Cast: Lee Donghae - Cho Kyuhun. Karena ini fantasy, saya berniat masukin beberapa ikatan brothership di antara member yang lain. Biar agak rame. xD


"Cepatlah, matahari akan segera terbit!"

.

[CHAPTER 1]

.

Matahari masih enggan menampakkan dirinya, pada sebagian permukaan bumi kala itu. Ia masih bersembunyi, di antara awan-awan berselimut sedikit sisa dari sinar rembulan, yang sudah menghabiskan waktunya menemani sang malam.

Udara masih terlalu dingin, untuk disentuh oleh kulit rapuh manusia. Namun, ada. Masih ada beberapa sosok bagai manusia yang tengah menapaki rerumputan berembun di sekitar kakinya menapak. Rerumputan, dengan tinggi satu mata kaki yang begitu hijau.

"Ini terlalu segar.." ungkap salah satu di antara mereka, yang tengah mengenakan jaket hitam yang teramat tebal di tubuhnya. Jaket tebal yang melindungi dirinya dari dingin tentunya. Meski, aneh sebenarnya bila kita amati kakinya yang tak terbalut apapun. Sepasang tangan, tiba-tiba meraih kedua sisi pundaknya. Sepasang tangan milik seseorang yang sejak tadi, berjalan di belakangnya, membuntuti dirinya.

Dirinya yang entah siapa, jika saja tak ada nama terlontar untuknya. "Hirup sepuasmu, Lee Donghae.."

Ya. Ia yang bernama Lee Donghae. Ia yang tengah menapaki rumput hijau yang dingin itu. Ia yang berjalan dalam riang, meski kakinya tak beralas. Ia yang tengah menapaki jalan bersama seseorang di belakangnya. Ia yang lantas berkata "Tentu, Lee Sungmin!" dengan ketusnya, karena? "berhenti memanggil nama lengkapku, hyung.." ia yang nampak sebal dengan nama utuhnya.

Sungmin? Sang hyung yang masih setia menyentuh kedua pundak Donghae, mengulum senyumnya mendengar rutukan sang adik, seolah itu adalah hal yang biasa ia lihat. Lantas di detik berikutnya, satu helaan nafas tercipta, disertai dengan sebuah ucapan.

"Hirup sepuasmu, sebelum sinar matahari merusak semuanya.." ucap Lee Sungmin, disertai dengan rumput di sekitar kaki meraka yang layu, mengering, hingga mati.

...

Donghae tengah mendelik sebal, hingga harus melipat kedua tangannya di dada. Tak henti bola matanya mengerling, pada Sungmin yang masih asik memilah beberapa bahan makanan tanpa mengenal waktu.

Keduanya sudah berada di bawah terik matahari pagi dan itu, membuat Donghae seolah mati kepanasan. Bagaimana tidak? Baik dirinya ataupun Sungmin, berada dalam kondisi tubuh tertutup rapat kecuali wajah keduanya, yang itupun, sebenarnya tak dapat tersentuh cahaya, karena topi yang mereka kenakan.

"Kau ingin apa untuk makan malam nanti, Hae-ya?" tanya Sungmin kemudian dengan mata yang masih tertuju pada beberapa deretan jeruk dengan warna kuning yang menggoda.

"Apa saja!" jawab Donghae cepat, untuk selanjutnya, ia melirik tajam, dan terlihat gusar sambil menarik lengan sang hyung dan berucap "cepat kita pulang!" dengan tak sabar.

"Kau kenapa, Hae?!" Sungminpun bertanya akan tingkah Donghae yang berlebihan.

Namun Donghae, tentu mempunyai alasan yang cukup kuat, dimana, hanya mereka yang mengerti. Ia berkata bahwa "mataharinya, hyung! Ini sangatlah terik!" jelasnya sambil mengernyit dengan keringat di dahinya.

Sungmin menyadarinya. Ia segera membeli beberapa jeruk, namun?

"Awas!" peringat Donghae kala Sungmin akan mengeluarkan uang dari sakunya, lantas menutup kulit di jemari Sungmin dengan jemarinya.

Penjual jeruk, yang nyatanya tak memiliki tenda tertutup untuk barang dagangannya itu, membuat sinar matahari menyembur bebas. Dan, baik itu Sungmin ataupun Donghae? Lupa akan hal itu, hingga..

"Agh!" Donghae memekik pelan, kala sinar matahari itu, menyentuh kulit pada jemarinya. Sedang Sungmin?

