미 안 해

(I'm Sorry)

.

Main Cast : Jung Yunho, Kim Jaejoong

Other Cast : Park Yoochun, Lee Gikwang, Pak Lee

Genre : YAOI/Shonen-ai/Boy×boy

Note : Cerita ini murni hasil pemikiran saya sendiri, terinspirasi dari lagu terbaru BEAST I'm Sorry. Makna lagunya sangat dalam, menyampaikan perasaan menyesalnya seorang karena telah mengecewakan pasangannya.

Warning : Cerita pasaran, typo(s)bertebaran, bahasa tidak baku, ejaan yang tak sempurna.

.

.

.

Ja, tanoshimi ni oyomi kudasai ^^

.

.

DOUZO

:::

..

I'M SORRY

..

:::

Cahaya rembulan menyelimuti langit gelap di sebuah taman. Ditemani cahaya bintang yang menambah indah suasana taman itu. Ditengah dinginnya udara dipertengahan musim salju, membuat semua orang yang berada ditaman tersebut, merapatkan mantel mereka guna melindungi diri dari dinginnya udara. Nampak embun putih yang keluar dari bibir saat mereka tengah berbicara. Kelihatan sekali kalau udara diluar sana sangat dingin.

Deret bangku-bangku taman yang memang disediakan ditaman itu, kini nampak sudah separuhnya terisi oleh pasangan anak muda yang tengah menghabiskan malam minggu bersama. Jelas, karna taman ini adalah salah satu taman yang dijadikan tempat favorit bagi hampir semua pasangan yang ada.

Dikelilingi oleh taman bunga dan ditengah taman ada sebuah danau kecil dengan sebuah jembatan untuk menyebrangi danau itu, dan diujung jembatan bisa dilihat taman bunga yang sangat besar lengkap dengan bermacam-macam permainan. Tak salah memang jika tempat ini dijadikan tempat favorit untuk menghabiskan waktu. Tak hanya bagi pasangan muda, bahkan cocok juga untuk dijadikan tempat menghabiskan akhir pekan bersama keluarga.

Disalah satu bangku taman tak jauh dari danau buatan itu, nampak seseorang tengah duduk diam sambil kepalanya sekali-sekali mengitari taman itu. Nampaknya ia tengah menunggu seseorang. Berada sendirian ditengah orang-orang yang tengah bercengkrama dengan pasangannya, membuat orang itu tak nyaman untuk berlama-lama diam disana.

"Ia terlambat lagi." gumam orang itu sambil melirik jam Rolex dipergelangan tangan kanannya. Kembali, ia mengamati sekitar berharap orang yang ditunggunya segera datang.

Entah ia seorang namja atau seorang yeoja, dengan mantel bulu tebal yang melindungi tubuhnya dari udara dingin, celana skinny jeans biru tua, dan sepatu boot hitam dengan sedikit bulu disekitarnya, membuat penampilan orang itu sangat modis. Dengan rambut hitam halus sebatas bahu yang berkibar karna tertiup angin, ditambah mata bulat dan sebening kristal, pipi yang bersemu merah karena udara dingin, serta bibir yang merah semerah cherry. Sungguh orang ini nampak sangat menawan.

"Huhhh, dingin." ucapnya lagi sambil menggosokkan kedua telapak tangannya-yang sayangnya ia lupa memakai sarung tangan-untuk mengurangi udara dingin yang menerpa. Ditiupnya tangannya untuk menghembuskan udara panas lewat nafasnya. Dieratkannya lagi matel yang dikenakannya.

"Aku coba hubungi saja." dengan cepat orang itupun mengambil ponsel aple dari katung mantelnya dan mendial panggilan cepat di ponselnya. Tak menunggu lama, panggilan itupun tersambung.

Tuut..tuut..tuut

Namun-

Nomor yang anda hubungi sedang sibuk, cobalah beberapa saat lagi

"Sibuk." guman orang itu sebal sambil kembali memasukkan ponselnya kedalam saku mantelnya. "Mungkin sebentar lagi ia datang, lebih baik aku menunggunya."

Kembali orang itu menunggu dalam diam sambil sesekali mengamati sekitarnya. Orang-orang sudah banyak yang beranjak dari taman ini, menyisakan beberapa kelompok pemuda yang nampaknya tengah mengadakan permainan didekat taman bunga disana.

Diliriknya jam Rolexnya sekali lagi dan seketika wajahnya murung. "Ia ingkar janji lagi." ratapnya putus asa. Dipoutkannya bibirnya merasa kesal karna orang yang ditunggunya sama sekali tak datang.

Sekian lama ia menunggu, mulai dari taman itu ramai oleh pasangan anak muda, hingga sekarang taman itu nampak sepi hanya ada segelintir orang saja. Maklum saja, sekarang jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam. Tak terasa 3jam sudah orang ini menunggu dalam cuaca sedingin ini, namun apa yang didapatnya? Orang yang ditunggu sama sekali tak menampakkan batang hidungnya.

"Aku mulai lelah, jika setiap hari harus menunggumu seperti ini." gumam orang itu lagi sambil menatap lurus kedepan. "Apa aku masih bisa bertahan, Yunie?"

:::

..

I'M SORRY

..

:::

Seorang namja dengan mata musang yang tajam, tengah menatap tajam seorang namja cantik yang tengah berbaring dihadapannya. Raut wajahnya tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Marah, kesal, khawatir menguar jadi satu. Perlahan diulurkannya tangannya menyentuh kening namja cantik itu, mengukur suhu tubuhnya.

