Whittechu proudly present
.
.
.
change my mind
.
.
.
no commercial advantage is gained by making this shitty fics :')
.
.
jika diketemukan karakter, setting dan jalan cerita yang hampir mirip dengan beberapa fiksi di luar sana- kemungkinan adalah ketidaksengajaan semata.
.
.
enjoy 💕
.
.
Dia mendengar beberapa kali pintu-nya diketuk, namun dia jelas enggan beranjak.
Sekali, dua kali, dia tetap bergeming membiarkan seseorang di luar sana melanjutkan kegiatannya.
"Ayolah, Yoongi." dia mendengar suara itu, tentu sudah sangat familier.
Akhirnya dengan setengah hati, dia- si pemuda yang dipanggil Yoongi tadi- beranjak dari sofa favorite-nya.
Bukan langsung meraih gagang pintu, melainkan untuk sedikit mematut rupanya di cermin dekat tangga tua di rumah itu.
"Si Bodoh itu, mau apalagi kali ini!?" ucapnya bermonolog, tanpa mampu menyembunyikan sedikit kebahagiaan yang terselip di sana.
Dan pintu pun terbuka lebar, menampilkan si Tampan dengan cengiran lebar yang khas.
"Biarkan aku masuk dan kita sajikan pizza ini di meja sana." pemuda yang lebih tinggi itu menggoyang-goyangkan beberapa tumpuk kotak pizza.
.
.
Hanya ada keheningan di antara keduanya. Yang lebih tinggi di sana duduk manis bertopang dagu, "Jadi kenapa kau hanya diam saja, Min-irit bicara-Yoongi?" tanyanya seraya mengedipkan sebelah mata coklat madu-nya.
"Irit bicara adalah nama tengahku dan kalau kau lupa, itu kau yang beri."
Kemudian hening lagi setelahnya, Yoongi tidak berniat lagi meluruskan apapun setelah sang lawan bicara kembali asyik menghabiskan makan malam mereka.
Ayolah, bahkan si Bodoh itu bisa menghabiskan sendiri di rumahnya, kenapa harus di sini!?
"Jangan terus menatapku seperti itu, aku tahu aku charming."
"Najis." sergah Yoongi cepat-cepat. Berharap ekspresi-nya tidak berlebihan.
Pura-pura dia ambil sepotong pizza, lalu dia mengunyahnya seolah dia berminat.
Si pemuda tinggi kemudian berjalan lurus menuju lemari pendingin. Jemarinya meraih sekotak minuman berperisa melon dari dalam sana.
Glup.
Sekali teguk, minuman itu tandas.
"Taehyung kau mengerikan." Yoongi bertingkah seolah itu adalah hal menjijikkan, padahal dia tahu bahwa tadi itu adalah hal-paling-seksi-yang-pernah-dia-lihat-dan-Kim-Taehyung-lakukan-jadi-ayo-lakukan-lagi .
"Kau bertingkah macam bocah saja, cepat bersihkan mulutmu yang belepotan itu!" seru si pemuda Min sembari menyodorkan selembar kertas tissue.
Pemuda lain di sana menggeleng cepat, "Yang bersihkan kau saja~"
Dan keduanya pun larut dalam tawa kosong. Malam pun berjalan.
.
.
"Jadi, sebutkan alasan kenapa tadi lama buka pintu!?"
Sembari menatap taburan bintang di atas sana, keduanya kini sama-sama berbaring di bawah hamparan luas langit malam.
"Bintangnya jadi jarang terlihat." jawabnya irrelevant.
Taehyung ikut menatap ke atas, "Itu terjadi karena polusi cahaya dari bangunan-bangunan ini."
Min Yoongi mengangguk samar, "Alasan rumah dan kamarmu selalu remang-remang."
"Kau stalker."
Dia tertawa, padahal itu bukan hal lucu.
Memang faktanya, Kim Taehyung akan selalu membuat Min Yoongi ceria, meski tanpa sebuah lelucon.
"Kau pergi sama siapa nanti?"
"Hah?" Taehyung mengernyit bingung.
"Ke Prom."
Ah, pemuda Kim itu mengerti sekarang.
Sedikit ragu, tapi dia tidak ingin menyembunyikan sebuah kebenaran, "Dengan Jiminie."
Dan Yoongi mengangguk lagi.
Dalam hitungan sekon, anak tertua keluarga Kim itu pun berdiri. Dia menawarkan tangannya untuk segera Yoongi ambil.
"Akan kuajari kau sesuatu yang memang seharusnya kau pelajari. Percayalah, siapapun yang akan pergi bersamamu ke Prom setelah ini, dia tidak akan menyesal."
Dan si Manis Min meraih uluran tangan Taehyung dengan binar di mata yang mengalahkan kilauan tabur bintang di atas sana.
.
.
Kaki-kaki mungilnya perlahan mengikuti langkah yang lebih besar. Tangannya masih setia bertengger di bahu Taehyung.
"Nah seperti ini, kau cepat belajar. Pintar."
Yoongi bergeming, tatapannya tak luput dari Taehyung. Entah mengapa dia merasa desau angin di sekitar mereka sedang mengejek dirinya.
Dari dulu dia selalu kalah dari Jimin dan dia bisa terima. Tapi untuk yang satu ini, apakah dia boleh memohon?
Mereka terlarut dalam tarian kecil itu tanpa mempedulikan sekitar. Tanpa musik yang mengalun, keduanya tetap berdansa.
Sesekali Taehyung mengeratkan tangannya yang melingkar di pinggang pemuda Min.
Langit terasa akan runtuh, jadi dalam sekali hentak, Yoongi mendorong Taehyung keras. Dia menindih tubuh yang berbanding lebih besar dari miliknya.
Pemuda Min itu mencondongkan tubuhnya yang kecil dan menyambar bibir Kim Taehyung. Dia ingin seperti ini dan hal itu tidak dapat dicegah.
Dia mencium Kim Taehyung dalam tangisnya dan satu hal yang dia tahu, Taehyung tidak membalas ciuman-nya.
.
.
"Kuharap kau segera membaik setelah ini, Yoongi. Telepon aku kalau kau butuh sesuatu." ucap Taehyung seraya berlalu, meninggalkan Yoongi yang masih terduduk di tempatnya.
Apalagi yang dia harapkan kalau satu-satunya hal yang dia butuh dan inginkan saat ini adalah Kim Taehyung?
Setelah Taehyung pergi dengan hentakkan kasar itu, kini dia sadar dia telah menyesal.
.
.
Done
.
.
Hai aku kembali! Kalau kalian pernah baca ini di ffn (tapi waktu itu karakternya GS yoongi dan cara kepenulisan nya tidak seperti ini) ya, itu punyaku :')
Aku kangen nulis, jadi ini aku bikin lagi dan maaf kalau aku jadi makin payah :(
Find me on wattpad : zaynewt
