Title : Scenario of My Life
Genre : Romance / Family
Rated : T
Pairing : Alaude x OC / Alaude x Stella
Warning : OOC, OC, Typo (mungkin)
Disclaimed : KHR © Amano Akira | Stella © Me
Chapter 1, Arrival
Namaku adalah Stella, aku adalah seorang penulis novel dan juga seorang jurnalis lepas dari salah satu majalah Italia yang cukup terkenal. Hidupku biasa-biasa saja meskipun aku tidak memiliki orang tua, tetapi aku memiliki kakak yang menyayangiku walaupun tidak tinggal bersama denganku dan adik yang selalu menjadi kebanggaan tersendiri untukku.
Bercita-cita menjadi seorang penulis dan juga pembuat film—aku tidak ingin muluk-muluk menjadi terkenal hingga sampai mendapatkan Oscar ataupun filmku diputar di Hollywood.
Tetapi, kenapa aku malah berhadapan dengan situasi yang gawat seperti ini?
"Stella! Apa yang kau lakukan—cepat bergerak atau kau akan tertangkap olehnya!"
Memangnya ia fikir aku robot? Aku sudah berlari secepat yang aku bisa—jangan salahkan aku yang memang tidak bisa mengandalkan kekuatan fisikku, kakak bodoh!
Stella's POV End
"Stella!"
"Kau yang terlalu cepat bergerak G bodoh!" gadis berambut merah Crimson dan mata berwarna hijau itu bergerak secepat yang ia bisa, walaupun pada kenyataannya—dibandingkan dengan orang-orang yang menurutnya tidak normal itu—ia adalah orang yang paling lamban disini.
BANG! BANG! BANG!
"Hei! Kau tahu aku menghabiskan banyak waktu untuk menabung hingga bisa membeli laptop ini?!" melihat bahwa tembakan beruntun itu hampir saja mengenai sebuah laptop kecil di tangannya. Baru saja akan mengamuk lagi saat tiba-tiba sebuah tangan merangkul tubuhnya dan menariknya dengan cepat dari jalur tembakan yang mungkin saja akan mengenainya kali ini.
Bukan mengenai laptopnya.
"Aku bisa membelikanmu itu! Kau lebih sayang pada benda itu daripada nyawamu!" pemuda berambut merah Crimson dengan mata yang sama dengan warna rambutnya itu tampak kesal sebelum menggendongnya seperti membawa karung beras.
"Data yang ada di dalamnya adalah nyawaku brengsek—dan bisakah kau membawaku dengan lebih lembut!"
"Tidak ada waktu untuk itu—"
DHUAR!
"AAAAH! Ternyata rencanaku untuk menemuimu dan juga Hayato benar-benar rencana yang buruk!"
1 Hari yang lalu…
"Vongola?"
Gadis berambut merah itu tampak menatap pada seorang pria yang merupakan boss di tempatnya bekerja—tepatnya di sebuah kantor majalah yang cukup besar di Italia. Pria itu mengangguk sambil menatapnya yang tampak bingung.
"Aku ingin kau membuat artikel tentang kelompok mafia—dan pilihan yang tepat tentu saja Vongola," tersenyum—namun gadis itu tahu arti senyuman itu adalah 'ini-bukan-permintaan-tetapi-perintah', "lagipula—bukankah kau sedang mencari ide untuk naskah novelmu yang baru? Kenapa kau tidak coba dengan genre baru seperti—action?"
"Tetapi boss, ini bukan masalah senyumanmu yang kuartikan sebagai 'perintah' tetapi ini adalah masalah nyawa! Kau tahu kalau Vongola adalah kelompok mafia terbesar di Italia—bahkan di dunia," menundukkan kepalanya dengan aura madesu, "sebelum aku bisa menyelesaikan naskah itu, aku sudah mati di tangan mereka…"
"Vongola memang kelompok mafia terbesar—tetapi tentu saja mereka bukan hanya terkenal karena itu. Mereka sangat baik pada para penduduk Italia dan tidak tampak seperti kelompok mafia pada umumnya—" menatap sang boss masih dengan tatapan yang sama, "—dengan kata lain, walaupun kau menyusup mereka tidak akan langsung membunuhmu. Dan kau masih memiliki waktu untuk bernegosiasi dengan mereka."