"Panas sekali." lirihnya hampir tak terdengar.

"Eunghh." erangan kecil terdengar dari namja cantik itu. Perlahan dibukanya matanya dan mengerjabkannya pelan, guna menyesuaikan cahaya yang masuk ke iris matanya.

"Kau sudah bangun?" tanya namja mata musang itu setelah dilihatnya namja cantik itu perlahan membuka matanya.

"Eunghh." erang namja cantik itu lagi sambil berusaha mengucapkan sesuatu.

"Kau ingin sesuatu?" tanya namja mata musang karna melihat pergerakan dibibir namja cantik itu.

"A..ai..ir." ucap namja cantik itu kesusahan, maklum saja dengan suhu badan yang sangat tinggi, menyebabkan kondisi tubuh melemah.

"Kau mau air? Tunggu sebentar."

Segera setelah mengetahui apa keinginan namja cantik itu, namja mata musangpun beranjak dari duduknya dan mendekati meja nakas lalu menuangkan air kedalam gelas.

"Ini, minumlah." ucapnya lagi dan perlahan membantu namja cantik itu untuk minum. "Sudah?" tanyanya lagi dan mendapat anggukan kecil dari namja cantik itu.

"Yu..nie."

"Ne, aku disini. Waeyo?"

"Ka..u ak..kan per..gi?" ucap namja cantik itu masih tertatih.

"Ne, aku harus pergi ke kantor. Ada rapat penting dengan dewan direksi." jawab namja mata musang itu mulai berdiri dan bersiap berangkat ke kantor. "Aku tak tahu apa yang membuatmu sampai sakit begini, tapi sebaiknya kau istirahat saja sekarang. Badanmu sangat panas. Kalau ada apa-apa kau panggil saja pak Lee, dia akan mengurusmu kalau kau membutuhkan sesuatu."

"..."

"Baiklah aku berangkat." perlahan namja mata musang itu berjalan menuju pintu dan segera meraih hendel pintu, memutarnya dan mendorongnya pelan. Dibukanya pintu lalu melangkah dengan pasti keluar kamar, tanpa menoleh lagi pada namja cantik yang kini tengah menahan air mata yang sudah menggenang dipelupuk matanya.

Blamm

"Hiks." dan tumpahlah cairan bening dari mata bening namja cantik itu setelah pintu tertutup dan menelan sosok namja mata musang itu. Entah kenapa kali ini ia tak bisa lagi membendung rasa sakit itu. Suhu badan yang sangat panas, membuat dirinya tak dapat berfikir jernih.

"Hiks, bahkan kau tak bertanya kenapa aku bisa sakit, Yunie." gumamnya sebelum kembali memejamkan matanya. Berharap dengan memejamkan matanya rasa sakit didadanya bisa hilang.

:::

..

I'M SORRY

..

:::

Pagi berganti siang. Seorang namja cantik masih terlihat tertidur dengan tenang. Hembusan nafas yang teratur terdengar darinya. Disebelahnya nampak seorang namja paruh baya yang sedari tadi tak berhenti menatap namja cantik itu. Bukan, bukan karna dirinya tertarik dengan namja cantik itu, melainkan karna dirinya merasa bertanggung jawab atas kesehatan namja cantik itu.

"Tuan, tuan muda. Ireona tuan." kata namja paruh baya itu sambil mengguncang pelan lengan namja cantik itu.

"Eunghh." namja cantik itu mengerang pelan sebelum membuka matanya. "Pak Lee?" gumamnya setelah berhasil membuka matanya dan menyesuaikan cahaya yang menerpa retinanya.

"Tuan, bangunlah, hari beranjak siang dan tuan muda sama sekali belum makan." kata namja paruh baya itu atau lebih tepatnya pak Lee.

"Ah, pak Lee, sudah kukatakan jangan memanggilku dengan panggilan itu. Panggil saja namaku." ucap namja cantik itu sambil berusaha bangkit dan duduk dikasur.

"Mian, saya hanya belum terbiasa tuan, ah maksud saya Jaejoong-ah."

"Ne gwencanha." jawab namja cantik itu atau lebih tepatnya Jaejoong, Kim Jaejoong. "Apa aku tidur sangat lama pak Lee?"

"Ne, anda tertidur sangat lama. Bahkan sejak semalam setelah anda dijemput oleh Gikwang di taman itu."

"Mwo? Sejak semalam? Kenapa bisa?" tanya Jaejoong kaget, tak menyangka kalau ia tertidur sangat lama.

"Ne, sejak kemarin malam. Bahkan anda pingsan saat ditemukan Gikwang ditaman itu. Sebenarnya apa yang anda lakukan ditengah malam begitu Jaejoong-ah?" pak Lee nampak sangat khawatir mengingat kejadian semalam.

Ya, semalam orang yang tengah berada ditaman dan menunggu kedatangan seseorang itu adalah Jaejoong. Dirinya menunggu kehadiran orang yang sangat berarti dalam hidupnya. Namun sayang, sampai malam semakin pekat dan udara semakin dingin, orang yang ditunggunya tak kunjung datang.

"Mian pak Lee, aku tak bermaksud membuatmu khawatir. Aku hanya menunggu Yunie, kami sudah berjanji untuk menghabiskan malam berdua ditaman itu. Tapi tak kusangka ia tak datang."