"Oh tidak!" decaknya, lantas memakai sarung tangan pada tangannya, lalu meraih jemari Donghae. Dengan cepat ia berlari, membawa Donghae bersamanya, tentunya.

Cepat! Sangat cepat mereka meninggalkan keramaian, menerobos jalanan hingga sampai di sepanjang jalanan yang sepi, dengan pohon bertebaran di sekitarnya. Juga? Jangan lupakan beberapa sosok terbang yang mengikuti mereka entah sejak kapan.

Donghae terus saja berkata tak karuan. "Tidak! Mereka mengejar, cari jalan lain! Jangan sampai mereka menemukan rumah kita!" pekiknya tertahan.

Namun Sungmin nampak lebih jeli. "Diam bodoh!" umpatnya pada sang adik. "Kucarikan jalan keluar.." omelnya, meski tiada henti membawa serta sang adik dalam genggamannya.

Beberapa menit berlalu, hingga keduanya nampak berjalan dengan lunglai di antara daun kering di sekitar kaki mereka. Sepanjang jalan tertutup, yang berhiaskan pohon dengan daun berwarna emas yang bergoyang ringan sebagaimana angin yang meniupnya dengan pelan.

"Semua salahmu, hyung.." rutuk Donghae sambil memakan jeruk yang baru saja Sungmin berikan untuknya.

"Kau yang mengajakku keluar!" bela Sungmin sengit, hingga?

"Siapa yang mengijinkan kalian keluar di siang hari?!"

Sungmin dan Donghae? Merasa tertekan dalam sekejap. Mereka merasa, seolah setiap bulu halus di tubuh mereka berdiri tegang. Dan perlahan, keduanya mencoba berbalik, untuk melihat ke arah sumber suara.

"Hyung.." ucap keduanya takut.

...

Lee Sungmin dan juga Lee Donghae, tengah melangkahkan kaki mereka perlahan dengan kepala tertunduk takut.

Sementara di depan keduanya?

Seorang hyung tengah melangkah dalam wibawanya. Langkah pelan yang diiringi dengan senyum ramah, meski itu tak berlaku untuk kedua adiknya, Donghae dan Sungmin. Karena saat ketika ia melirik pada dua adiknya tersebut, maka ia akan bicara "jangan pernah mencoba kabur!" dengan sangat tajam.

Sungmin mengangguk takut, sedang Donghae mendengus sebal, dan membuat sang hyung harus menarik kerah bajunya agar ia menurut. Berakhir dengan rontaan dari mulutnya dan langkah cepat Sungmin di belakangnya.

Selang kemudian,

Brak!

Terdengar suara benda yang bertubrukan dengan sangat keras. Ternyata itu adalah sebuah pintu yang dibuka paksa hingga harus mengecap kerasnya dinding. Seseorang telah membukanya dengan keras!

"Sudah hyung bilang untuk berhenti berbuat nakal!"

Donghae ada di antaranya. Tengah menutup telinga sambil terus mendelik sebal. "Aku bosan hyung!" timpalnya dengan tampang menyebalkan.

Sang hyung terpaksa harus menarik dalam nafasnya. Ia berkacak pinggang sambil berusaha menahan emosi yang terus meluap sejak sang adik, terus saja memancing emosinya tersebut.

"Leeteuk hyung, ini salahku, Donghae.." potong Sungmin, namun Leeteuk segera mengangkat tangannya, memberi perintah pada adiknya yang lain yang sedikit lebih menurut.

"Lihat!" lanjut Leeteuk, "setidaknya kau harus bisa lebih baik, seperti Sungmin," jelasnya.

"Tapi dia ikut denganku tadi!" balas Donghae, benar-benar membuat Leeteuk harus menahan luapan amarah di ubun-ubunnya.

"Dengar, Hae. Kau tahu posisi kita, bukan? Di bumi ini bahkan kita hanya singgah sementara! Kita sedang bersembunyi!" tuturnya masih memiliki sisa kesabaran. "Kau tahu betapa hyung bersusah payah, menjaga kita semua disini.."

"Aku tahu.."

"Kau tahu, apa jadinya bila mereka menemukan kita kan, Hae?"

"Aku tahu.."

"Kau tahu, aku tak akan mampu hidup bila tak bisa menjagamu, menjaga kalian, dengan baik?"

Donghae mulai gusar. Ia berdiri dan mulai gelisah. Sedikit raut menyesal akhirnya nampak pada wajahnya. Diliriknya Sungmin, yang menunduk patuh, membuat hatinya tersentuh hingga akhirnya, bibirnya berucap "maaf, hyung.." dengan tulus.

