehan kecil dari sang pria. Melihat itu Sanji ikut tertawa kecil. Sudah lama sekali mereka tidak berdebat, dan rasanya semakin lucu saja mengingat usia mereka yang bukan bocah lagi.

"Udah kita masuk ke mobil dulu. Aku tau kau sudah merindukanku, tapi lebih baik kita mengobrol di mobil saja" Kata pria itu dengan pedenya, membuat Sanji langsung memperagakan gaya orang muntah yang dibalas dengan tawa kecil dari pria itu.

DIMOBIL

"Bagaimana kabarmu, bocah? Sepertinya kau sudah tumbuh dengan baik melihat fisikmu yang berbeda sekali dengan saat kau masih disini dua tahun yang lalu" Kata pria itu ketika selesai memasukan koper Sanji ke bagasi mobil dan duduk di kursi pengemudi.

"Sepertinya kau menjadi lebih cerewet, Kaku. Seperti yang kau lihat, aku baik" Jawab Sanji yang sudah duduk di kursi belakang. "Bagaimana denganmu? Apa kau masih menjadi langganan tendangan Kalifa-san?" Kali ini Sanji balas bertanya dengan nada mengejek.

"Jangan dibahas. Tendangannya bahkan semakin ganas dalam waktu dua tahun ini" Jawab cowok yang dipanggil Kaku tadi dengan nada pasrah. Moodnya tiba-tiba drop ketika mendengar nama cewek yang tiada hari tanpa menendangi dirinya. Sanji hanya bisa tertawa kecil melihat wajah kusam cowok yang sudah dianggap seperti kakaknya sendiri itu.

"Hoi Sanji, apa ada hal menarik yang terjadi disana?" Tanya Kaku lagi untuk menghilangkan moodnya yang sudah mulai tidak enak itu.

"Maksudmu?" Bukannya menjawab Sanji malah balik bertanya.

"Apa tidak ada cerita baru? Ehem.. perempuan maksudku" Jawab Kaku dengan deheman kecil di tengah kalimat.

Mengerti dengan maksud pertanyaan Kaku, Sanji hanya menghela nafas. "Tidak ada"

"Serius? Ayolah.. Kau pergi ke negara yang memiliki kualitas perempuan terbaik dan kau bilang tidak ada?" Tanya Kaku lagi masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Sanji hanya mengangguk kecil sebagai jawaban.

"Kukira kau akan memiliki banyak cerita untuk diceritakan, ternyata tidak ada satupun. Bukankah cewek-cewek disana memiliki wajah yang rata-rata sangat berkualitas? Lalu kenapa kau tidak tertarik sama sekali? Apa mungkin kau-" Kaku tercekat dengan pikirannya sendiri diakhir kalimat.

"Aku apa?" Tanya Sanji yang bingung melihat Kaku tidak melanjutkan kata-katanya.

"Apa kau... apa kau masih belum melupakannya?" Tanya Kaku dengan hati-hati.

Mendengar itu, Sanji terdiam. Ia tidak tau harus menjawab apa. Ia sendiri juga tidak tau apa yang ia rasakan sekarang. Sanji kemudian menatap pemandangan yang terlihat dari jendela mobil dengan tatapan kosong.

'Apa aku masih belum bisa melupakanmu?'