Jaejoong tertunduk lemah saat mengatakan hal itu, membuat dadanya kembali sesak ketika mengingat kejadian semalam. Dimana dirinya dengan bodohnya masih menunggu walau hari beranjak petang dan udara semakin dingin.

"Anda menunggu tuan Yunho datang walau anda sendiri tahu kalau tuan Yunho tak akan pernah datang?" tanya pak Lee masih terus menatap Jaejoong yang kini nampak menahan laju air matanya. Bahunya sedikit bergetar.

"N..ne. Aku yakin kalau Yunie pasti datang." jawab Jaejoong sambil menahan isakan yang sewaktu-waktu bisa tumpah.

"Tidakkah kau lelah menunggunya Jaejoong-ah?"

Jaejoong terdiam, semakin menundukkan wajahnya. "A..aku yakin ka..kalau Yunie a..akan berubah." jawab Jaejoong dengan suara yang agak bergetar. Sedikit keraguan nampak dari ucapannya.

"Baiklah jika itu keputusanmu."

"..."

"Ah sebaiknya anda makan dulu tuan, ah maksud saya Jaejoong-ah. Dari semalam anda bahkan tak makan apapun aniya?" kata pak Lee lagi karna tak mendengar jawaban dari Jaejoong. "Sebentar saya akan suruh Gikwang untuk mengantar makanan anda."

"Pak Lee." ucap Jaejoong sebelum namja paruh baya itu melangkahkan kakinya keluar, "Gomawo." ucapnya pelan dan ditanggapi senyuman dari namja paruh baya itu.

"Setidaknya masih ada orang yang peduli padaku, walau bukan dirimu Yunie."

:::

..

I'M SORRY

..

:::

Jung Yunho, pengusaha muda yang karirnya tengah melambung akibat kecakapannya dalam mengelelola perusahaannya. Perusahaan yang ia bangun dari titik nol, hingga sekarang sudah menjadi salah satu perusahaan terbaik yang ada di kota Seoul. Memang tak mudah untuk bisa bersaing dengan perusahaan lain, mengingat persaingan yang sangat ketat.

Usaha yang maju ditambah dengan penampilan yang berkharisma, membuat semua orang yang mengenalnya akan langsung jatuh hati padanya. Wajah tampan dan harta melimpah, siapa yang tak akan jatuh cinta kalau begitu.

Banyak yeoja yang berebut ingin mengambil hati dari pengusaha muda itu. Tak jarang pula namja yang berstatus uke juga dengan gencar merebut perhatian dari namja tampan bermata musang itu. Alangkah beruntungnya bagi siapa saja yang berhasil mendapat perhatian dari Jung Yunho itu. Dan orang yang beruntung itu adalah Kim Jaejoong, seorang namja dengan wajah yang sangat tampan hingga membuatnya terlihat cantik.

"Yo, Yunho-ah, waeyo? Wajahmu sangat mengerikan. Ada hal yang mengganggumu eoh?"

"Ya Yoochun-ah, apa kau tak punya sopan santun dan seenaknya saja masuk ruanganku tanpa mengetuk pintu?" sungut Yunho kesal karna Yoochun atau lebih tepatnya Park Yoochun, sahabatnya ini masuk keruangannya dengan seenak jidat lebarnya.

"Ya kau melamunkan sesuatu eoh? Jangan katakan kau tengah melamunkan namjachingumu yang cantik itu?" tanya Yoochun langsung yang memang sudah tahu mengenai kekasih Yunho itu.

"Ck, untuk apa aku memikirkannya." jawab Yunho ketus dan kembali menekuni layar laptopnya.

"Kau ini, sudah sewajarnya kan kau memikirkannya, bukankah ia kekasihmu?"

"Sudahlah, tak usah dibahas. Untuk apa kau kemari?" tanya Yunho mengganti topik pembicaraan.

"Ah, aku hanya ingin mengajakmu keluar nanti malam. Ada cafe baru yang dibuka dekat sini. Aku ingin mencobanya. Bagaimana, kau mau ikut? Aku akan ajak Changmin dan yang lainnya."

Yunho nampak berfikir sebentar sebelum memutuskan, "Jam berapa?" tanyanya sebelum menjawab ikut atau tidak.

"Jam 9 malam kita berkumpul didepan apartemenku."

"Jam 9?" Yunho menerawang sebelum menjawab, tiba-tiba bayangan wajah Jaejoong yang tengah sakit melintas diotaknya.

"Yunho? Hei, Yunho!"

"Eh? Ah, mian." jawab Yunho yang sadar dari melamunnya. "Baiklah aku akan ikut. Jam 9 dirumahmu."

"Ne, itu baru namanya Jung Yunho. Jja, aku kembali dulu. Sampai nanti." Yoochunpun bergegas pergi dan meninggalkan Yunho yang kini kembali menerawang.

'Sudahlah, ada Pak Lee yang akan merawatnya'

:::

..

I'M SORRY

..

:::

Sore menjelang, Jaejoong nampak sudah lebih baik sekarang. Panas badannya sudah turun dan ia sekarang ia nampak sudah rapi setelah membersihkan dirinya tadi. Sekarang ia tengah merapihkan tempat tidurnya yang berantakan akibat dirinya yang seharian hanya tidur dikamar.