Leeteuk dapat menarik lega nafasnya mendengar itu. Ia tahu, Donghae tak senakal yang dipikirnya meski, tetap saja, setiap ulahnya, selalu membuatnya hawatir setiap saat.

"Sungmin-ah, bantu aku menjaganya. Kau juga hyungnya bukan?!" ucap Leeteuk tersenyum, setelah ocehannya benar-benar terhenti. Ocehan singkat yang sepertinya, ampuh untuk mengendalikan dua adiknya tersebut.

...

Di tempat lain yang teramat jauh, seorang anak kecil baru saja menggerakkan jemari mungilnya untuk menutup lembaran buku bergambar miliknya. "Eomma.." tuturnya pelan, karena nyatanya, sang ibu tengah berada di dekatnya.

Sang ibu yang tengah berkutat dengan pekerjaan yang menumpuk dalam komputernya itu, segera menyahut dan memandang putranya. "Kenapa, Kyuhyunie sayang?" tanyanya sambil mengelus surai seorang bocah bermarga Cho tersebut. "Sudah selesai membacanya?"

Kyuhyun mengangguk kecil, lantas membawa bukunya ke dalam dekapannya. "Eomma.." ucapnya lagi dengan satu kedipan. "Apakah benar, dewa matahari mempunyai banyak anak?"

Sang ibu mengernyit lantas melihat cover dari buku dongeng yang telah dibaca sang anak. Itu memanglah buku yang menceritakan tentang legenda dewa matahari.

Kyuhyun tak juga mendengar jawaban dari sang ibu, hingga ia harus menyenggol lengan dari ny. Cho tersebut. "Benar tidak?" tanyanya lagi.

Ny. Cho melepas kacamata yang tengah ia pakai, lantas meraih Kyuhyun ke dalam pangkuannya. "Apa kau begitu tertarik dengan dongengmu hari ini, hn?" tanya ny. Cho sambil mengambil kecupan singkat pada pipi Kyuhyun yang begitu bulat berisi.

Kyuhyun mengangguk lucu, lantas bibir tipisnya mulai menjelajah tiap kata yang berhasil ia ingat dari buku dongeng yang ia baca tersebut. "Mereka bilang, penguasa langit yang bersayap hitam itu, mencari anak dari dewa matahari, untuk keabadian mereka!"

Ny. Cho mengulum senyumnya. Betapa lucu, saat anaknya seperti tengah mendongeng untuknya. "Lalu?" tanyanya, mengundang Kyuhyun agar terus bercerita.

"Lalu, mereka. Ah, anak dewa matahari itu.." ucap Kyuhyun terbata, karena dirinya harus berbicara sambil mengingat. Sejenak ia buka kembali buku dongengnya, lantas melihat bagian cerita yang tak mampu ia ingat. "Anak-anak itu, turun ke bumi untuk bersembunyi," lanjut Kyuhyun.

"Bumi?" tanya ny. Cho dengan ekspresi terkejut yang ia buat.

Kyuhyun mengangguk yakin. "Mereka bersembunyi di bumi kita!" tegasnya.

"Lalu apa yang terjadi pada mereka?" kembali ny. Cho, kali ini sambil mengais tubuh Kyuhyun, dan membawa anak itu menuju kamarnya.

"Mereka akan mati jika bertemu penguasa langit! Aku ingin menolong mereka," oceh Kyuhyun, meski ia sudah berada dalam posisi terbaring di tempat tidurnya, bahkan buku dongengnya, sudah tak lagi dalam dekapannya.

Ny. Cho mematikan lampu kamar tersebut, setelah sebelumnya, ia kecup kening Kyuhyun sambil berujar "saatnya kau tidur, sayang.." membuat Kyuhyun lantas menghentikan ocehannya dan mulai menutup matanya.

Inilah, sebuah ocehan sang bocah, mengenai dongengnya. Dongeng yang nyatanya? Nampak benar, kala beberapa sosok, dengan bayangan hitamnya yang tersorot sinar rembulan, tengah mengepakkan sayap mereka, dan terbang bebas entah kemana.

Sementara itu, ny. Cho? Tengah menatap ke arah langit sejak dirinya menyibakkan jendela kamar Kyuhyun sambil menatap sendu ke arah langit. Ia berkata "anakmu, mulai mencarimu.." dengan sangat pelan, tersamarkan oleh suara angin yang begitu riuh menerjang malam itu.

TBC

Boleh kan ya, saya bawa brothership yang lain? xD terima kasih sebelumnya. :)