"Sama saja! Lagipula aku sudah meminta izin cuti selama 1 minggu, aku ingin menemui kedua saudaraku—" menyilangkan tangannya di depan dada dan mendengus kesal, "—karena seseorang yang memindahkanku ke Russia, aku tidak bisa menemui keduanya selama 5 tahun lamanya."
Menatap pada 'seseorang yang memindahkannya ke Russia' itu, yang hanya mengalihkan pandangannya.
"Setelah cuti, kau bisa melakukannya bukan—" senyumannya kini tampak tulus dengan rasa permohonan, "—kau adalah penulis yang berbakat, aku yakin kau bisa melakukannya…"
20 Jam sebelum scene pertama…
Pukul 21.00
"Kau sudah sampai di Italia?"
"Sudah sejak 2 hari yang lalu—" menghela nafas, gadis itu merebahkan diri di atas tempat tidur apartmentnya, "—kalian terlalu sibuk dengan pekerjaan kalian hingga melupakanku bukan?"
"Salahkan aniki yang tidak bisa berhenti bekerja itu—" suara lainnya yang terdengar di sebrang sana tampak membuat gadis itu tertawa pelan. Menggunakan fitur Sk*pe, ia menghubungi kedua saudaranya yang ada di Italia, "—kapan kami bisa menemuimu aneki?"
"Mungkin besok pagi—aku akan datang ke tempat kalian," gadis itu menatap layar yang ada di depannya saat kedua saudaranya itu tampak terkejut dengan keputusannya, "ada apa?"
"Tidak—tetapi kalau secepat itu—"
"Aku tidak memiliki waktu banyak untuk cuti—lagipula aku harus mengerjakan tugas dari redaksi," menghela nafas dan menatap pada kedua saudaranya itu yang tampak menatap gadis itu balik, "dan aku merindukan kalian…"
…
"Ngomong-ngomong selama 5 tahun ini sepertinya kalian sudah bisa mengumpulkan banyak uang eh—" tersenyum pada kedua laki-laki itu, "lihat saja, kalian bisa menyewakanku apartment yang cukup besar seperti ini. Walaupun aku tidak mengerti kenapa aku tidak boleh tinggal dengan kalian berdua."
"Yah—sesuatu dan lain hal membuat kami seperti itu—"
"Baiklah, kalian bisa kembali pada pekerjaan kalian yang sepertinya masih banyak itu—" kedua laki-laki itu tampak menatap dengan tatapan 'bagaimana-kau-bisa-tahu' mereka, "—dan aku akan kembali dengan pekerjaanku."
"Baiklah, sampai jumpa Aneki—"
"Aku akan menjemputmu besok pagi di apartmentmu Stella…"
"Aku akan benar-benar menunggu kalian—" tersenyum dan melambaikan tangannya pada layar laptopnya, "G, Hayato…"
5 Jam sebelum scene pertama…
"Dan saat kau bilang akan menjemputku besok pagi, aku tidak menyangka kalau besok pagi di Italia sekarang berubah menjadi pukul 12 siang—" gadis itu menatap pada pemuda yang datang di depan kamarnya dan membawanya keluar—kedepan sebuah mobil sport berwarna hitam.
"Jangan berisik, pekerjaanku lebih banyak daripada yang kuduga—" pria berambut merah crimson itu tampak bedecak kesal dan membukakan pintu untuk gadis itu agar bisa masuk ke dalam, "—karena ternyata Hayato dan aku tidak bisa menyelesaikan pekerjaan kami, sepertinya aku harus membawamu ke tempat kami."
"Baguslah, dengan begitu aku bisa datang ke tempatmu setelah itu tanpa harus menunggu jam siang yang kau tentukan ini," jawabnya sambil tersenyum sarkasis dan duduk di kursi penumpang, "apakah Giotto dan Tsuna juga berada di tempat kalian?"
"Aku bekerja dengan Giotto sekarang—tentu saja ia ada disana begitu juga dengan Tsuna."
"Dan hanya aku yang kalian tinggalkan selama 5 tahun ini—" menghela nafas dan dibalas dengan tawa renyah dari G saat itu.
