Remedial memang menyebalkan, bukan? Itulah yang dirasakan Murasakibara Atsushi. Remed satu kali aja udah bikin males, gimana dua kali?
Oh, tahan dulu pemirsa. Bisa dipastikan Murasakibara tidak akan malas kali ini karena Akashi Seijuuro-sama telah 'diutus' untuk menjadi pembimbingnya. Sebuah sekuel dari fic saya sebelumnya; "Malas" yang sepertinya akan lebih panjang dari fic aslinya.
Fighting, Murasakibara!
A Sequel for "Malas" © SkipperChen
Disclaimer: Kuroko No Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Warnings: alur ngebut, humor gagal, ooc, bahasa campur aduk, typo? dan kesalahan lainnya
Happy Reading!
Murasakibara berjalan malas sambil sesekali menguap. Setelah sampai di SMP Teiko, ia melihat siswa-siswi sedang ramai mengelilingi mading.
Ada apakah gerangan? Entahlah. Murasakibara cuma melirik sebentar kemudian berlalu tanpa sedikitpun rasa penasaran. Oh, pemirsa sekalian tentu tahu, bahwa rasa malasnya lebih tinggi dari rasa penasarannya.
Murasakibara masih berjalan malas setelah melewati siswa-siswi yang mengelilingi mading.
Kemudian, ia merasa ada seseorang yang menepuk punggungnya dengan ujung jari, "Midorima-kun, ia tak pingsan!" kata seseorang di belakang sana. Karena terlalu malas untuk menoleh, ia melanjutkan langkahnya.
"Tentu saja, bodoh! Kau memukul punggungnya saja sampai harus jinjit segala, gimana dia mau pingsan, nanodayo!?" balas seseorang—yang ia ketahui adalah Midorima.
Murasakibara tadinya ingin menoleh lalu menghajar Midorima dan seseorang dibelakangnya tadi. Tapi, apa daya, dirinya terlalu malas melakukannya.
Ia masih berjalan dengan malasnya sampai kemudian—
BAK BIK BUK DUARR PLTAK SREKKK
Tengkuk lehernya dipukul, mulutnya disekap, dan sekujur tubuhnya dikarungin(?) setelah itu, ia tak ingat apa-apa lagi. Oh, ya, jangan tanya kenapa backsoundnya gak nyambung.
Murasakibara membuka matanya perlahan-lahan.
Ia melihat sekeliling. Yang ia temukan hanyalah ruangan kotor dengan beberapa orang yang menggunakan topeng sedang mengelilinginya sambil menatap dengan tajam. Ia tak bisa bergerak. Karena malas bergerak—eh, maksudnya karena tangannya diikat dan tubuhnya didudukkan di sebuah bangku.
"Nah, ini dia, Murasakibara!" ujar orang pertama.
"Are, Mine-chin?" jawabnya dengan malas.
Si pemilik nama tersentak, "d-d-darimana kau tahu jika ini aku, heh!?"
"Tentu saja, Aho. Kau hanya menggunakan topeng yang menutupi matamu. Rambut birumu terlihat jelas, nanodayo!" kata orang kedua menimpali.
"Bukan, Mido-chin. Aku tahu dia Mine-chin karena kulitnya hitam."
.
.
Sweatdrop berjamaan pun tak bisa dihindari.
"T-t-tunggu dulu! Kenapa kau tahu ini aku?" tanya seorang dengan topeng perampok yang menutupi seluruh wajahnya—Midorima. Baru sadar bahwa penyamarannya terbongkar.
"Di palu besar itu tertulis namamu, Mido-chin."
.
.
Tertawa berjamaanpun tak bisa dihindari.
"Hahahaha, Midorimacchi bodoh-ssu! Lucky item-mu terlalu mencolok," kata orang ketiga.
"Benar, Kise-chin."
"Ya, Murasakibaracchi—eeh, penyamaranku terbongkar? Padahal aku sudah melakukannya dengan baik-ssu!"
"Tentu saja, Kise-kun. Cuma kau yang menggunakan embel-embel 'cchi' di sekolah ini," kata orang keempat.
"Bukan, Kuro-chin. Aku tahu dia Kise-chin karena dia berisik."
.
.
Tunggu dulu!