"Ah, sebentar lagi Yunie pulang, biar aku siapkan air hangat untuknya mandi."

Jaejoong memang terbiasa untuk menyiapkan segala keperluan Yunho, mulai dari baju, makan hingga hal-hal kecil lainnya. Semenjak memutuskan untuk memulai hubungan, Yunho memang menyuruh untuk Jaejoong tinggal bersama dirumahnya. Apalagi Jaejoong memang tinggal sendiri di Seoul ini. Bumonimnya berada di Chungnam kampung halamannya.

Brummm

Suara mesin mobil terdengar dari arah luar, segera Jaejoong berlari kedepan untuk menyambut Yunho datang.

"Yunie." teriak Jaejoong nyaring saat Yunho memasuki rumahnya. Jaejoong segera berlari dengan senyum mengembang diwajah cantiknya dan bersiap memeluk Yunho, namun-

"Eh?"

"Aku lelah, aku ingin langsung mandi." jawab Yunho dan menepis tangan Jaejoong yang sudah terlentang bersiap memeluk dirinya.

"N..ne, aku sudah siapkan airnya, Yunie bisa langsung mandi." ucap Jaejoong sambil menurunkan tanganhya perlahan, gurat kesedihan sangat kentara diwajahnya.

"Satu lagi, nanti malam aku ada acara dengan teman kantorku, jadi mungkin aku akan pulang malam atau bahkan aku menginap dirumah Yoochun." lanjut Yunho lagi dan berjalan pelan meninggalkan Jaejoong tanpa memandang Jaejoong yang kini termenung menatap punggung Yunho yang berjalan menjauh darinya.

"Bahkan kau tak melihat dan bertanya apa aku sudah membaik." gumam Jaejoong sambil menyeka airmata yang entah sejak kapan sudah mengalir membasahi pipi tirusnya.

:::

..

I'M SORRY

..

:::

Pukul setengah sembilan malam, Yunho sudah bersiap berangkat. Dengan baju kaos putih yang ditutupi kemeja biru polos yang lengannya digulung sampai siku, dan celana kain hitam, membuat penampilannya sangat sempurna. Rambut blondenya diatur sedemikian rupa membentuk sebuah lancip diujung kepalanya, membuat penampilannya semakin segar dan sangat menawan. Jangan lupakan aroma mint yang menguar dari tubuhnya.

"Yunie sudah mau berangkat?" tanya seorang namja cantik yang kelihatan tengah mengintip dari balik pintu kamar Yunho. Walaupun tinggal bersama, bukan berarti mereka juga tidur dikamar yang sama.

"Hemm." jawab Yunho sekenanya tanpa melihat kearah kekasihnya itu.

"Apa Yunie tak makan dulu? Aku sudah menyiapkan makan malam." tanya Jaejoong lagi berusaha mengajak Yunho berbicara.

"Ani, aku akan makan bersama yang lainnya nanti."

"Baiklah."

"..."

"Yunie." ucap Jaejoong dan sengaja menggantungkan kalimatnya. "Ani, tak apa." Jaejoong segera berbalik dan menutup pintu kamar Yunho. Namun ia tak beranjak dari sana. Disandarkannya tubuhnya lama pada pintu kamar itu, sebelum akhirnya sebuah isakan keluar dari bibirnya.

"Hiks. Selalu begini." lirihnya sambil menekan kuat dadanya yang berdenyut sakit.

Sepeninggal Jaejoong, Yunho segera menyambar ponselnya dan menghubungi Yoochun, mengabarkan kalau dirinya sebentar lagi akan berangkat.

"Yeoboseyo, Yoochun-ah sebentar lagi aku berangkat. Ne, yang lain sudah datang?"

"Sudah, mereka sudah datang. Tinggal kau dan Dongwoon saja yang belum tiba."

"Oh baiklah, sepuluh menit lagi aku tiba. Chakaman."

"Ne, apa kau mengajak kekasihmu ikut?"

Yunho nampak berfikir sebentar sebelum menjawab, "Ani, aku tak mengajaknya."

"Ah begitu, padahal aku sangat ingin bertemu dengannya."

"Lain kali." jawab Yunho cepat dan segera mematikan ponselnya, sementara diujung sana Yoochun tengah mengomel panjang pendek karna Yunho seenaknya saja memutuskan panggilan, padahal dirinya masih ingin bertanya.

Tuut..tuut..tuut

Setelah memutuskan sambungan teleponnya, segera Yunho menyambar jaket kulit diatas kasurnya dan mengambil kunci mobil yang ada dimeja nakas. Dengan sekali gerakan kedua benda itu sudah berada ditangannya. Tanpa menunggu lagi, Yunho segera melangkahkan kakinya menuju pintu, namun langkahnya terhenti saat samar-samar mendengar isakan seseorang.

"Hiks. Selalu begini." Yunho sangat tahu suara siapa itu. Itu pasti suara Jaejoong yang diam-diam menangis dibelakangnya.

Ceklek

"Eh? Yunie? Mi..mian, aku hanya-"

"Aku berangkat." ucap Yunho lantang memotong ucapan Jaejoong. Jaejoong yang terkejut karna Yunho tiba-tiba membuka pintu dan berlalu dari hadapannya, hanya bisa terdiam melihat punggung Yunho yang semakin lama semakin menjauh.

"Eh, Yun..Yunie, chakaman." teriak Jaejoong saat tersadar dari keterkejutannya. "Yunie."

