Love Wishes

LeoN

Navi

Hakyeon, Taekwoon

Wonshik, Jaehwan

Hyuk, Hongbin

VIXX

M

Yaoi/BL

Romance

.

.

.

.

.

.

.

.

"Minggir ! Beri jalan !" Empat orang perawat berseragam putih berlari tergesa - gesa dengan pasien pria yang tengah tertidur di kasur troll. Salah satu perawat berusaha meletakan bantuan pernafasan pada pasien yang terus terengah - rengah. Kedua matanya tertutup rapat, namun mulutnya terus terbuka seperti mencari pasokan udara. Dadanya bergerak naik turun tak terkendali. Para perawat berusaha bergegas secepat mungkin untuk menyelamatkan sang pasien. Bahkan mereka tidak segan meneriaki para penjenguk maupun pasien lain yang berada disana. Mereka menuju kesebuah lift, yang mana lift tersebut kebetulan terbuka bersama seorang perawat pria yang hendak masuk.

"Perawat Kim, minggir !" Teriak salah seorang perawat yang sepertinya memiliki jabatan lebih tinggi.

Perawat Kim tersebut segera merepat ketepi lift, membiarkan kepala perawat beserta kru dan pasien itu masuk kedalam lift.

"Ada apa ? Kenapa dibawa naik ?" Tanya perawat Kim terkejut saat melihat kondisi pasien. "Dibawah ada ruang UGD kan Seonbae-nim"

"Ini pasien VVIP" Kepala Perawat dengan name tag Park Seojin terus menatap cemas angka lantai yang berjalan sangat lama.

"Lihatlah, dia sudah sekarat, nyawanya lebih penting Seonbae-nim !"

"Ya bocah ! Kau ini tau apa ! Kau ini hanya magang, kau tidak tau siapa dia.. Dia.."

"Perawat Park, liftnya terbuka" Seorang perawat yang memegang alat bantu pernafasan tersebut mengingatkan perawat Park yang masih sibuk memarahi Perawat Kim. Dia segera mendorong kasur troll pasien. Dan bergegas meninggalkan Perawat Kim yang masih mengamati mereka hingga hilang dibalik pintu UGD.

"Ya, Wonshik Hyung !" Seorang pria dengan seragam putihnya menepuk pelan punggung Perawat Kim, yang memiliki nama lengkap Kim Wonshik. "Kenapa diam disini?"

"Eoh, Hongbin-ah. Sedang apa disini ?"

"Ini" Hongbin menunjukan lembaran kertas pada Wonshik. "Mengambil biaya Administrasi. Pasien VIP sangat manja, kau tau" Hongbin memasukan lembaran itu kesaku dalamnya. Seseorang bernama lengkap Lee Hongbin ini adalah pekerja bagian staff Keuangan Rumah Sakit Starlight Seoul. Dia teman satu sekolah Wonshik, dan Kim Wonshik kini bekerja sebagai perawat magang di Rumah Sakit Hongbin bekerja pula.

"Eeh, kau tau pasien itu ? Yang baru saja dibawa masuk" Tanya Wonshik menunjuk pada ruangan UGD.

"Yang tadi itu? Kau belum tau ? Dia pasien tetap disini, pasien VVIP, sering sekali datang kesini"

"Sakit parah kah ?"

"Hmm,, aku kurang tau, bukan aku juga yang mengurus biaya nya. Kalau tidak salah namanya Jung Hakyeon, kabarnya sih dia Istri pemilik Rumah Sakit ini."

"Istri ?! Dia kan.."

"Sstttt !" Hongbin dengan cepat membungkam mulut Wonshik. "Tidak usah terkejut seperti itu. Kau tidak melihatnya dari dekat, dia pria yang sangat cantik, kulitnya hitam namun sangat menggoda. Sungguh, siapapun yang mendapat pekerjaan merawatnya akan sangat beruntung"

"Eits ! Jangan bilang kau menyukainya ?! Kau tidak waras"

"Ya ! Ya ! Kau belum tau saja, dia sudah seperti primadona disini, kau saja yang belum lihat. Aku bahkan berdoa agar dia sering datang kemari"

"Ckckckck,, Dunia sudah kiamat" Wonshik berjalan melewati Hongbin yang masih asik dengan fantasinya. Meninggalkan sahabatnya menuju kekamar pasien yang akan dia urus. Meninggalkan kamar UGD yang masih menyala.