"KUROKO/TETSU/KUROKOCCHI SEJAK KAPAN KAU BERADA DISANA?" tanya Midorima, Aomine, dan Kise secara bersamaan.
.
.
Kaget berjamaah pun tak bisa dihindari.
"Aku sudah berada disini dari tadi, minna," jawab Kuroko.
"Dan kenapa kau tidak pakai topeng? Jelas saja Murasakibara tahu itu kau, bodoh!" ujar Midorima.
"Salah, Mido-chin. Aku tahu dia Kuro-chin karena dia tak kasat mata."
.
.
Gubrak berjamaah tak bisa dihindari.
Aih, sungguh keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah, ya, pemirsa. Sampai ber-gubrak-ria pun dilakukan secara berjamaah.
Oh, kalian pasti bertanya-tanya kenapa Murasakibara tak melihat Kuroko bukan? Jawabannya adalah karena Kuroko berada di belakang Murasakibara dan ia terlalu malas untuk menoleh.
.
CKLEK
Terdengar suara pintu terbuka. Kemudian, masuklah seorang siswa bersurai merah—Akashi, dan siswi bersurai pink—Momoi. Mereka tak terlihat melakukan penyamaran seperti yang lainnya.
"Wah, niat sekali kalian. Aku hanya menyuruh kalian memanggil Atsushi, tapi kalian malah menyekapnya di gudang seperti ini," ujar Akashi.
"Langsung saja, Akashi. Jangan bertele-tele!" balas Aomine.
CKLIS
Keringat dingin beserta darah mengalir dari pipi ehemdekilehem Aomine. Apa yang terjadi? Oh, ternyata, tangan Akashi terpeleset sehingga gunting keramatnya menggores pipi Aomine.
"Pelan-pelan, Daiki. Dan jangan sekali-kali memerintahku, kecuali—"
Apa itu? Akashi berniat memberi pengecualian dalam memerintahnya. Seperti mimpi saja.
.
.
"—kecuali jika kau sudah bosan hidup," sambung Akashi
Ralat. Ini benar-benar mimpi. Mimpi buruk.
"Baiklah, Atsushi. Sensei 'mengutusku' untuk membimbingmu dalam menyelesaikan remedial. Midorima akan membantumu dalam matematika, Kise Bahasa Inggris, Kuroko fisika, Aomine biologi, dan Momoi sejarah Jepang. Kuperintahkan kau untuk melakukannya dengan sempurna. Satu kecacatan, satu goresan gunting di tubuh besarmu. Dan jangan coba-coba membantah. Mengerti?"
Gulp berjamaah tak bisa dihindarkan.
"Me-mengerti, Aka-chin."
"Oh, ya, kau tak bertanya kenapa aku tak ikut serta?"
"Tidak."
"Baguslah jika kau sudah mengerti."
"Bukan. Tapi, aku malas bertanya."
CKLIS
"MURASAKIBARA/MURASAKIBARA/MURASAKIBARACCHI/MURASAKIBARA-KUN/MUKKUN!"
Sebuah sayatan gunting berhasil mendarat di tengkuk Murasakibara hingga ia pingsan. Wah, wah, sungguh malang nasib si titan kelas dua meter ini. Harus jadi korban si setan merah yang ngambek gara-gara kodenya untuk di-kepo-in gak direspon. Semoga kau tak mati ya, Mura-chin.
"Mukkun!"
"Hmm," Murasakibara sedikit menggeliat, matanya perlahan terbuka. "Momo-chin?"
"Ah, Mukkun! Syukurlah kau sudah sadar."
"Ini dimana?"
"Dikelasku. Kita akan belajar sejarah Jepang sekarang. Aku akan membimbing Mukkun," ujar Momoi sambil memberikan buku sejarah hard cover kepada Murasakibara. "Ini, bacalah! Buku ini sangat lengkap. Aku yakin nilaimu bagus jika kau mempelajarinya dengan baik.
Murasakibara menerima buku tersebut dan menatapnya dengan malas, kemudian pandangannya teralihkan kepada Momoi, "Momo-chin?"
"Ya?"
"Kau tidak marah kepadaku karena kejadian kemarin?"
