CERITA CINTA
Kuroko no basuke © Tadatoshi Fujimaki
Rate : T
Genre : Romance, Friendship
Pair(s) : AKAKURO, AOKISE, MIDOTAKA, MURAHIMU
Warning : Typo, EYD tidak sempurna, bahasa tidak baku, YAOI, OOC, AU, dll.
Tidak suka jangan baca OK!
Chapter 1
Pagi hari yang cerah cuaca yang damai membuat semua orang beramai-ramai keluar dari selimut untuk sekedar menghirup udara segar di pagi ini. Begitupun dengan pemuda bersurai baby blue ini yang dengan segera bangun dari ranjangnya dan melangkahkan kakinya ke kamar mandi di dalam kamarnya. Kamar bercat biru muda serupa dengan surainya ini sangat nyaman dan membuat semua orang yang memasukinya merasa betah berlama-lama di dalamnya.
Lima belas menit kemudian pemuda berambut biru langit itu keluar dengan sebuah handuk di pinggangnya, berjalan ke arah lemari pakaianya dan mengambil baju seragam SMA Teiko. Pemuda itu Kuroko Tetsuya memakai seragamnya dengan cepat, walaupun waktu masih pagi namun, ada jadwal latihan basket pagi ini. Tidak mau membuat yang lain menunggu keterlambatanya dan mendapatkan 'hukuman' neraka dari kapten renkarnasi iblis yang di takuti seluruh murid Teiko terebut.
Setelah dirasa semua rapi tanpa membuang waktu dia segera berangkat sekolah dengan berjalan kaki. Di tengah jalan Kuroko bertemu Aomine Daiki pemuda berkulit tan ini merangkul bahu Kuroko akrab sekaligus menyapanya. Kuroko Tetsuya merasa sebal dengan makhluk dim ini karena selalu mengacak-acak rambutnya.
"Ohayo, Tetsu."
"Ohayo, Aomine-kun."
"Kurokocchi..." sebuah suara cempreng memekakan telinga dan terjangan maut datang dari pemuda bersurai pirang.
"Se..sak, Kise-kun." Ucap Kuroko terbata akibat pelukan maut Kise Ryota.
"Lepaskan Tetsu kau mau membunuhnya hah!" Aomine Daiki melepaskan pelukan Kise dengan menarik krah bagian belakang baju seragamnya.
"Huuwaa.. maaf Kurokocchi.." Kise Ryota melepaskan pelukkan mautnya, Kuroko mengambil oksigen sebanyak-banyaknya.
"Apa yang kalian lakukan disini, nanodayo? Bukan berarti aku ingin tau, nanodayo." Kata pemuda bersurai hijau sambil menaikan kacamatanya yang tak bergeser seinchipun.
"Doumo, Midorima-kun." Kuroko Tetsuya menyapa pemuda bersurai hijau tersebut, Midorima Shintaro.
Mereka bergegas menuju gym sebelum Si raja gunting mengamuk karena mereka terlambat latihan pagi. Namun, sepertinya Dewi fortuna tidak berpihak pada mereka terbukti Sang kapten Teiko sudah berada disana menatap datar kelima makhluk pelangi tersebut. Membuat udara di dalam gym menjadi lebih dingin, semua orang disana merinding disko kecuali pemuda bersurai baby blue tampak tak menujukkan ekspresi takut sedikitpun.
Para kisedai merasa takjub dengan sikap kalem Kuroko Tetsuya, dia tidak menujukkan rasa takut sedikitpun dengan aura hitam Sang kapten bersurai merah. Sang kapten Akashi Seijuurou pemuda berambut merah saat ini sedang badmood, aura hitam terus menguar dari tubuhnya. Dia tidak menyukai keterlambatan teman-temannya ( budak-budaknya ), maka dari itu Akashi memerintahkan latihan dilipat gandakan menjadi lima kali lipat.
Kiseki no Sedai sangat syok mendengar latihan 'neraka' dari kapten iblis merah dihadapannya, Kise Ryota sudah mewek, kacamata Midorima Shintaro retak, kulit tan Aomine Daiki sudah pucat, Murasakibara Atsushi menjatuhkan 'kekasih' nya, hanya Kuroko Tetsuya yang tak menunjukkan ekspresi apapun.
"Oi, Akashi kenapa meningkatkan latihan kami?" Daiki melancarkan protes, tidak sayang dengan nyawanya sendiri makhluk dakian ini.
"Ada masalah, Daiki?" Sang kapten merah menyeringai seram.
"Tidak ada." Paras Aomine Daiki pucat pasi.
"Akashi-kun." Kuroko Tetsuya bersuara.
"Ada apa, Tetsuya?"
"Bisa di mulai latihannya, Akashi-kun?"
"Baiklah."
Menu latihan hari ini sangat berat sepertinya Akashi Seijuurou sedang pms latihan 'neraka' dari Sang iblis membuat kaki kelima manusia pelangi seakan lumpuh bahkan, pemain bayangan Kiseki no Sedai sudah pingsan sekarang akibat kelelahan. Akashi Seijuurou segera menghampiri Kuroko Tetsuya yang pingsan saat ini, sedikit khawatir dengan keadaannya sebenarnya.
