Disclaimer: Naruto bukan milik gw.


Brengsek.


.

.

Siapa yang tidak tahu, ketangguhan dan kehebatan pengendalian pasir Kazekage Suna. Sabaku no Gaara. Menjadi idola dari segala umur, bahkan penghuni desa lainnya. Tampan, dingin, tatapan menusuk, dengan gentong pasir dan jubah Kazekagenya, Gaara adalah pujaan semua wanita. Kehidupan yang terbilang sempurna, apalagi memiliki dua istri yang selalu memperebutkan 'jatah malam' bersamanya.

"Gaara-kun milikku, malam ini!" Amethyst pucat itu berkilat menatap Sapphire muda di hadapnnya.

Ino menipiskan bibir dan menatap Hinata sebal. "You wish, Hinata! Gaara-chan sudah berjanji untuk bersamaku malam ini."

Dari balik pintu geser yang membatasi ruang keluarga dan ruang kerja sang Kazekage, Gaara menjatuhkan dagu di atas tinju tangannya pada meja kerja. Mendengar perdebatan yang hampir setiap malam selalu sama. Adik dari Jounin handal Sunagakure, Kankuro dan Temari, itu menghela napas bosan.

"Apa yang membuatmu begitu bersikeras?"

"Aku bisa membuatnya sangat 'mengeras'…" Hinata menyilangkan kedua tangan, "Plus, dadaku lebih besar."

"Hanya beda beberapa milimeter!" Ino menyergah dengan wajah memerah.

Seringai tipis muncul di wajah Gaara mendengar perdebatan rutin istri-isrtinya. Pergulatannya dengan gulungan-gulungan laporan misi sudah selesai sedari tadi. Namun Gaara mengurungkan niat untuk melerai para istri, nampaknya topik yang diangkat dalam acara debat kali ini membuatnya tertarik.

"AKU BISA MEMBUATKAN MAKAN MALAM YANG LEZAT UNTUKNYA!" teriakan Ino terdengar disusul oleh kikikan geli Hinata.

"Aku bisa membuatnya menambah beberapa ronde."

Gaara menajamkan pendengaran saat beberapa puluh detik kemudian suara istri pertamanya, Ino, tak lagi terdengar. Kerutan samar menghiasi dahi tanpa alisnya, ia menggeser bangku yang ia duduki untuk kemudian bangkit.

"Ah, ternyata begini caramu?" pekikan tertahan Ino terdengar berbisik dan agak aneh. Ragu-ragu Gaara mendekatkan telinganya ke daun pintu.

"Hentikan, Hinata! Kau membuatku takut! Kyah!"

Bertengkar? Sudah tidak heran. Tapi kalau sampai adu fisik, rasanya Gaara perlu menengahi. Tanpa babibu, Gaara membuka pintu geser tersebut.

JGERR. Sungguhan ada suara petir lho, sampai-sampai kedua makhluk cantik itu tidak menyadari suara gesekan pintu yang Gaara geser. Gaara menyandarkan sebelah bahunya di ambang pintu dengan kedua tangan yang menyilang seperti biasa.

Ino mendesah terpejam dan posisi Hinata memunggungi pintu.

"Brengsek."


Catatan: yang ngerti, pasti tau maksud kata 'brengsek'nya Gaara.