.

.

.

.

.

.

.

Wonshik berjalan lelah dengan seragam yang menggelantung indah di bahunya. Dia berjalan menuju ruang istirahatnya, dimana dia disana tidur bersama keempat perawat magang lainya.

Wonshik membanting tubuhnya tertidur di kasur, membiarkan semua rasa lelahnya menghilang perlahan dengan kasur empuk yang sangat nyama. Namun sayangnya ponselnya berdering tanpa ijin, sedikit kesal Wonshik pun akhirnya menerima panggilan dari teman magangnya.

"Hyung, kau dimana ?"

"Kamar, kenapa ?"

"Tolong bantu aku, kali ini saja"

"Apa lagi ?! Kau ingin ijin lagi ?! tidak akan aku bantu"

"Kumohon Hyung, Eomma ku sakit, aku harus kembali ke Jeju"

"Hah ?! Jeju. Ya ! Itu jauh brengsek ! Bagaimana dengan magangmu ?!"

"Maka itu aku hari ini minta berhenti, dan mengulang tahun depan."

"Terus ?! Kalau sudah berhenti kenapa meneleponku ?!"

"Nah itu masalahnya, mereka tidak memberiku ijin jika tidak ada yang menggantikan tugasku. Aku minta tolong Hyung, kau ambil tugasku ya"

"Ya ! Tugasku sudah banyak !"

"Hyung, ini pasien VVIP, kau akan diberi gaji tambah, kau tidak tau. Jika eomma ku tidak sakit, aku tidak akan menolak hadiah seperti ini"

"VVIP ? Bonus. Kamar nomer berapa ?" tanya Wonshik dengan senyum merekahnya.

"Aku akan kirim datanya lewat email"

"Hmm" Wonshik mematikan panggilan temannya itu, menatap lekat ponselnya menunggu email masuk dari temannya. Dan tidak berselang lama, sebuah pesan masuk.

Wonshik membaca data pasien tersebut, dahinya berkerut dengan matanya yang sedikit membulat. "Asma akut, Cha Hakyeon ?" Wonshik menutup datanya, dia mengambil seragam prakteknya dan terdiam sejenak. "Hakyeon ? Jung Hakyeon ?" Sejenak berfikir, Wonshik langsung berlari, bergegas menuju kamar pasien bernama Cha Hakyeon tersebut. Wonshik pun tidak mengerti mengapa langkahnya begitu ringan menuju tempat pasien ini. Begitu inginnya dia bertemu dengan Pria yang kabarnya sudah menjadi istri pria lain. Bukankah itu aneh.

Wonshik keluar dari dalam lift dan menuju kamar VVIP 001, dengan mana Jung tersebut. Dengan perlahan Wonshik mengetuk pintu, dan masuk kedalam. Disana dia melihat seorang pria dengan baju rawatnya tengah tertidur pulas dengan infus yang menancap di pergelangan tangannya. Wonshik masuk kedalam, mendekati Hakyeon.

Dia sedikit terkejut melihat Hakyeon yang tertidur didepannya. Seorang pria dengan rambut yang menutupi dahinya itu, kedua matanya yang tertutup rapat dan bibir lembut kemerahanya yang terbungkam. Dia seperti melihat sesosok malaikat yang terdampar kedunia. Benar ucapan Hongbin, Wonshik akan terpesona melihat keindahan Seorang Cha Hakyeon, bisa dibilang dia juga tidak waras sekarang. Dia juga terpesona dengan seorang pria, pria yang benar - benar sangat cantik.