4 Jam sebelum scene pertama…
"Namaku adalah Stella, mungkin selain G, Giotto, Tsuna, dan Hayato kalian tidak mengenaliku—" gadis itu tidak canggung untuk memperkenalkan diri saat mereka sampai di sebuah mansion besar yang dikelilingi oleh hutan dan dihadapkan dengan beberapa orang yang tampak sudah menunggu mereka, "aku adalah adik dari G dan juga kakak dari Hayato, salam kenal."
"Aku tidak pernah menyangka kalau G-dono memiliki adik selain Hayato-kun—" pemuda berambut hitam dengan aksen Jepang yang kental—bahkan lebih kental dan lebih kuno daripada orang-orang zaman sekarang.
"Tentu saja, karena Stella-chan lima tahun ini tinggal di Russia karena pendidikan dan juga pekerjaannya—" pemuda berambut kuning yang gadis itu kenal bernama Giotto tampak tersenyum kearahnya, "—aku dan Tsuna senang kau sudah kembali Stella-chan."
"Perkenalkan diri kalian dulu bodoh—ia sudah memperkenalkan dirinya bukan?"
"Kau tidak perlu berteriak seperti itu Tako Head—" menghela nafas, pemuda berambut hitam afro dengan tanda di bawah matanya seperti sebuah lambang petir, "—namaku adalah Lambo, dan dia adalah kakakku Lampo."
"Ahahaha, namaku adalah Asari Ugetsu, dan ini adalah sepupuku—Yamamoto Takeshi," kali ini pemuda yang berbicara dengan aksen Jepang kental tadi.
"NAMAKU ADALAH KNUCKLE DAN INI ADALAH ADIKKU SASAGAWA RYOUHEI DAN SASAGAWA KYOKO!" suara yang memekikkan telinga itu cukup membuatnya menutup kedua telinganya dengan erat—walaupun tidak berefek cukup berarti.
"Nfufufu~ namaku adalah Daemon Spade, dan kedua orang ini adalah adikku, Rokudo Mukuro dan Rokudo Nagi—" kali ini dua rambut tropis yang tampaknya sangat—bagaimana mengatakannya—mencolok. Padahal ia mengira selama ini warna rambutnya dan juga rambut G yang paling mencolok, dan ternyata…
Dunia memang luas…
"Sebenarnya ada dua orang lagi—tetapi mereka tampaknya belum ada di mansion dari tugas luar mereka," Stella hanya mengangguk-angguk mengerti. Yang penting ia bisa bertemu dengan empat orang yang sudah ia anggap keluarga sendiri—dan itu sudah sangat cukup.
"Sebaiknya kau ikut aku saja—tunggu aku sampai selesai dan kita akan berbincang lebih banyak lagi," G tampak menghela nafas dan menarik tangan gadis itu menuju ke dalam mansion.
"Hei, aku bukan anak kecil lagi—kau tidak perlu menggandengku!"
"Bukan urusanmu—jangan memerintahku."
"Hei!"
"G-san dan juga Stella-nee tidak pernah berubah ya," Tsuna tertawa melihat kelakuan keduanya, sementara Hayato hanya bisa menghela nafas panjang sebelum pemuda berusia 20 tahun itu berbalik dan berjalan bersama dengan Tsuna.
15 Menit sebelum scene pertama…
"Belum selesai juga?"
.
"Belum…"
.
"Aku bosan…"
.
"Sedikit lagi—"
.
"Kau tidak perlu memaksakan dirimu untuk menyelesaikannya sekarang bukan?"
.
"Bisakah kau diam dan duduk tenang?!" pemuda berusia 30 tahun itu tampak kesal dan berdiri dari kursi yang ia duduki itu dan menatap gadis di depannya dengan tatapan kesal. Duduk manis di atas sofa sambil menghela nafas bosan, gadis itu tidak menanggapi G dengan serius.
"Kau benar-benar membosankan G, aku boleh pergi ketempat Hayato, Giotto, atau Tsuna?" menatap pada kakaknya itu yang sudah muncul empat persimpangan di atas kepalanya, "boleh tidak?"
"Terserah saja!"
"Ya sudah!" berjalan cepat menuju ke pintu dan akan membuka pintu saat seseorang membidik Stella dari jendela dan tentu saja membuat G menyadari hal itu dari kilatan cahaya senjata yang ada di kaca, "lebih baik makan cake dengan Gio—"
"Stella, AWAS!"