"Apa lagi?" tanya Yunho menahan kesalnya.

"Hati-hati dijalan." ucap Jaejoing tulus sambil tersenyum memandang Yunho. Yunho hanya memandang Jaejoong tanpa balas tersenyum.

"Saranghae Yunie."

Yunho tetap diam memandang Jaejoong, sebelum akhirnya berpaling tanpa mengucapkan apapun lagi pada Jaejoong, berjalan menuju mobilnya dan segera melaju bersama Audy hitam miliknya.

Blam

Brummm

Hanya suara pintu mobil ditutup dan suara mesin yang dipaculah, yang Jaejoong dengar setelah pernyataan cintanya barusan. Tak ada kalimat balasan atau ucapan sayang, apalagi kecupan sayang.

"Bahkan kau tak membalas pernyataan cintaku, Yunie."

:::

..

I'M SORRY

..

:::

Cahaya matahari menembus celah gorden yang tak tertutup sempurna, menyebabkan seorang namja cantik sedikit terganggu dari tidur nyenyaknya.

"Eunghh." erangnya saat sinar matahari menusuk indra pengelihatannya. Namja cantik itupun menggeliatkan badannya, mencari posisi yang nyaman sebelum akhirnya membuka matanya.

"Heumm." gumamnya sambil melirik kearah jam beker yang duduk manis diatas meja nakas. "Jam setengah tujuh pagi." ucapnya setelah melihat jam. "Apa Yunie sudah bangun ya?"

Jaejoong segera berjalan menuju kamar mandi dan membasuh wajahnya, setelahnya ia bergegas menuju kamar kekasihnya untuk melihat apakah Yunho sudah bangun atau belum.

"Yunie, Yunie, ireona." teriak Jaejoong sambil menggedor pintu kamar Yunho ketika dirinya sudah sampai disana. "Yunie."

"Jaejoong hyung, ah rupanya itu kau?" tanya seseorang yang merasa terganggu karna teriakan Jaejoong.

"Eh, Gikwang-ah, mian membangunkanmu." ucap Jaejoong merasa bersalah sudah membangunkan anak dari pak Lee itu.

"Ania, aku memang sudah terbangun hyung. Apa hyung ingin membangunkan Yunho hyung?" tanya namja itu yang ternyata bernama Gikwang, atau lebih tepatnya Lee Gikwang.

"Ne, aku ingin membangunkannya. Ia paling susah untuk dibangunkan." jawab Jaejoong sambil tersenyum manis pada Gikwang.

"Tapi hyung, nampaknya sejak semalam, Yunho hyung tak pulang kerumah. Aku kemarin tak melihatnya lagi setelah ia pergi malam-malam. Jadi kurasa Yunho hyung tak pulang semalam." jelas Gikwang panjang lebar.

"Ah begitukah?"

"Ne hyung." jawab Gikwang dan melihat gurat kekecewaan dari wajah cantik Jaejoong yang sudah dianggapnya hyungnya itu. "Emm, kalau begitu bagaimana kalau kita sarapan saja hyung? Kebetulan eomma sudah memasak tadi pagi."

"Eh, jinja? Wah, aku sampai lupa membantu Lee ahjumma memasak."

"Gwencanha hyung, kata appa kemarin hyung sakit, jadi lebih baik hyung istirahat dan sekarang hyung harus makan yang banyak."

"Baiklah, kajja." ajak Jaejoong dan segera menggiring Gikwang menuju ruang makan.

Yah, setidaknya, untuk hari ini, Jaejoong bisa tersenyum dan sedikit melupakan kesedihan hatinya atas sikap Yunho padanya.

:::

..

I'M SORRY

..

:::

Matahari semakin meninggi dan panasnya semakin membakar apa saja yang berada dibawahnya. Seorang namja cantik tengah sibuk didepan laptopnya sambil sesekali melirik jam dinding yang terpasang kokoh didinding dihadapannya.

"Sudah waktunya makan siang, apa Yunie sudah makan siang ya? Ah lebih baik aku bawakan saja makan siang untuknya."

Jaejoongpun mematikan laptopnya dan segera menuju dapur untuk menyiapkan makan siang untuk Yunho. Hari ini ia akan membuat kimbab dan telur gulung, tak lupa kimchi jigae favorit Yunho. Setengah jam berkutat dengan masakannya, akhirnya Jaejoongpun selesai membuat bekal. Setelah menatanya pada box makan, dengan segera ia berganti baju sebelum berangkat menuju kantor kekasihnya itu.

"Pak Lee, aku akan ke kantor Yunie membawakannya bekal makan siang. Jadi aku pinjam mobil ne." teriak Jaejoong karna pak Lee berada dibelakang.

Mendengar Jaejoong memanggilnya, pak Lee pun bergegas menghampiri Jaejoong. "Ne tuan, ah maksud saya Jaejoong-ah, kenapa memanggil saya?" tanya pak Lee sesaat setelah dirinya berdiri didepan Jaejoong.

"Aku pinjam mobil, aku akan mengantar makan siang untuk Yunie." jawab Jaejoong dengan wajah berbinar.

Pak Lee nampak tersenyum saat melihat Jaejoong bersemangat begitu, entahlah, tapi ia merasa senang karna Jaejoong bisa ceria lagi.

"Ne silakan tuan, ah maksud saya Jaejoong-ah. Ini kuncinya. Berhati-hatilah dan jangan mengebut, arraseo?" kata pak Lee sambil menyerahkan kunci mobil pada Jaejoong.