Wonshik menarik kursi dan duduk dengan terus memandangi Hakyeon yang tertidur. "Apa yang menyakitimu ?" Wonshik menggeser poni Hakyeon yang menutupi alisnya. "Bagaimana kau biasa menjadi pasien tetap disini ?"

Kedua mata Hakyeon bergerak, bibir merah itu terbuka, menguap. Wonshik terkejut dan langsung berdiri dari duduknya. Dia menatap Hakyeon yang kini tengah mengusap matanya begitu lucu.

"Kau...sudah sadar ?" Wonshik dengan segera membantu Hakyeon berdiri dari tidurnya. Hakyeon hanya menatap polos Wonshik.

"Kau perawat baru ya ? Aku belum pernah melihatmu disini ?" Hakyeon sedikit memiringkan kepalanya saat bertanya pada Wonshik.

Melihat sikap ramah Hakyeon membuat Wonshik menggulum senyumnya, dia pikir tadinya, Hakyeon mungkin akan seangkuh pasien VIP lainya. "Perawat Magang. Kim Wonshik" Wonshik mengulurkan tanganya.

Hakyeon tersenyum ramah dengan kedua matanya yang mengantup indah. "Cha Hakyeon, pasien abadi disini" Kikih Hakyeon seraya membalas uluran tangan Wonshik.

"Dimana suamimu ?" Tanya Wonshik begitu saja, dia menyadari kesalahan dari pertanyaannya. Karena raut wajah Hakyeon berubah menjadi sendu. "Maaf, aku terlalu lancang bertanya seperti itu."

"Dia sedang sibuk. Dia akan datang"

Wonshik terdiam mendengar jawaban Hakyeon, dia seperti mengerti rasa kesepian Hakyeon. Seharusnya disaat Istrinya sakit, Pria itu langsung datang kemari. Mungkin ini lah kenapa banyak orang tidak suka dengan orang kaya, mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya. "Kau ingin makan sesuatu ?"

Hakyeon menggelengkan kepalanya. "Duduk saja disini, temani aku mengobrol"

Wonshik tersenyum, dia langsung duduk kembali dan menatap lekat Hakyeon. "Benar yah"

"Hmmm ?"

"Kau memang cantik"

Kedua mata Hakyeon membulat dengan semu merah di kedua pipinya.

Wonshik terkekeh melihat wajah merona Hakyeon. "Hanya aku yang tidak kenal kau disini. Tidak salah jika kita saling mengenal bukan ?"

Bibir Hakyeon mengerucut lucu. "Kau orang tidak tau malu. Dasar penggoda"

Wonshik tertawa renyah, dia menarik selimut, menutupi tubuh Hakyeon agar lebih hangat. "Aku Kim Wonshik, mahasiswa jurusan Keperawatan, baru 3 bulan magang disini"

"Kau lebih muda dari ku"

"Oh ya ? Berapa umurmu ?"

"Aku 28, dan aku sudah menikah" Hakyeon menunjukan cincin yang menempel indah di jari manisnya.

"Semua orang disini juga tau itu nona manis"

"Ya ! Tidak sopan !"

Wonshik kembali tertawa, dia rasa hobbi nya kini bertambah. Menggoda seorang Cha Hakyeon sangat menyenangkan. "Sudah berapa lama kau di Rumah Sakit ini ? Kau bilang tadi, kau pasien abadi, apa maksudnya itu ?"

"Aku sudah 12 tahun disini, sejak aku tau kalau ada Asma di tubuhku. Mereka bilang tidak bisa disembuhkan, aku tidak akan mati jika aku segera ditangani, atau meminum obat dengan rutin"

"Cukup lama juga" Wonshik berfikir, "Asma itu bisa sembuh"

Hakyeon menatap Wonshik yang kini tengah menatapnya. "Bagaimana ?"

"Kau percaya padaku tidak ?"

Hakyeon kembali mengepoutkan bibirnya. "Tentu tidak, kau orang memalukan"

Wonshik kembali tertawa, dia berdiri dari duduknya, mendekati wajah Hakyeon begitu dekat. "Kita akan memulainya besok"

Wajah Hakyeon kembali bersemu merah, dia sedikit menarik wajahnya agar tidak terlalu dekat dengan Wonshik.