BANG!
Saat sadar, yang ia temukan hanyalah dorongan kuat yang membuatnya terjatuh ke lantai bersama dengan G yang mendorongnya, dan suara tembakan yang menggema di ruangan itu. Membuka matanya dan menatap pada ruangan itu.
"A—apa itu tadi?!"
"Jangan bergerak Stella!" G yang masih melindunginya dengan berada di atasnya tampak mencoba untuk mengambil handphone dan menghubungi seseorang, "Giotto, apa yang sebenarnya terjadi?!"
…
"Apocaly Famiglia—mereka berani menyerang kita!?" Stella mengerutkan alisnya mendengar kata-kata yang familiar itu—famiglia. Saat baru akan bertanya, serentetan tembakan tampak lagi-lagi terdengar membuatnya menutup matanya.
"Sebaiknya kita pergi ke aula utama Stella, ayo bergerak—"
"Tidak perlu kau—" menoleh pada meja yang ada di depan sofa tempatnya duduk tadi, melihat sebuah tas yang tampak tergeletak dengan rapinya disana, "—tunggu, laptopku."
Berlari begitu saja dan mengambil tas yang ada disana.
"OI AWAS BODOH!"
BANG!
"AAH!" menunduk dengan segera setelah berhasil membawa laptop yang ada di dalam tasnya itu. G menarik tangan gadis itu dan segera membuka pintu untuk membiarkan mereka berdua keluar. Suara kaca yang pecah dan juga langkah kaki yang terdengar masuk dari ruangan bisa menyimpulkan bahwa orang-orang tadi masuk ke dalam ruangan.
…Stella's POV…
Baiklah, aku akan memperkenalkan diri dengan baik dan jelas sekarang. Namaku adalah Stella dan usiaku adalah 25 tahun. Aku adalah anak kedua dari tiga bersaudara, kakakku bernama Gio—ah, lebih baik kupanggil G saja daripada aku harus terkena celotehannya. Dan adikku adalah Hayato.
Selama 5 tahun lamanya aku tinggal di Russia untuk pendidikan dan juga pekerjaanku, dan sekarang saat aku kembali untuk mengunjungi kedua saudaraku—hal ini yang menyambutku.
Apakah memang tidak ada yang lebih baik daripada Russia?
End POV
"Giotto!" suara itu membuyarkan lamunan gadis berambut crimson itu. Menoleh saat menemukan Giotto dan yang lainnya berada di depan mereka dan menghampiri mereka—tanpa ada satupun yang kurang.
Tanpa berhenti dari langkah mereka, dengan segera sesaat sebelum mereka bertabrakan, G yang masih menggendong Stella berbelok begitu juga dengan Giotto—kearah yang sama. Sebuah ruangan dengan pintu yang sangat besar.
Saat semua sudah masuk, dengan segera pintu itu ditutup dan semuanya tampak diam dan heningpun menguasai.
"Aman juga…"
…
"Turunkan aku G!" Stella menoleh pada G yang masih menggendongnya dengan tidak elit. Dengan segera G menghempaskan begitu saja Stella dan menghela nafas panjang dan berat—sepertinya kelelahan, "hei kau bisa lebih halus menurunkanku?!"
"KAU HAMPIR MEMBAHAYAKAN DIRIMU SENDIRI HANYA KARENA BENDA ITU!"
"Memangnya kenapa?! Sudah kubilang separuh nyawaku ada di dalam sini!"
"KALAU KAU TERTEMBAK BUKAN HANYA SEPARUH NYAWAMU YANG MELAYANG TETAPI SEMUANYA BODOH!"
"G-dono, kalau anda tidak mengecilkan suara anda—" Ugetsu mencoba untuk menghentikan G dan juga Stella yang sedang bertengkar meskipun percuma.
"Aku tidak butuh nasihatmu! Lagipula memang apa yang terjadi sampai orang-orang itu menembaki kita!"
Hening tiba-tiba menguasai, tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan dari Stella dan membuat gadis itu tampak mengerutkan alisnya curiga dan juga bingung.
"Apakah karena pekerjaan kalian?"
"Bisa—dibilang seperti itu," Hayato menggaruk kepala belakangnya dan tampak bingung untuk menjelaskan semuanya pada gadis itu, "yang penting sekarang kalian berdua—diamlah atau mereka akan—"
BRAK!
