Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pairing :Uchiha Sasuke x Uzumaki Naruto
Status : On going
Length : Multichap
Author : Haru P B feat Muthiamomogi
Warning(s) : BoysLove, AlternativeUniverse, A lilttle bit Out Of Character. Don't like? Don't read!
Happy reading!
Tiga puluh menit menjelang bel berbunyi di Konoha Gakuen, sebagian murid-murid sekolah ini sudah mulai berdatangan. Sama halnya dengan remaja blonde ini. Tapi bedanya remaja blonde ini sudah datang sejak satu jam yang lalu, dan sekarang sedang menikmati waktu sendirinya di atap sekolah yang jarang didatangi oleh para murid. Sebelum beranjak ke atap, saat sedang berjalan di koridor yang agaknya masih sepi, dirinya sempat melirik mading sekolah. Tampaknya majalah dinding yang sudah menyita perhatian seluruh penghuni Konoha Gakuen sejak dua bulan lalu itu masih bertahan sampai sekarang.
Simple, sebenarnya, hal itu terjadi hanya karena sebuah foto berukuran 3R biasa. Tapi bukan karena ukurannya yang 3R makanya foto itu menyita perhatian sekolah. Namun orang yang ada dalam foto 3R itu, foto Uzumaki Naruto dan Uchiha Sasuke. Mengapa menyita perhatian sekolah? Karena dua orang ini memiliki kepribadian kontras tetapi mereka masih tetap bisa berbaur meski tidak berstatus sebagai teman melainkan rival. Tentunya sepasang rival seperti mereka tidak mungkin terfoto dalam pose macam itu. Dan bagian plus-nya adalah adegan dalam foto tersebut. Terpampang dalam foto tersebut ada dua orang pemuda yang terlihat seperti sedang berciuman.
Sedikit kronologis mengenai peristiwa itu, waktu itu Naruto melihat Sasuke yang matanya kemasukan debu, niat membantu pun muncul. Meski rival, bukan berarti empati sebagai manusia dalam diri mereka hilang. Naruto membantu Sasuke dengan menghembuskan udara dari mulutnya ke mata Sasuke yang sudah merah teriritasi. Namun kutuklah tubuh Naruto yang memang lebih pendek dari pada Sasuke yang memaksanya untuk jinjit, karena takut terjatuh Naruto memegang pundak Sasuke. Bisa dibayangkan? Di posisi yang seperti itulah mereka tertangkap camera yang entah dari mana datangnya. Dan seperti yang Naruto perkirakan, foto itu sudah tertempel di depan mading sekolah keesokan paginya. Alhasil munculah gossip, sepasang rival ini telah berganti status menjadi sepasang kekasih.
Mengingat hal itu membuat Naruto tertawa kecil, tawa kecilnya mengiringi langkahnya sampai ke atap sekolah. Akhirnya di sinilah remaja pirang itu menghabiskan waktu satu jam menunggu bel. Naruto sepertinya tidak keberatan dengan berita itu, tapi si remaja raven itu sepertinya malah sibuk untuk menghapus gossip itu. Aneh.
Pikiran itu terus terbawa-bawa sampai sekarang karena agaknya si raven a.k.a Sasuke mulai menghindar, walau tidak secara langsung. Misalnya, ketika bertemu mereka bersikap layaknya tidak kenal. Sebenarnya Naruto ingin menyapanya seperti biasa. Namun baru saja membuka mulutnya, Sasuke sudah menghilang dari hadapannya. Intensitas perkelahian mereka juga menurun drastis, malah sepertinya semenjak foto itu menyeruak, mereka tak lagi bertengkar, hanya bertukar sifat cuek. Hey, lama-kelamaan Naruto juga tak mau bicara jika Sasuke saja terlihat tak ingin berbicara dengannya. Jadi jangan salahkan Naruto jika dia ikut cuek pada Sasuke. Dan pikiran ini terus melarut dalam pikirannya.