"Istirahatlah, besok aku akan mengajarimu" Wonshik mengusap lembut kepala Hakyeon dan berbalik hendak meninggalkan ruangan Hakyeon. "Sampai besok, Nona Manis~" ucap Wonshik dengan wink spesialnya.

Hakyeon masih terdiam dengan wajahnya yang semakin memerah. Dia segera kembali keposisi tidur, menarik selimut, menutupi wajahnya yang merona memerah semakin panas.

"Apa - apaan dia itu"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Wonshik berjalan dengan langkah riangnya menuju kamar Hakyeon. Seperti janjinya kemarin, Wonshik akan menyembuhkan penyakit asma Hakyeon. Terlebih lagi matahari pagi sangat baik untuk kulitnya. Wonshik mengetuk pintu perlahan, dia membukanya dan mendapati Hakyeon yang tengah duduk bersandar seraya membaca majalahnya.

"Selamat pagi nona manis" Wonshik meletakan alat medis pada meja dan berdiri didepan Hakyeon. Hakyeon hanya memberikan senyum manisnya. "Aku akan memeriksamu terlebih dahulu" Wonshik mengecek selang infus, dan menyuntikan sesuatu didalamnya. "Kau sudah mandi ?"

"Aku tidak bisa berjalan" Hakyeon mengangkat kakinya yang di gips. "Aku terjatuh di tangga saat asmaku kambuh"

"Jangan bilang kau tidak akan mandi ?"

Hakyeon hanya menyengir lucu pada Wonshik, dan membuat perawat magang itu mendengus.

"Kau Cantik tapi jorok"

"Ya ! Kau berani mengatai orang sakit !"

"Terserahlah" Wonshik membuka selimut Hakyeon dan meletakan tangannya pada punggung serta kaki Hakyeon.

"Ya ! Mau apa kau !"

"Membawamu ke kamar mandi !"

"Ya ! Aku tidak mau mandi !" Hakyeon memukul punggung Wonshik saat dirinya telah berada dipelukan perawat itu.

"Kau harus mandi nona"

"Aku akan berteriak jika kau tidak melepaskanku !"

Wonshik menarik tubuh Hakyeon agar dapat melihat wajah manis itu. "Aku melakukan ini karena aku peduli padamu" Hakyeon terdiam dengan wajah meronanya, dia bahkan memeluk leher Wonshik erat saat perawat itu mulai membawanya masuk kedalam kamar mandi.

Wonshik meletakan Hakyeon kedalam bathtub perlahan, sepelan mungkin agar tidak menyakiti Hakyeon. Dia keluar kamar mandi dan kembali lagi dengan handuk dan baju rawat Hakyeon lainnya. Wonshik mendekati Hakyeon, berjongkok didepan Hakyeon dan menatap pria itu.

"Aku...bisa mandi sendiri" Hakyeon menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya.

"Lihat kakimu. Bagaimana kau bisa mengambil ini dan itu"

"Kau bisa meletakannya disini"

Namun, Wonshik malah menatap tajam Hakyeon yang terus menolak. "Aku tidak akan melakukan apapun padamu, lagi pula kita sama - sama pria"

"Jangan lakukan apapun !"

Wonshik menganggukan kepalanya. Dia mulai membuka kancing baju rawat Hakyeon, membukanya perlahan hingga dia dapat melihat kulit tan mulus Hakyeon. Tangannya sempat berhenti saat semua kancing sudah terbuka. Tidak sesuai dengan bayanganya, dia pikir tubuh Hakyeon akan terlihat biasa saja, namun, dia begitu terpesona dengan warna tan Hakyeon. Dan begitu dia lepas baju atas Hakyeon sehingga melihatkan tubuh atas Hakyeon, dia kembali kagum. Pria mana yang memiliki tubuh seramping ini. Benar - benar indah.

"Jangan menatap tubuhku seperti itu" Hakyeon tersipu malu dengan rona diwajahnya.