"Vongola Primo—kami akan menghancurkanmu hari ini, bersiaplah!" suara pintu yang terdobrak terdengar dan memunculkan beberapa orang yang tampak membawa senjata dan mengepung mereka.
"Vongola…?" alisnya berkerut, seolah tidak percaya dengan pendengarannya.
Stella's POV
Aku—Stella, hanya ingin hidup damai dan juga tanpa masalah. Menjadi seorang sutradara film dan juga pembuat novel adalah cita-citaku. Semua kejadian action menurutku hanya ada di dalam film dan aku tidak mengharapkan itu terjadi dalam kehidupanku dan juga kehidupan keluargaku.
Tugas dari boss menurutku diluar dari apa yang menjadi kehidupanku—itu yang kuduga selama ini. Tetapi kenapa—yang kuhadapi itu lebih daripada yang aku fikirkan?
Dan mulai sekarang—aku sangat yakin, mau tidak mau, suka atau tidak suka—kehidupanku benar-benar akan berubah sepenuhnya.
Terkutuklah kau kakak bodoh!
To be Continue
Cio : sudah lama ga bikin pairing OC…
Kiri : Dan sebenarnya sensei ga begitu suka sama cerita pairing OC kan?
Cio : Aku hanya melakukan sebuah riset =/ lagipula dulu me pernah bikin fanfic pairing OC kan?
Kozu : dan dihapus begitu saja dengan alasan Re-Write dan ternyata sampai sekarang tidak dilakukan =_=
Cio : I—itu karena…
Kiri + Kozu : karena sensei tidak konsisten!
Cio : Jahatnya… #orz
Kiri : Jadi ini ceritanya—Original Character bernama Stella adalah seorang jurnalis lepas dan juga pembuat novel serta calon pembuat naskah film.
Cio : begitulah—dia tidak ada hubungan dengan dunia mafia dan selama 5 tahun lamanya ia tinggal di Russia setelah mendapatkan beasiswa.
Kozu : dia adalah adik dari G dan kakak dari Gokudera?
Cio : Bisa dibilang disini Vongola baru berdiri dan bersetting di masa Tsuna dan yang lainnya. Hayato dan G itu saudara kandung dan diantara mereka ada satu orang lagi cewe yang namanya Stella—anak kedua dari tiga bersaudara itu.
Kiri : Bagaimana dengan kemampuan hackingnya?
Cio : itu bukan bakat ilmiah, selama 5 tahun lamanya kehidupannya berada di dunia maya dengan membuat artikel, membuat cerita dan sebagainya. Pekerjaan jurnalis juga memaksanya untuk mencari informasi dengan cara apapun termasuk masuk dalam sebuah website dengan cara hacking.
Kozu : kau tidak akan membiarkannya menjadi Mary Sue bukan? Itu akan membunuh dirimu perlahan =_=
Cio : Aku benci Mary Sue… aku mencoba untuk membuatnya tidak terlalu memiliki masa lalu kelam, hanya keluarga biasa bersama dengan G dan juga Hayato. Selain kedua orang tuanya meninggal dengan damai tentunya.
Kiri : kita lihat saja Biodata yang anda buat sensei!
Nama : Stella
Usia : 25 tahun
Genre : F
Sifat : Tomboy, urakan, emosional, semi-workaholic, punya rasa ingin tahu yang tinggi, orang yang terlalu nekad kalau menyangkut pekerjaan, sayang pada keluarga.
Kelebihan : Hacking, membuat kopi, dan memasak.
Kelemahan : Pelajaran selain matematika dan juga Fisika serta Kimia, berdandan, ceroboh, tidak bisa memegang senjata sama sekali, orang yang kelewatan cuek, terlalu nekad.
Penampilan : Rambut berwarna crimson dengan panjang hingga se-bahu, mata berwarna hijau jade, pendek (165/50), selalu tampak terlihat lelah.
Senjata : -
Kegemaran : Kopi, Hacking, membuat cerita, mencari tahu sesuatu yang tidak ia tahu.
Yang tidak disuka : Deadline, kebohongan, orang yang merusak sebagian nyawanya—laptop.
Family : G. (Big Brother), Hayato (Little Brother)