Akashi Seijuurou mengangkat tubuh Tetsuya ke tempat istirahat di pinggir lapangan raut khawatir sangat ketara di paras tampannya. Stamina Kuroko Tetsuya memang terbilang lemah di antara pemuda lainnya, apa lagi latihan berat ala Akashi Seijuurou kapten renkarnasi iblis dari neraka. Akashi merasa bersalah telah membuat Kuroko pingsan sekarang ini, tak lama Kuroko membuka kelopak mata manik sewarna langit musim panas itu mengerjab sekali membiasakan cahaya yang masuk ke retinanya membuat hati Akashi lega.
"Akashi-kun."
"Kau tidak apa-apa, Tetsuya?" Tanyanya cemas.
"Tidak apa, Akashi-kun."
"Syukurlah."
Mereka keluar dari gym bersama-sama Akashi masih terlihat khawatir dengan Kuroko Tetsuya, dirinya senantiasa berjalan di samping pemuda baby blue tersebut. Tampaknya kepedulian kapten iblis bersurai merah hanya ditujukan untuk pemuda manis itu saja. Empat orang sisanya mencibir perilaku Yang Mulia Akashi Seijuurou yang pilih kasih tentunya dalam hati masing-masing mereka masih sayang dengan nyawa.
Kuroko Tetsuya yang mendapat perhatian dari sang kapten hanya bisa merona malu, tentu dengan kepala ditundukkan agar teman-teman yang lain tidak melihat wajahnya memerah saat ini. Namun Akashi masih bisa melihat kejadian langka dari pemuda manis disampingnya jangan remehkan 'Emperor Eyes' yang dimilikinya. Akashi tersenyum saat menyadari wajah merona pemuda yang membuat hatinya tertarik, apapun yang terjadi pemuda manis nan imut ini harus menjadi miliknya, karena dirinya absolut.
"Tetsuya, bisa kita bicara sebentar?" Akashi menarik perhatian pemuda icy blue tersebut.
"Ada apa, Akashi-kun?"
"Ayo kita cari tempat lain, Tetsuya."
"Ha'i, Akashi-kun."
Mereka berjalan berlawanan arah dengan yang lainnya tidak memperdulikan bel masuk yang berbunyi nyaring saat ini, Kuroko bingung dengan permintaan tiba-tiba kaptennya. Anggota Kiseki no Sedai yang lain tidak ingin mencampuri urusan kapten mereka dengan sang bayangan mereka tetap berjalan menuju kelas mengikuti pelajaran pertama.
Sementara itu pemuda baby blue masih mengikuti kemanapun sang kapten membawanya pergi, tak selang waktu lama mereka tiba di atap Akashi membuka pintu atap mempersilahkan Kuroko Tetsuya masuk ke atap sekolah diikuti Akashi Seijuurou lalu menutup pintunya. Tetsuya sangat gugup dihadapan kaptennya ini penasaran dengan apa yang akan dibicarakan Akashi dengannya disini.
Akashi menggenggam tangat putih pucat nan mungil kuroko, tentu saja hal ini sangat membuat pemuda manis itu terkejut. Tidak pernah menyangka Akashi akan memegang tangannya, jantungnya berdetak kencang seakan ingin keluar dari dadanya. Sedangkan Akashi sendiri ingin segera mematenkan pemuda manis nan imut tersebut menjadi miliknya, maka dari itu Akashi langsung mengatakan perasaannya pada Kuroko Tetsuya.
"Tetsuya, jadilah kekasihku." Katanya tegas tanpa keraguan.
"Apa maksudmu, Akashi-kun?" manik secerah langit biru itu membulat.
"Aishiteru, Tetsuya." Akashi mengulanginya sekali lagi.
"Aishiteru mo, Akashi-kun." Kata Tetsuya lirih masih tidak percaya dengan kejadian hari ini.
"Arigatou, Tetsuya. Aishiteru." Akashi Seijuurou memeluk erat pemuda mungil tersebut.
Tetsuya membalas pelukan kekasihnya hatinya bahagia sekarang ini, mereka terus berpelukan di atap sekolah tersebut. akashi mendekatkan wajahnya perlahan Kuroko memenjamkan matanya menerima perlakuan kekasihnya ini, semakin dekat kemudian mereka bersatu dalam ciuman lembut tanpa nafsu. Namun semakin lama ciuman tersebut semakin menuntut Akashi melumat lembut bibir didepannya muka Kuroko semakin memerah sampai ke telinganya.
Karena Akashi merasa pemuda manis didepannya kehabisan oksigen dengan sedikit enggan melepas pagutan bibir mereka. Kuroko terengah-engah setelah Akashi mengjauhkan wajahnya seikit hanya untuk mendapati wajah merona kekasihnya. Sambil terkekeh kecil Akashi Seijuurou menuntun Kuroko Tetsuya meninggalkan atap saksi bisu bersatunya kapten iblis bersurai merah dengan pemuda manis bersurai baby blue, jika para anggota kiseki no sedai mengetauinya reaksi apa yang dikeluarkan mereka? Pasti sangat menghebohkan seluruh sekolah SMA Teiko, kita tunggu saja.
T.B.C
Review?
See you next chapter
Kritik, saran selalu dinanti...
Sigh,
Syabyaku