"Aku...tidak yakin kau ini pria" Guman Wonshik yang terus menatapi tubuh Hakyeon. Dia beralih menatap kedua mata Hakyeon. "Kau sangat cantik, Hakyeon-ah" Wonshik merapatkan tubuhnya pada bathtub. Tangannya menyelusup ketengkuk leher Hakyeon.

"Apa yang kau lakukan?" Hakyeon berusaha mendorong tubuh Wonshik yang semakin mendekat padanya.

"Aku tau kau kesepian, dia tidak pernah memberikan perhatian padamu kan" Hidung Wonshik menciumi aroma khas rambut Hakyeon.

"Apa maksudmu ?!"

"Aku tau itu dari matamu" Wonshik menatap lekat kedua mata Hakyeon. "Kau sangat sedih ketika aku membicarakan suamimu. Jika kau tidak keberatan, aku bisa menjadi lebih baik darinya. Aku menyukaimu, Hyung"

Hakyeon tercekat, dia menatap tidak percaya Wonshik yang mengungkapkan semuanya begitu saja. "Aku...tidak ingin menghianatinya"

"Lalu bagaimana dengannya ? Apa dia selalu memikirkanmu ?"

Hakyeon tertunduk, hanya terdiam mendengar pertanyaan Wonshik.

"Aku tau kau sangat mencintai orang itu" Wonshik menarik lembut dagu Hakyeon. "Kita bisa mencobanya perlahan, hingga kau bisa menerimaku"

Hakyeon terdiam, dia tidak tau harus mengucapkan apa. Dia bahkan tidak bisa memukul Wonshik yang sekarang semakin dekat dengan wajahnya. Bahkan kedua tangan Hakyeon berpegangan pada dada Wonshik saat bibirnya mulai disapu lembut Wonshik. Matanya terus terbuka menatap kedua mata Wonshik yang tertutup rapat, dengan bibir yang terus meraup bibirnya perlahan, hingga dirasakanya sesuatu yang lunak masuk kedalam mulutnya dan mengikat lidahnya. Hakyeon semakin meremas erat baju Wonshik, otaknya tidak bisa merespon dengan baik kali ini. Dia menerima begitu saja ciuman seorang perawat magang yang baru dikenalnya beberapa hari.

Tangan Wonshik turun membelai lembut leher, dada hingga menuju perut Hakyeon. Dengan hisapan bibir, yang ikut turun menyapu leher Hakyeon kini. Mata Hakyeon masih berusaha terbuka, menatap Wonshik yang sibuk mengecup dan menghisap kulit lehernya. Dia menggigit bibirnya, menahan desah nikmat yang hampir lolos setiap Wonshik memberi service di leher jenjangnya. Dia menikmati perlakuan Wonshik padanya, tapi dia tidak bisa menerima ini semua, dia mencintai orang lain. Dia mencintai suaminya. Seseorang yang telah mengisi kehidupan Hakyeon bertahun - tahun ini.

"Wonshik-ah" Hakyeon mendorong pelan bahu Wonshik. Kepala Wonshik terangkat menatap lembut Hakyeon.

"Aku tidak bisa melakukan ini"

Wonshik terlihat kecewa, namun dia kembali tersenyum seraya mengusap wajah Hakyeon yang terlihat cemas. "Aku mengerti. Aku tidak akan memaksamu" Wonshik mendekatkan kepalanya pada wajah Hakyeon. "Aku bisa menunggu" Wonshik mengecup sayang kening Hakyeon, dan memeluk lelaki mungil itu erat.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Eehh benarkah"

"Iya, aku lihat dia baru saja naik ke lantai atas"

"Aku bilang juga apa, dia pasti akan datang"

"Mungkin dia terlalu sibuk"

"Dia sangat mencintai orang itu"

Wonshik berjalan melewati beberapa perawat yang tengah bergosip ria. Dengan kening berkerut, dia merasa terganggu dengan gosip yang hari ini tengah beredar. Disaat jam makan siangpun telinganya harus mendengar berita yang tidak mengenakan hati.