"Ne arraseo. Jja pak Lee." Jaejoong segera berjalan keluar rumah sambil menenteng box makan. Sedikit ia bersenandung menyanyikan lagu Proud milik salah satu boy band legendaris DBSK. Pak Lee menatap kepergian Jaejoong dengan senyum terukir diwajahnya.

"Semoga kau mendapatkan kebahagiaan Jaejoong."

Kono machi de meguriatta

Ima mo wasurenai yo ano hi kara

Takusan no kanashimi toka,

Kataetta fuan subete wo kimi no nukumoride

Omoide ni kaetta, Proud of your love

:::

..

I'M SORRY

..

:::

Yunho tengah sibuk didepan laptopnya, mata musangnya bergerak lincah mengikuti kursor yang dimainkannya. Memeriksa file-file berkas yang baru saja dibawalan oleh sekretarisnya.

Ceklek

Suara pintu yang dibuka sama sekali tak mengusiknya, apalagi setelah suara orang yang dengan seenak jidatnya saja masuk kedalam ruangannya, siapa lagi kalau bukan si jidat lebar Park Yoochun.

"Yo Yunho, sedang apa eoh? Nampaknya sibuk sekali." teriak Yoochun begitu dirinya sampai diruangan Yunho. Tanpa permisi dirinya langsung mendudukkan pantatnya pada sofa yang ada diruang itu. Yunho tak bergeming, hanya mata musangnya saja yang bergerak melihat pergerakan Yoochun.

"Tak makan Yunho-ah? Ini sudah jam makan siang."

"Aku tak lapar." jawab Yunho ketus dan terus menekuni laptopnya.

"Aiss, kau ini. Aku tak ingin melihatmu sakit, jadi-" entah sejak apan, sekarang Yoochun sudah berada disebelah Yunho dan bersiap untuk menarik Yunho, "Jangan salahkan aku jika memaksa."

"Yakk, Park Yoochun!" geram Yunho karna Yoochun kini sudah menarik lengannya dan menyebabkan ia terbangun dari duduknya. "Aku akan makan, jadi jangan tarik aku seperti ini." geramnya lagi dan dalam sekali hentak menghempaskan tangan Yoochun.

"Nah begitu, kajja kita makan."

:::

..

I'M SORRY

..

:::

Sebuah mobil CRV putih berhenti tepat didepan gedung Jung Company, dan detik berikutnya seseorang nampak turun dari dalam mobil itu. Dengan mengenakan sweeter abu-abu yang dipenuhi bulu dibagian perpotongan lehernya, celana skiny jeans dark blue dan sepatu dengan warna senada, membuat orang itu nampak menawan, apalagi dengan terpaan sinar matahari yang membuat dirinya kian bersinar.

"Yeopo." terdengar bisik-bisik dari sekitarnya dari orang-orang yang sedari tadi tak berkedip melihat orang itu.

Orang itu yang ternyata Jaejoong, perlahan melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung. Langkahnya sangat riang memasuki gedung itu, pikirannya sudah tertuju pada Yunho. Senyum tak pernah lepas menghiasi wajah cantiknya, bibir kissablenya bergerak lucu mengucapkan salam pada siapa saja yang kebetulan berpapasan dengannya. Sangat ramah.

Ting

Pintu lift terbuka dan mengantarkan Jaejoong kelantai 5 tempat ruangan Yunho berada. Segera setelah dirinya keluar dari lift, dengan riang ia melangkah pasti menuju ruangan Yunho yang berada tak jauh dari lift.

"Hihi, semoga Yunie tak kaget aku datang kekantornya." gumamnya sambil terus melangkahkan kakinya, semakin dekat dengan ruangan Yunho senyum Jaejoong semakin mengembang. Sampai langkah terakhir dirinya sudah ada didepan ruang Yunho.

Saat tangannya hendak mengetuk pintu itu, tiba-tiba saja pintu ruangan Yunho terbuka dan menampakkan dua namja hendak keluar dari ruangan itu. Satu namja dengan mata musang yang tajam serta satu lagi namja dengan jidat yang lebar. Seketika Jaejoong terlonjak kebelakang karna merasa kaget.

"Yu..Yunie." lirihnya karna masih kaget.

"Eh?"

"Yunie, aku kesini mau mengantar makan siang." jawab Jaejoong setelah pulih dari kekagetannya. Ditatapnya Yunho yang tengah menatap tajam dirinya.

"Ah, kau Jaejoong kan? Apa kau masih ingat aku?" kini Yoochun berbicara, melihat suasana diantara keduanya yang mulai menegang, entah kenapa, Yoochun pun tak mengerti.

"N..nde? Ah, ne aku Jaejoong, mian, nuguya?"

"Ah, kau melupakanku? Aku Yoochun sahabat Yunho, kita pernah bertemu dulu saat dirumah Yunho, apa kau melupakannya?" tanya Yoochun yang sedikit merasa kesal sudah dilupakan oleh namja cantik itu.

"Mian, aku memang payah dalam mengingat." jawab Jaejoong jujur sambil tersenyum pada Yoochun.

"Hee..emmm." Yunho berdeham dan membuat dua orang itu berhenti bicara lalu menatap kearahnya. "Untuk apa kau kesini? Bukankah sudah kubilang tak usah membuatkanku bekal, karna aku bisa makan siang dikantin kantor." kata Yunho dengan suara rendah.