Naruto menyelipkan sebuah batang rokok slim di antara bibir merahnya. Wow? Kaget? Kebiasaan yang tidak cocok untuk sosok manusia macam Naruto bukan? Pemuda pirang slim nan manis ini, merokok? Sebuah misteri. Hal ini memang sering dilakukan Naruto, tapi secara diam-diam. Tidak ketahuan? Ya, begitulah.
Tidak ada satu pun bukti yang menunjukan bahwa Naruto merokok. Bibir merahnya masih saja sama, tidak menghitam. Bahkan deretan giginya yang putih tidak menguning.
Tidak ada yang tahu. Tidak orangtuanya. Tidak Nii-san-nya. Tidak teman-temannya. Tidak juga Sasuke.
Tidak ada yang curiga. Karena Naruto sangat pintar menyembunyikan masalahnya. Apa pun itu. Terutama masalah dalam keluarganya, masalah yang sangat berat sekali pun. Tidak akan terlihat karena topeng senyum yang dirinya selalu kenakan sangatlah sempurna tanpa celah. Tak ingin berbagi kesedihan dengan orang-orang yang begitu menyayanginya. Menyimpan segudang masalah di balik senyum dan sifat cerianya adalah hal yang sudah biasa Naruto lakukan. Tak ada gunanya juga membagi masalah pada mereka, Naruto yakin mereka juga punya banyak masalah jadi tak perlulah dia menambah beban orang-orang yang begitu disayanginya.
Sekarang Naruto sedang bersandar di pinggir pagar besi yang mengellilingi atap ini. Kelereng langitnya masih saja menatap sekumpulan awan yang bergerak berarak mengikuti hembusan angin. Blazer hitamnya diam membisu di atas ranselnya. Kemeja putihnya tidak dimasukan, dua kancing atasnya terlepas, memperlihatkan kaos putih polos yang dipakainya, sebuah wristband menempel di pergelangan tangan kirinya. Ada alasan tentunya kenapa wristband itu menempel di sana, tangannya sibuk membetulkan posisi rokok yang masih terselip di belahan bibirnya, yang sesekali terbuka untuk membuang asap dari tembakau hisap itu. Dasinya menggantung begitu saja tidak terikat, rambut pirangnya agak panjang sampai-sampai menyentuh kelopak matanya. Terbayang seperti Bad Boys, bukan? Namun kesan Bad Boys dan semacamnya tidak akan terlihat di dalam diri Naruto. Wajahnya yang kelewat imut, badannya yang seperti anak perempuan, tiga garis halus terhampar di sisi wajahnya, replika laut dalam bola matanya. Benar-benar tanpa celah.
'Wah wah wah… sepertinya pertunjukan sedang dimulai,' batin Naruto menahan tawa setelah mendengar keributan yang berasal dari bawah sana.
Naruto bangkit dari duduknya, dengan keadaan masih menikmati batang rokok yang hampir habis. Lalu melipat tangannya dan menaruhnya di atas pinggiran pagar pembatas. Badannya sedikit condong untuk mendapatkan sudut yang paling baik untuk melihat pertunjukan ini. Baru melihat sebentar saja Naruto sudah ingin tertawa. Terlihat di bawah sana, seorang pemuda berkulit pucat a.k.a Sasuke sedang menarik tangan seorang siswi Konoha Gakuen.
'Mungkin salah satu fansgirl-nya…' ujar Naruto dalam hati yang wajahnya sudah memerah karena menahan tawa.
Siswi yang diseret, terlihat seperti ingin mati bahagia. Tentu saja, siapa yang tidak bahagia jika tangannya dipegang oleh seseorang yang namanya terkenal di kalangan wanita KHS atau di luar KHS? Melihat muka siswi yang nampak sedang terbang di langit ke tujuh itu malah semakin membuat Naruto sulit menahan tawa, sekarang perutnya terasa benar-benar sakit karenanya.
'Hmmpph! Oh Kami!' batin Naruto menahan tawa.
Naruto masih melihat gerak-gerik Sasuke. Terlihat segerombol manusia membelakangi Sasuke. Aura pembunuh muncul dari segerombolan itu yang didominasi oleh 'Penggemar Rela Mati Sasuke', tentu saja ditujukan untuk siswi yang sekarang sedang diseret paksa oleh Sasuke. Tapi siswi itu sedang sibuk sendiri, bermain-main dalam imajinasinya, mengembangkan senyum bodoh.