"Wonshik Hyung" Hongbin melambaikan tangannya pada Wonshik. "Kemari"

Wonshik hanya menurut dan duduk di meja dimana Hongbin dan teman - temannya tengah berkumpul untuk makan siang.

"Eeh, apakah berita itu benar ?" Tanya Hongbin to the point pada Wonshik yang hanya terdiam menyantap makanannya. "Ku dengar kau sekarang yang merawat Cha itu, benarkah suaminya sudah datang ? Romantis sekali mereka"

Wonshik meletakan kasar sendok makannya. "Suami apa yang tega meninggalkan Istrinya untuk Bisnis ?!" Wonshik menatap sinis Hongbin.

"Ya ! Kenapa kau nyolot. Aku kan hanya bertanya"

"Jika kalian membicarakan orang itu lagi, akan ku potong lidahmu satu - satu" Wonshik mendorong tempat makannya dan berlalu pergi dari sana.

"Ada apa denganya ? Dasar aneh"

Pergi dari sana Wonshik memutuskan mengambil alat medis berjalan dengan langkah sebalnya menuju ke ruang rawat Hakyeon. Dengan wajah masam, dia harus menuju kesana sesuai dengan jadwal pemeriksaan rutin Hakyeon. Dan yang membuat dia sangat malas adalah, bertemu dengan seseorang itu. Seperti pagi tadi, pertemuan yang sangat memuakan.

"Pelan saja" Wonshik membantu Hakyeon berdiri. Kedua tangan Hakyeon bertumpu erat pada pundak Wonshik. "Apa masih sakit ?"

"Agak membaik" Hakyeon tersenyum manis pada Wonshik yang tampak cemas dengan kaki Hakyeon yang belum kunjung sembuh.

"Kau harus sering menggerakannya, agar otot kaki mu tidak kaku" Wonshik mengambil ponsel di sakunya dan memutar sebuah lagu dan meletakan ponselnya dimeja. "Kita mulai dari ini" Wonshik memeluk pinggang Hakyeon erat.

Hakyeon tercekat mendapat pelukan erat Wonshik. Tubuhnya di bimbing perawat magang itu dengan sangat telaten, bergerak perlahan dengan irama mengikuti alunan lagu yang mengisi ruangan itu.

Hakyeon sesekali merintih sakit pada kakinya, namun dia menikmati perlakuan lembut Wonshik padanya. Bahkan Hakyeon tidak malu lagi membalas pelukan Wonshik hingga berani meletakan kepalanya pada bahu Wonshik.

"Kita harus sering seperti ini" ucap Wonshik dengan senyum evilnya.

"Cari kesempatan Hah ?!"

Wonshik mengusak gemas rambut belakang Hakyeon. "Aku sudah bilang, ini untuk otot kakimu"

"Alasan" kikih Hakyeon seraya memukul pelan punggung Wonshik.

GREEEKK

Suara pintu terbuka, Wonshik yang tengah berhadapan dengan pintu masuk tersebut mendapati seorang lelaki dengan jas eleganya, dan rambut rapinya yang tengah berdiri dengan raut tidak mengenakan menatap Wonshik.

Wonshik yang tidak mengerti siapa orang tersebut, masih dalam posisinya memeluk Hakyeon.

"Yeon-ah" panggil lelaki tersebut dan berhasil membuat Hakyeon mendorong tubuh Wonshik dan berbalik cemas.

Hakyeon terkejut melihat lelaki itu dan berusaha berjalan mendekati lelaki tersebut.

"Woon-ah" Panggil Hakyeon senang namun dia hampir terjatuh karena kakinya yang masih belum benar - benar sembuh. Dengan sigap Wonshik menangkap Hakyeon dalam pelukannya. Namun, lelaki yang di panggil Woon itu segera menarik Hakyeonnya dan mendekap erat, menatap sinis Wonshik yang juga menatap tidak suka pada lelaki tersebut.