Momoi memutarkan pandangannya, mencoba mengingat kembali kejadian yang si titan ungu maksud. Muncul awan tipis diatas kepala Momoi yang memperlihatkan reka ulang kejadian tersebut.
"Momo-chin merepotkan," Ah, kalimat itulah yang paling dia ingat. Saat Murasakibara menyebutnya 'merepotkan'.
"Tentu saja aku marah!" ujarnya.
"Maafkan aku Momo-chin."
Akhirnya, Murasakibara si titan gentleman meminta maaf, pemirsa.
Senyum lebar nan cerah pun tertoreh di wajah cantik Momoi, "Aku akan memaafkanmu, tapi ada syaratnya!"
Oh, ayolah. Apa lagi yang Momoi inginkan? Sepertinya Momoi lupa akan kemalasan Murasakibara. Apakah ia tak takut Murasakibara akan menolaknya dengan alasan 'malas'?
"Syarat apa, Momo-chin?"
Apa itu barusan? Murasakibara mencoba memenuhi syarat Momoi?
"Syaratnya mudah. Kau harus menyelesaikan remedial sejarahmu dengan sepenuh hati."
Wah, sepertinya Momoi sudah menyiapkan segenap jiwa dan raganya kalau-kalau Murasakibara menjawabnya dengan 'aku malas'.
.
.
"Baiklah. Aku akan melakukannya dengan sepenuh hati demi Momo-chin."
.
.
Momoi melongo, author melongo, readers melongo kah?
Beberapa detik setelah itu, muncul musim semi dadakan di sekitar Momoi. Wajahnya senyum berseri. Sepertinya gadis pink ini berbunga-bunga akibat kalimat si titan ungu.
"Benarkah itu, Mukkun?" Momoi mengklarifikasi, seolah tak percaya akan kalimat bersejarah barusan.
"Benar, Momo-chin. Aku akan melakukannya dengan sepenuh hati demi Momo-chin," Murasakibara mengulangi kalimatnya.
.
.
"KYAAAAAAA, MUKKUN KAWAIIIIIIIII!" Momoi fangirlingan seketika akibat perilaku manis sang titan balita kelas dua meter. Pipi Murasakibara pun menjadi korban cubitan Momoi. Wah, wah, kalem mbak. Kasihan pipi Mura-chin.
"Momo-chin," Murasakibara memanggil Momoi yang masih asik mencubiti pipinya.
"Ada apa, Mukkun?"
"Bisa kita langsung mulai saja? Aku mala—maksudku, ayo mulai."
Momoi melepas cubitannya, "wah kau semangat sekali, Mukkun."
Momoi membuka buku sejarah hard cover tadi, "Baiklah pertama, buka halaman 45. Disitu tertulis, pada tanggal blablablablaba," jelas Momoi panjang lebar.
Murasakibara memperhatikannya dengan seksama. Kali ini, benar-benar dengan seksama. Karena dia berniat untuk memenuhi syarat yang diajukan Momoi, demi mendapat maafnya. Wah, titan balita kelas dua meter ini sudah mulai dewasa rupanya. Bos Akashi pasti bangga padamu, nak.
"Bagaimana, Mukkun, kau mengerti? Sebenarnya tak perlu banyak mengerti. Dalam pelajaran sejarah, yang paling penting adalah menghapal," ujar Momoi setelah selesai menjelaskan.
"Aku mengerti, Momo-chin. Aku juga sudah hapal semuanya."
"Wah, benarkah? Mukkun hebat!" puji Momoi.
"Ini semua demi Momo-chin."
.
.
"KYAAAAAAAA MUKKUUUN!" Momoi kembali ber-fangirling-ria akibat kalimat Murasakibara yang entah kenapa jadi OOC.
"Yosh, kalau begitu aku akan menemui guru sejarah," ujar Murasakibara seraya bangkit.
"Um! Ganbatte, Mukkun!" Momoi menyemangati.
Murasakibara duduk di ruang guru, sendirian. Nampaknya, hanya dia yang terkena sial sampai harus remed sejarah Jepang dua kalli.
Dia mulai berkutat dengan soal.
Soal pertama, "Pada tahun berapa Toyotomi Hideyoshi berhasil menaklukkan daimyo Ukita Naoie?"
"Pertanyaan mudah, Momo-chin sudah memberitahuku," gumamnya.