Sekerumunan orang masih saja membuntut di belakang Sasuke, tiba-tiba saja Sasuke menarik siswi itu untuk berhadapan dengannya. Membuat sekerumunan orang a.k.a siswa-siswi Konoha Gakuen berhenti dan napas mereka tercekat. Dan siswi yang ditarik Sasuke—yang sebenarnya Sasuke sendiri tak tahu siapa namanya itu, wajahnya sudah memerah taraf akut.
Lalu tiba-tiba terdengar para kerumunan itu mengambil napas pendek, lalu mengeluarkan suara tajam seperti paduan suara. Dan lalu menaikan intensitas ketajamannya, menjadi berkali-kali lipat lebih tajam. Karena menurut sudut pandang para kerumunan itu, mereka sepertinya sedang melihat Sasuke meng-kiss siswi tanpa nama itu—menurut Sasuke. Semua gadis yang melihat mulai menangis berjamaah, lalu suara hinaan mengharmonisasi, lalu teriakan histeris ikut berkolaborasi. Konoha Gakuen sedang kacau-balau karena kesalahpahaman yang semakin melarut itu.
Sedangkan di atap sana, Naruto tertawa lepas. Malah sampai berguling-guling dilantai atap itu. Tangannya sibuk memegangi perutnya yang sakit. Naruto satu-satunya orang yang melihat kejadian sebenarnya. Karena dari atap, Naruto dapat melihat semuanya dengan mata terbuka. Sebenarnya Sasuke hanya mendekatkan wajahnya pada siswi tersebut, lalu berbisik sesuatu. Tapi sayang siswi yang terlewat salah paham itu pingsan di tempat karena mengira Sasuke akan meng-kiss-nya ketika jarak wajah mereka sekitar sepuluh sentimeter. Saat kekacauan membludak, Sasuke buru-buru meninggalkan tempat. Juga meninggalkan siswi yang pingsan tadi di tempat yang sama, untung saja para fans-nya masih sibuk berhiteris-ria jadi mereka tidak sadar akan kepergian 'Prince of Ice' milik Konoha Gakuen itu.
Sekarang tawa Naruto sudah mereda, tubuh Naruto tertidur dengan posisi perutnya di bawah, kedua tangannya masih tertempel di bawah perutnya untuk meredakan nyerinya. Keningnya melekat dilantai, pakaiannya sedikit kotor, wajahnya tertutup oleh rambut pirangnya.
"Ha…haha..ha…" Entah itu suara tawa di sela-sela napasnya atau napas di sela-sela tawanya.
"Baiklah, Teme, jika itu maumu, kuterima tantanganmu. Jangan menyesal nanti ya, kita lihat siapa yang akan bertahan." Setelah mengucap kalimat itu, entah sadar atau tidak, bibirnya membentuk senyuman yang sebenarnya lebih tepat disebut seringaian.
"Hahaha…Sebegitu inginnya kau menghapus gossip itu?" Suaranya terdengar seperti menahan tawa namun terdengar kekecewaan di dalamnya.
"Baiklah, Teme, aku akan mengajarimu satu emosi yang mungkin kau tidak pernah alami—" matanya mulai berbinar seperti setuju akan idenya kali ini, "—cemburu" lanjutnya.
.
.
.
KRIINGG
Bel jam pelajaran terakhir menggema, semua murid yang tadinya dalam keadaan suram tanpa semangat langsung menyambut senang suara melengking itu. Berita tentang Sasuke tadi pagi sepertinya masih menjadi bahan pembicaraan yang mendominasi obrolan para siswa-siswi di Konoha Gakuenyang masih belum percaya. Haruno Sakura dan Yamanaka Ino a.k.a ketua dan wakil ketua 'Fansclub Rela Mati Sasuke' seperti sedang menyelenggarakan sebuah pesta kematian setelah melihat adegan itu. Sedangkan si pemuda pirang bermata sapphire itu sedari tadi tidak muncul sama sekali di ruang kelas.