"Won...Wonshik-ah, dia suamiku, Jung Taekwoon" Hakyeon berusaha mencairkan suasana yang mulai suram.

"Oowh" Wonshik mengulurkan tangannya pada Taekwoon. "Saya Kim Wonshik, perawat magang yang sekarang mengurus Hakyeon"

Kening Taekwoon berkerut tidak suka. "Kau memanggil Istriku Hakyeon" Taekwoon menarik kerah Wonshik marah. "Berani sekali kau Hah ?!"

"Taekwoon-ie, tidak apa - apa. Aku yang memintanya" Hakyeon berusaha menurunkan tangan Taekwoon. Dia menatap suaminya lembut. "Kau pasti lelah kan ?" Hakyeon mengusap lembut wajah Taekwoon. "Kapan kau kembali ?"

Taekwoon melirik sinis Wonshik yang terus menatap tidak suka padanya, sesekali dia mendapati wajah sendu Wonshik disaat Hakyeon memberikan perhatian padanya. Smirk Taekwoon pun terbesit indah di wajah tampanya.

"Dini hari tadi" Taekwoon memeluk erat pinggang Hakyeon dan langsung memberikan ciuman basah tepat didepan Wonshik. Taekwoon bahkan menghisap bibir Hakyeon begitu nikmat dengan lidahnya yang sudah masuk kedalam mulut Istrinya tersebut.

Wonshik mengerutkan keningnya tidak suka, terlebih lagi Hakyeon yang malah terlihat sangat menikmati ciuman yang diberikan Taekwoon daripada ciuman darinya malam lalu.

Taekwoon melepas pagutannya dan mengusap lembut bibir Hakyeon yang basah akan salivanya. "Kalau tau seperti ini" Taekwoon melirik Wonshik dengan smirk nya. "Aku tidak akan meninggalkanmu" Taekwoon mendekap pundak Hakyeon, sengaja memperlihatkan kemesraan mereka pada Wonshik. "Kau, tidak perlu lagi datang kesini. Istriku, aku bisa mengurusnya sendiri"

"Eoh, Woon-ie, kau kan harus bekerja"

Taekwoon tersenyum lembut pada Hakyeon. "Aku bisa mengambil cuti hingga kau sembuh. Aku CEO nya, aku memiliki hak kuasa, sayang"

Wonshik menatap Hakyeon yang tampak sangat bahagia mendengar jawaban dari Taekwoon. Dengan wajah masanya, Wonshik pamit pada Hakyeon dan pergi berlalu dari ruang kamar Hakyeon.

Wonshik hanya mampu berdiri terdiam di depan pintu. Melalui kaca pintu itu, dia melihat betapa mesranya kedua orang didalam. Hakyeon bahkan tidak pernah memudarkan senyuman di wajahnya. Mungkin akan sulit baginya merebut hati Hakyeon agar berpaling padanya. Namun, dia tidak bisa terus melihat Hakyeon bersedih dan harus diperlakukan tidak baik oleh Taekwoon. Dia benar - benar tidak menyukai orang bernama Taekwoon itu, mungkin sekarang dia bisa menjadi orang yang sangat peduli pada Hakyeon, namun, siapa tau di luar, Taekwoon malah berkhianat. Pikiran Wonshik terus saja negatif terhadap Taekwoon.

Dengan kesabaran yang telah disiapkanya, Wonshik mengetuk pintu dan masuk kedalam. Taekwoon yang tengah menyuapi potongan apel pada Hakyeon langsung menoleh dan memasang raut tidak sukanya. Dia meletakan piring, dan memutar kursinya menghadap Wonshik.

"Mau apa kau ?"

"Memeriksa kondisi rutin Tuan Cha"

"Kemarilah Wonshik-ah. Aku kira kau tidak akan datang"

Taekwoon melirik tidak suka Hakyeon yang begitu hangat menyambut kedatangan Wonshik. Wonshik pun beranjak mendekati kasur Hakyeon, namun dengan sigap Taekwoon langsung berdiri menghalangi Wonshik.