"Ah, i..itu. Mian, karna semalam Yunie tak pulang, jadi kupikir lebih baik aku membuatkan Yunie bekal, sekalian aku ingin bertemu." jawab Jaejoong sambil menundukkan wajahnya, merasa takut dengan nada suara Yunho yang tak bersahabat itu.

"Aiss, Yunho-ah, Jaejoong kan sudah susah-susah membuatkanmu makan siang, jadi tak baik untuk menolaknya. Lebih baik kita makan saja bersama, bagaimana? Nampaknya kau memasak banyak ne Jaejoong-ah?"

"Ah? N..ne, aku membuat lumayan banyak, kurasa cukup untuk kalian makan berdua." jawab Jaejoong berusaha tenang namun masih terdengar keraguan dalam nada bicaranya.

"Nah, kalau begitu kajja Yunho, kita makan didalam. Kau juga Jaejoong, kajja masuk."

Tanpa menunggu izin dari Yunho, Yoochun menarik Jaejoong untuk masuk kedalam. Yunhopun kemudian dengan enggan ikut masuk lalu duduk menyebelahi Jaejoong yang tengah membuka box makan itu dan menatanya diatas meja.

"Kajja Yunie, makanlah. Yoochun-ssi,"

"Yoochun saja."

"Ne Yoochun-ah, silakan dimakan." ucap Jaejoong penuh dengan nada gembira. Melihat kekasih dan sahabat kekasihnya makan dengan lahap masakan yang dibuatnya.

"Bagaimana rasanya Yunie?" tanya Jaejoong sambil menatap Yunho.

"Lumayan." jawab Yunho sambil terus memasukkan makanan kemulutnya.

"Mashita. Sungguh, apa kau yang memasaknya?" ucap Yoochun cepat, entah kenapa ia merasa suasana tiba-tiba menjadi dingin, melihat sikap Yunho yang sepertinya sedikit dingin dengan Jaejoong.

"Jinja? Ne aku sendiri yang memasaknya, aku memang sangat suka memasak." jawab Jaejoong berusaha ceria, namun tetap saja ia tak bisa. Walaupun wajahnya tersenyum namun hatinya sangat sakit, bagaimana bisa Yunho sangat dingin kepadanya, memang apa salah dirinya sampai Yunho marah. Ia hanya ingin mengunjungi kekasihnya yang semalam tak pulang dan mengecek keadaannya. Apa itu salah?

"Wah, hebat. Makananmu sungguh lezat, bahkan lebih lezat dari makanan direstoran."

"Gomawo. Yunie mau tambah?" tanya Jaejoong saat melihat piring makan Yunho sudah kosong.

"Ani, aku sudah kenyang." jawab Yunho pendek.

"..."

"Apa kau mau disini terus? Aku harus bekerja lagi, lebih baik kau segera pulang. Bukankah aku sudah makan."

"Yunho!" hardik Yoochun menahan geram melihat sikap sahabatnya itu begitu dingin pada Jaejoong, entah apa yang sebenarnya terjadi.

"Benar juga, Yunie harus kembali bekerja ne. Jja, kalau begitu aku bereskan ini dulu." jawab Jaejoong sambil mulai membereskan kotak makan itu.

"Jaejoong-ah, sini biar aku bantu."

"Nah sudah selesai. Baiklah sekarang aku pulang ne Yunie."

"..."

"Hei Yunho, antarkan Jaejoong sampai lift." hardik Yoochun yang kesal juga melihat Yunho hanya diam saat melihat Jaejoong berjalan keluar.

"Baiklah. Kajja." Yunhopun berjalan mendahului Jaejoong untuk mengantarnya sampai lift, begitu juga dengan Yoochun. Dirinya mengikuti pasangan itu sekalian berniat untuk kembali ke ruangannya.

"Ah Yunho sajangnim, apa sajangnim akan makan siang?" tanya seorang namja pegawai Yunho saat mereka berpapasan dilorong. Yunho hanya tersenyum enggan menjawab.

"Ah, nuguya aku tak pernah melihatnya. Apakah dia pegawai baru sajangnim?" tanya namja itu lagi sambil menunjuk Jaejoong yang baru kali ini dilihatnya.

"Ah dia-" Yunho terdiam sebentar sebelum menjawab pertanyaan itu, ditatapnya Jaejoong yang juga tengah menatap dirinya. Jaejoong menunggu apa yang akan dikatakan Yunho tentang dirinya, karna selama ini memang Yunho tak pernah mengungkapkan hubungannya pada siapapun.

"Dia-" Yunho nampak lama berfikir, pikirannya bercabang antara membeberkan yang sebenarnya atau harus berbohong, lama ia menatap mata bening Jaejoong yang seperti menantangnya itu. Ya, Jaejoong memang tengah menantang Yunho, karna lama kelamaan ia juga mulai lelah dengan hubungan mereka yang seperti ini.

"Dia sepupuku yang baru tiba dari Amerika." jawab Yunho akhirnya dan segera mengalihkan pandangannya dari Jaejoong.