Hal ini membuat Sasuke agak khawatir pada pemuda yang sudah beberapa minggu ini telah dihindarinya. Sasuke sebenarnya tidak mau melakukan penghindaran macam itu. Namun dia hanya tak tahan terhadap suara seperti 'CIYEEEEEE! Sasuke sama Naruto! Suit! Suit! Benci jadi cinta! Rival jadi kekasih! Longlast ya, untuk kalian!' Diringi dengan gema tawa para murid yang lain. Itu membuat Sasuke malu meski tak tampak dari raut tampannya.
Seluruh ruang kelas sudah kosong, tapi masih ada beberapa murid yang sedang melakukan kegiatan club. Sedangkan Sasuke yang tadinya ingin berniat untuk mencari pemuda pirang setelah jam pelajaran selesai, sekarang malah ada di ruang guru untuk menerima beberapa nasehat atas kejadian menghebohkan tadi pagi yang bersangkutan dengan dirinya. Kejadian tadi dianggap membuat kegiatan belajar-mengajar menjadi kurang kondusif karena para siswa-siswi sibuk membicarakannya. Dan tertundalah niatnya itu. Memutuskan untuk melanjutkan niatnya besok. Karena menurutnya Naruto sudah pulang sekarang.
Sekarang Sasuke sedang berjalan menelusuri lorong sekolah untuk beranjak menuju mobil jemputannya, namun niatnya itu berbelok arah ketika onyx kelamnya mendapati sekelebat bayangan rambut pirang. Saat sudah sepenuhnya menghadap ke arah bayangan pirang yang membelakanginya itu. Sosok pirang itu menghilang, karena sudah berbelok arah.
'Dobe,' tanpa basa-basi Sasuke mengikuti sosok pirang yang diyakininya adalah Naruto.
Merasa ada yang mengikuti, Naruto mempercepat langkahnya ke arah ruang kesehatan.
'Nasihat dari Baa-chan sudah membuatku pusing. Aku tidak butuh ocehan tentang kesehatan macam itu. Lagipula apakah Baa-chan itu tidak bosan ya membicarakan itu terus? 'Kan dia sudah tahu pasti kalau aku takkan mendengarkannya. Haaaa~' batin Naruto kesal.
Tadi pagi Naruto menghabiskan jam pelajaran pertama dengan tidur di atap. Setelah berencana masuk kelas, pemuda berkulit kecokelatan itu malah bertemu dengan Nona Shizune yang langsung menyeretnya ke ruang kesehatan. Karena suster sekolah itu mendapat perintah dari Nona Tsunade, yaitu seorang Dokter sekolah yang juga guru dari Nona Shizune untuk menahan Naruto dan menyuruhnya beristirahat karena lagi-lagi Naruto kabur dari jam istirahat yang telah disarankan oleh Dokter Tsunade.
Setelah itu telinganya mati-matian menahan suara lengkingan yang penuh amarah dari Tsunade yang memberi nasihat sangat panjang dan juga tegas untuk Naruto. Maka dari itu Naruto agaknya merasa lelah dengan serial drama yang menjadikannya sebagai pihak tertindas tadi pagi memutuskan untuk melanjutkan tidurnya di ruang kesehatan. Karena mendapat panggilan alam, Naruto pergi ke kamar mandi sebentar.
Setelahnya, dia ingin kembali ke ruang kesehatan. Karena Naruto merasa tidak butuh tambahan nasihat cantik lagi. Lagi pula di ruang kesehatan pun tak ada ruginya, karena dia dapat bertemu teman barunya. Haku, yaitu siswa yang kaki kanannya terkilir dan sedang mendapat perawatan dari Nona Shizune yang mungkin sekarang sedang sendirian di ruang kesehatan itu karena Nona Shizune dipanggil oleh Nona Tsunade tadi sebelum dia pergi ke toilet.
SREEKK
Terdengar pintu di ruang kesehatan dibuka.