Wah, rupanya Murasakibara benar-benar niat. Dia mengerjakan semua soal dengan lancar. Dan yang terpenting, tanpa kata malas.
Setelah selesai, ia memberikan lembar soal beserta jawaban kepada sang guru sejarah Jepang.
"Baiklah, Murasakibara. Hasil dari remedialmu akan aku berikan besok," katanya.
Murasakibara hanya menjawab malas, "Baik, sensei." Kemudian berlalu.
Wah, rupanya, setelah remedial sejarah Jepang selesai, sifat malasnya kembali, pemirsa.
Murasakibara keluar dari ruang guru dengan malas. Ya, sifat alaminya kembali.
"Murasakibara!" terdengar suara seseorang memanggilnya dari belakangnya.
Ia menoleh, "Mido-chin, ada apa?"
"Ayo belajar matematika, nanodayo! Kau kan masih harus remedial."
Murasakibara menghembuskan nafas, "Huft, merepotkan. Aku kan sudah remedial sejarah hari ini."
Midorima mendengus kesal, "Baka! Pekan remedial itu ada lima hari, sekarang sudah hari kedua. Berarti tinggal tersisa empat hari. Kalau kau remedial satu hari satu mata pelajaran, kau tidak bisa menuntaskan semua, nanodayo!"
"Arara," Murasakibara pasrah.
"Ayo ke kelasku!" Ajak Midorima diikuti dengan anggukan malas Murasakibara.
Murasakibara dan Midorima duduk bersebrangan dengan sebuah meja sebagai pembatas mereka. Diatas meja tersebut terdapat buku rumus lengkap matematika. Oh, ya, jangan lupakan lucky item hari ini, palu besar dengan tulisan 'Midorima Shintarou' di gagangnya.
"Baiklah," Midorima membuka percakapan mereka. "Aku tahu sebenarnya kau lumayan pintar dalam matematika, kau hanya malas berhitung. Ta-tapi bukan berarti aku perhatian atau apa, nanodayo!" sambung si tsundere.
Oh, ya. Mungkin anda bertanya-tanya kenapa Midorima bisa tau tentang itu. Jawabannya adalah karena dia sering main sama Akashi, jadinya ketularan. Ya kira-kira begitulah.
"Ya," respon Murasakibara singkat.
"Langsung saja, bagian mana yang tidak kau mengerti?"
Murasakibara tampak berpikir sejenak, "Aku lupa."
.
.
Midorima sweatdrop.
"Bagaimana bisa kau lupa!? Coba kau ingat-ingat."
"Aku malas mengingatnya."
PLTAK
Satu pukulan palu Midorima berhasil mendarat di kepala Murasakibara.
"I-ittai, Mido-chin," keluh Murasakibara sambil sesekali megusap kepalanya.
"Makanya, cepat ingat! Jangan membuang-buang waktu, nanodayo."
"Hai~" Murasakibara mulai mengingat-ingat, "trigonometeri."
"Sudah kuduga," Midorima menyeringai.
Wah, sepertinya Midorima benar-benar ketularan Akashi. Kita tunggu saja tanggal mainnya sampai Akashi juga ketularan tsundere-nya Midorima.
"Dalam trigonometeri ada empat kuadran blablabla," Midorima mulai menjelaskan panjang-lebar sementara Murasakibara mendengarkannya dengan seksama sambil sesekali mengusap kepalanya yang sepertinya benjol.
"Kau sudah mengerti?" tanya Midorima.
Murasakibara hanya mengangguk malas.
"Kalau begitu cepat temui guru matematika agar remedialmu cepat selesai. Bukannya aku peduli atau apa, nanodayo! Aku hanya malas berurusan dengan Akashi jika kau tak menyelesaikannya segera," ujar Midorima yang sebenarnya memang peduli tapi pura-pura tak peduli biar keliatan keren. Tak lupa membenarkan posisi kacamatanya yang bahkan tak bergeser sama sekali.
"Nanti saja, Mido-chin. Ini baru jam sepuluh," kata Murasakibara yang masih belum bangkit dari posisi duduknya.
PLTAK
Palu Midorima kembali mendarat mulus di kepala Murasakibara. Wah, sepertinya benjolan di kepala si titan bertambah parah.