Bagai petir disiang bolong, jawaban Yunho barusan sungguh membuat Jaejoong tersentak. Jaejoong tak menyangka Yunho akan menjawab demikian. Hatinya berdenyut sakit mendengar itu semua, tak terasa matanya memanas karna airmata yang sudah menggenang dipelupuk matanya. Ditatapnya Yunho dengan pandangan terluka. Tanpa mengatakan apapun, Jaejoong segera berlari meninggalkan Yunho dengan menahan sakit hati yang teramat didadanya. Perlahan airmatanyapun tak mampu dibendungnya lagi, selama perjalanan ia terisak, membawa semua kepedihan hatinya larut dalam airmata itu.

:::

..

I'M SORRY

..

:::

"PABO!" teriak Yoochun tak dapat mengontrol emosinya. Sungguh, lebih dari apapun, Yoochun sangat marah sekarang. Cukup sudah ia melihat sahabatnya itu bersikap dingin pada Jaejoong, bahkan sekarang sudah melewati batas.

"Kau benar-benar bodoh Jung Yunho!" geram Yoochun masih setia dengan suara tingginya. Ia heran kenapa Yunho sampai tega berkata begitu pada Jaejoong, bahkan saat Jaejoong pergi ia sama sekali tak mengejar namja cantik itu.

Sementara namja yang tak mengerti apa yang terjadi hanya bisa melihat dua atasannya itu dengan pandangan ingin tahu.

"Kau, lebih baik kembali keruanganmu. Dan jangan harap mendapat berita apapun!" bentak Yoochun keras kini kepada namja itu.

"N..ne sa..sajangnim." segera setelahnya namja itu pergi dengan wajah yang menunduk kesal.

"Kau, ikut aku!" habis sudah kesabaran Yoochun. Walaupun ia baru bertemu lagi dengan Jaejoong, namun ia bisa merasakan betapa namja cantik itu terluka atas sikap Yunho padanya. Yoochun sebenarnya sudah sangat curiga dengan sikap Yunho selama ini. Namun ia tak mau berburuk sangka, sampai ia sendiri melihat kejadiannya didepan mata.

"Apa yang kau pikirkan eoh?" teriak Yoochun lagi, kini setelah mereka tiba didalam ruangan Yunho. Tak dipedulikannya posisi Yunho yang atasannya, sekarang ia hanya ingin bicara sebagai teman.

"Apa kau tak memikirkan bagaimana perasaan Jaejoong hah? Apa sebenarnya yang ada dikepalamu!"

Brakkk

Yoochun sangat emosi sampai-sampai ia tak sadar menggebrak meja. Pandangannya menatap tajam pada Yunho. Sementara Yunho sendiri juga nampaknya masih enggan untuk bicara. Dirinya hanya diam menerima semua teriakan sahabatnya itu.

"Aku sungguh tak habis pikir padamu, bagaimana bisa kau bersikap begitu padanya!"

Yunho masih tak bergeming, kini ia tengah memejamkan matanya, mencerna apa yang baru saja dilakukannya.

"Kau bukan Jung Yunho yang kukenal." akhirnya suara Yoochun melemah, digantikan dengan suara yang penuh dengan nada kecewa.

Mendengar itu, Yunhopun mendongakkan wajahnya menatap sahabatnya itu. Sedikit hatinya terenyak saat mendengar kalimat yang dilontarkan Yoochun barusan.

'Apa benar aku sudah berubah? Aku tak seperti diriku yang dulu?'

"Jung Yunho yang kukenal tak akan pernah menyakiti orang yang dicintainya. Tak akan berbuat hal yang bisa membuat orang lain sedih." lanjut Yoochun masih dengan suara yang sarat akan kekecewaan.

"Kau berubah dan aku tak tahu apa penyebabnya."

"..."

"Kau tahu, Jaejoong adalah sosok yang sangat berharga. Walau aku baru dua kali bertemu dengannya, namun aku bisa merasakan betapa ia sangat mencintaimu. Jangan sia-siakan orang sebaik dirinya. Atau kau akan menyesal nantinya."

"..."

"Lebih baik kau pikirkan sikapmu tadi. Setelah kau tahu dimana letak kesalahanmu, ku harap kau segera meminta maaf pada Jaejoong, sebelum semuanya terlambat." seusai mengatakan demikian, Yoochun segera bangkit dan berjalan pelan keluar ruangan Yunho, meninggalkan Yunho yang masih termenung sendiri memikirkan ucapan dirinya barusan.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

Modedeul annyeong ^^

Saya membawa FF baru nih... Hoohoo

Ini hanya twoshoot readers sekalian,, saya terinspirasi dari lagu terbaru BEAST I'm Sorry.. Makna lagunya dalem banget,, dan sekedar info, ini lagu favorit saya di album terbaru Beast #nggak ada yang nanya kalee

Saya mau tanya nih, adakah diantara readers semua yang juga suka BEAST?

.

Kira-kira bagaimana kelanjutan hubungan Yunho dan Jaejoong nantinya ya? Ada yang bisa menebak? Apakah mereka akan berakhir ditengah jalan seperti ini? Hohoho

Ceritanya pasarankah? Hehe, maklum deh saya buatnya dalam sekejap, begitu denger lagu ini esok harinya saya langsung dapet ide, dan langsung buat ceritanya. Tapi ya mudah2an hasilnya tak mengecewakan..

Jja, akhir kata, tinggalkan jejak kalian ne dan kalau reviewnya banyak #ngarep, mudah2an saya bisa update cepat ^^

Onegaiitashimasu, Minna sama...

.

.

.

Denpasar, 27 Juli 2013