'Yokatta! Sampai juga,' batin Naruto senang dalam hati. Sambil menutup pintu ruang kesehatan pelan. Saat berbalik badan, Naruto menemukan Haku sedang mencoba berdiri dengan satu kaki yang menahan berat badanya.
"Haku!" Naruto berteriak saat mendapati Haku sedang mencoba berdiri yang seharusnya istirahat. Ia berlari kecil mendekati Haku yang terlihat menahan sakit, meski samar-samar.
"Tehehehe—Gomen, Naruto-kun. Aku hanya ingin tahu apakah aku masih bisa berjalan atau tidak," kata Haku sambil menggaruk pipi kanannya dengan telunjuknya. Namun wajahnya menunjukan permohonan dan matanya mengatakan –tolong-biarkan-aku-mencobanya.
Naruto hanya memukul keningnya pelan, dan mencoba mengerti perasaan Haku. Haku hanya tak mau terus-terusan duduk di kasur itu tanpa melakukan apa pun. Ya, kira-kira begitulah pikiran Naruto.
"Ya, sudahlah. Terserah kau saja. Asal jangan terlalu memaksakan diri ya!" katanya dengan ceria. Haku mengangguk mantap.
"Terimakasih, Naruto-kun!" Haku dan langsung mencoba berdiri, mengukur seberapa parah luka yang terbentuk karena tersandung kaki kirinya ketika sedang bermain sepak bola sewaktu olahraga tadi.
Namun apa mau dikata, ternyata luka terkilir di kaki Haku tidak mengizinkannya untuk berdiri. Dan karena tak tahan akan sakit yang langsung menjalar ke kakinya, Haku tanpa basa-basi langsung jatuh kedepan dan menubruk Naruto yang ada di depannya. Membuat tubuh mereka bersentuhan. Membuat Naruto terdorong ke belakang yang sukses membuat punggungnya mencium lantai.
Di luar, Sasuke yang telah berdiri di depan pintu ruang kesehatan mendengar suara debaman benda jatuh, membuatnya khawatir pada Naruto. Dengan cepat Sasuke membuka pintu ruang kesehatan itu dan alangkah terkejutnya ia melihat Naruto dan seorang pemuda yang tak dia kenal dalam pose strategis untuk sepasang kekasih.
Naruto yang sedang menahan berat remaja itu agar tidak jatuh dengan memegang bahu remaja itu. Sedangkan si remaja yang tak dikenal oleh Sasuke itu menjadikan lantai sebagai tumpuan dengan menggunakan tangannya. Posisi mereka begitu dekat. Perlahan muka mereka merona hingga merah padam. Siapa juga yang tidak merona jika muka orang lain begitu dekat dengannya? Jika ada, maka itu bukan Haku dan Naruto. Melihat itu, entah mengapa Sasuke merasa ada sesuatu yang panas dalam dirinya yang ingin meledak.
Tubuhnya bergetar dan mukanya menunduk menahan amarah yang tak dia ketahui sebabnya. Tangannya mencengkram kuat daun pintu ruangan itu. Mencoba menahan keinginan untuk segera menghajar pemuda yang berambut panjang yang sedang membelakanginya itu. Merasa usahanya tak berguna, dia pergi meninggalkan tempat itu. Benar-benar takut jika nanti emosinya tak terkendali. Dan Naruto melihat itu, melihat betapa kesal tepampang di wajah pucat Sasuke. Menyeringai adalah hal pertama yang dilakukan Naruto ketika melihatnya.
'Oh, sepertinya tak perlu trik khusus untuk memulai permainan ini.'
To Be Continue
YAK! TBC~~~ uye uye~~
Ini lanjut ga? Aku dan Eri-nee masih butuh ide,, ada yang mau nentuin gimana plotnya? Rencananya pengen ada HakuNaru(itu kan cuma rencana lo, Muth,). Ukh iya, ada yang setuju gak? Dukung aku dong~
Aku ga mau ngomong lagi deh… hanya minta kesediaan para reader untuk mengoreksi fanfiksi ini, sampai kan lewat review bisa kali yaaa~~