Midorima melempar deathglare pada Murasakibara yang bisa diartikan sebagai 'cepat-sana-remed-kalau-kepalamu-tak-mau-berdarah'
"Ya, ya," seolah peka, Murasakibara (terpaksa) segera bangkit dari posisi duduknya.
"Sebentar Murasakibara!" Midorima yang tadinya meminta Murasakibara cepat-cepat pergi, kini menahannya untuk tidak pergi dulu. Aih, maunya apa sih si tuan tsundere ini.
"Apa lagi, Mido-chin?"
"Bawa ini," Midorima memberikan 'pensil keberuntungan' miliknya.
Murasakibara memperhatikan benda itu sebentar, "aku sudah punya pensil, Mido-chin."
"Yang ini berberbeda, ini yushimatenshin. Kalau kau sudah buntu, tinggal gelindingkan pensil ini. Sisi yang muncul adalah jawabannya. Aku memberi ini bukan karena aku peduli. Aku hanya tidak mau disuruh membimbingmu lagi, nanodayo."
"Apa dengan itu aku tidak perlu berhitung?"
"Tentu saja harus. Manusia harus berusaha semaksimal mungkin, barulah keberuntungan tiba!"
"Kalau begitu percuma dong. Aku tidak mau pakai itu, merepotkan saja," Murasakibara melangkah dengan malas, tak mengindahkan saran Midorima.
Sementara Midorima menahan kesal akibat tingkah menyebalkan si titan ungu, "Murasakibara teme!"
Murasakibara duduk di kelas 3-C bersama 8 orang siswa lainnya. Ya, sepertinya bukan cuma Murasakibara yang kebanjiran remedial dua kali. 8 siswa itu juga.
Soal mulai dibagikan. Murasakibara pun mulai mengerjakannya satu per satu.
Lancar.
Tidak ada hambatan.
Tidak ada kata "aku malas" terlontar dari mulu Murasakibara.
Tidak ada suara snack.
Karena kalau ada suara snack pasti snacknya disita.
Ya, seperti itulah yang terjadi jika bos Akashi Seijuuro-sama campur tangan. Walaupun si bos cuma memerintahkan kepada anak buahnya saja, sementara dirinya tak ikut serta. Maklum, bos besar gengsi kalau harus ikut-ikutan.
.
.
45 menit, Murasakibara sudah menyelesaikan semuanya. Dengan songongnya, ia mengumpulkan duluan dan langsung berlalu pergi tanpa sepatah kata semacam 'sensei aku sudah selesai' keluar dari mulutnya.
"Hoaaam," Murasakibara menguap setelah keluar dari kelas 3-C untuk remedial matematika yang ehm—kedua kalinya.
Hari ini adalah hari yang berat baginya karena otaknya dipaksa berpikir berkali-kali. Apalagi dibumbui dengan ancaman sang bos besar berbadan kecil—Akashi, membuat hari kedua pekan remedial semakin suram.
Tapi, ya, hari sudah berlalu. Murasakibara terlalu malas untuk ber-flashback-ria. Tinggal mempersiapkan diri untuk pekan remedial hari ketiga yang masih setia menunggunya. Walaupun yang ditunggu menghampirinya dengan malas-malasan, uhuk.
BERSAMBUNG?
A/N: Hai, minna! Kembali lagi bersama SkipperChen di sequel dari fic "Malas". Saya gak tau ini bisa disebut sequel atau nggak. Soalnya fic aslinya drabble, masa sequelnya multichap? Entahlah, saya gak begitu paham tentang sequel hehe. Penasaran sama kelanjutannya? Atau penasaran sama hasil remedial Murasakibara? Nggak ya? *mojok*
Oh iya, soal GOM bimbing Murasakibara dalam pelajaran apa, itu saya pilih secara random, jadi maafkan saya kalau gak sesuai character bible dan semacamnya. Juga, mereka semua sekelas atau nggak sama sekali gak jelas. Dan saya juga gak tau apa anak smp di Jepang pelajarannya kayak gimana. Jadi, harap di-iya-kan saja ya hehe xD
Akhir kata, mind to review? saran dan kritik anda yang membangun sangat berguna bagi saya xD