"Permisi Tuan Jung. Anda tidak dengar, Tuan Cha memanggil saya" sindir Wonshik dengan senyum miringnya.

Kedua mata Taekwoon menajam. "Aku bisa memecatmu, kau tau"

"Taekwoon-ah" Hakyeon menggenggam tangan Taekwoon yang terkepal. "Jangan seperti itu, kau berlebihan Woon"

"Aku tidak menyukai orang ini" ucap Taekwoon to the point.

"Aku juga tidak menyukai orang seperti anda"

"Sialan kau !" Taekwoon menarik kerah seragam Wonshik dengan kasar hingga alat medis yang dibawa Wonshik berjatuhan kelantai. "Kau berani denganku ?!"

Wonshik membalas dengan senyum miringnya. Dia menarik tangan Taekwoon hingga terlepas dari kerahnya. "Saya tidak akan berani melawan ucapan Anda" Wonshik merapikan kembali seragamnya. "Namun" Dia berjalan mendekat pada Taekwoon dengan senyum sinisnya, mendekat hingga hanya mereka berdua yang dapat mendengar ucapannya. "Saya berani merebut hatinya"

"Brengsek kau !" Taekwoon kembali meremas kerah Wonshik. Kali ini dia benar - benar sangat marah, Wonshik sudah sangat keterlaluan.

"Taekwoon-ah" Hakyeon berusaha mencegah tangan Taekwoon yang hendak memukul Wonshik.

Taekwoon melepas kerah Wonshik dan menekan tombol darurat disamping kasur Hakyeon.

"Apa yang kau lakukan Woon-ie ?"

Taekwoon menekan berulang - ulang dengan tidak sabar hingga beberapa perawat masuk kedalam kamar Hakyeon.

"Ada apa Tuan Jung ? Apa terjadi sesuatu ?" Ucap kepala perawat Park dengan cemasnya.

"Dengar ! Aku tidak ingin melihat mukanya lagi disini !" Taekwoon menunjuk kasar tepat di muka Wonshik.

"Tapi,, Perawat Kim yang bertugas ..."

"Aku tidak peduli ! Jika dia masih mendekati Istri ku lagi ! Akan ku pecat kalian semua !"

Mereka terdiam ketakutan dan hanya mampu tertunduk. Tidak seperti Wonshik yang terus menatap tajam Taekwoon.

"Se..sebaiknya kalian pergi" Pinta Hakyeon lembut pada semua perawat yang hadir di kamarnya. "Woon-ie, tenanglah. Aku akan meminta perawat yang lain" Hakyeon menarik lengan Taekwoon dan memeluknya merajuk. "Sudah kalian pergilah" Bisik Hakyeon seraya memberikan tanda agar mereka pergi.

Para perawat pun segera pergi keluar, begitu pun Wonshik yang masih memasang raut masamnya. Terlebih lagi saat dia mendengar Hakyeon hendak mengganti perawatnya, dia tidak akan bisa bertemu denganya lagi.

"Taekwoon-ah, kau tidak boleh seperti itu"

Taekwoon menarik kursinya dan terduduk kembali. "Lalu, apa yang harus kulakukan saat ada orang lain yang hendak mengambil Istriku ?"

"Siapa yang kau maksud ? Kau terlalu berlebihan Woon-ie"

Taekwoon menggenggam lembut tangan Hakyeon. "Aku melihat jelas di matanya" Tangannya menarik selimut agar menutupi tubuh Hakyeon. "Dia, menyukaimu Yeon". Taekwoon mendekatkan wajahnya, mengecup lembut kening Istrinya. "Aku tidak ingin kehilanganmu"

Hakyeon hanya mampu terdiam dengan senyum gentirnya. Menatap kedua mata suaminya yang terlihat begitu cemas dan takut.

Tbc

.

.

.

.

.

.

Bismillah update baru di bulan Ramadhan dengan genre M wkwkwk, bisa update cepet karena ini chapter pendek. Udah gitu aja,, jangan lupa review.

Review ya ! ^^ #maksainimaksa

N-nyeoooong~~~