Disclaimer: Bleach punya Tite Kubo sensei, na... kalau fic ini punya saya.
Warning: AU, OOC, GaJe, aneh, Typo dan mungkin g' nyambung.
Devil in the Winter
IchigoxRukia
*TripleA*
Langkahnya begitu berat. Ya, wajar saja. Ia sudah berjalan selama lebih dari empat jam di jalan gunung yang tertutup salju ini.
Melakukan kesalahan tak terduga di pedalaman gunung yang ia datangi untuk membuang mayat, adalah awal dari akhir keberuntungannya. Tak ada yang terjadi ketika polisi menanyakan apa yang ia lakukan. Di grup teater tempatnya bergabung, ia sudah biasa bersandiwara. Seharusnya pembicaraan berakhir dalam satu atau dua menit saja. Semua gara-gara anjing itu!
Tanpa sadar ia menendang salju yang merintangi langkahnya. Tak ada lagi alasan yang bisa dikatakan begitu polisi itu mencekal pergelangan tangannya. Secepat kilat ia tikam polisi itu dengan pisau yang tersembunyi di balik punggungnya.
Sayang, tidak mengenai sasaran vital karena tidak terbiasa memakai pisau itu. Walaupun sempat tersungkur, tembakan polisi yang setia pada pekerjaannya membuat ia terpaksa kabur meninggalkan mobilnya.
Setelah itu, ia menuju ke arah gunung untuk berbaur dengan salju yang mulai turun. Tetapi, hal itu malah mengundang keadaan yang lebih buruk. Begitu sadar, ia telah kehilangan jalan akibat badai salju yang datang tiba-tiba.
Mungkin di kaki gunung polisi sudah mempersiapkan pencarian besar-besaran. Akan tetapi, dalam salju seperti ini polisi pun belum bisa bergerak. Hal itu menjadi pertolongan baginya.
"Aku belum boleh tertangkap," Ia berseru di dalam hati.
"Aku baru saja tahu serunya membunuh orang." Tambahnya lagi.
Sampai saat ini, sudah sembilan orang yang telah ia bunuh dengan tangannya sendiri. Namun, ia sial saat akan mendapatkan mangsa yang ke sepuluh.
Ia mengepalkan tinjunya. Ujung jari dalam kaus tangannya mulai mati rasa, akan tetapi terasa sakit jika ditekan keras-keras.
Sambil menyapu salju yang menghujani kepalanya, ia berpikir sejenak. "Seandainya bisa lolos, aku akan operasi plastikwajah, dan cari pekerjaan baru..." pikirnya disela-sela membersihkan salju dari kepala dan pakaiannya.
"... Setelah suasana reda, aku akan membunuh seseorang lagi. Dengan tangan ini, akan kucekik lehernya." Pikirnya semakin menggila.
Memikirkan itu, semangatnya timbul kembali. Langkah kakinya yang tadi terhenti, sekarang mulai berayun lagi.
Begitu ditendang, butiran salju yang bertumpuk mirip terigu melayang sampai ke dekat wajahnya. Sambil perlahan memastikan langkahnya, ia terus menyusuri jalan di gunung itu. Tak ada tujuan.
Akan tetapi, jika berjalan terus, di ujung sana pasti akan ada sesuatu. Berpegang pada keyakinan itu, ia terus melangkahkan kakinya di tanjakan kecil yang tertimbun salju.
Akhirnya, di tengah butiran salju yang semakin menebal terlihat rumah bewarna kemerahan yang menarik perhatian.
Cahaya lampu terlihat dari jendela kecil rumah tersebut. Ia tersenyum, atau lebih tepat jika dikatakan 'ia menyeringai'. Seringaian yang licik dan kejam, yang menunjukan betapa gilanya ia.
"Sebentar lagi... Aku akan..."
TBC
Yosh, akhirnya Chapter 1 selesai juga. Hanya Prolog yang pendek. Tapi harap readers dapat meberi masukan.
Review Please^^
