A/N:

Hello everyone!

I'm a newbie in this fandom. Please be nice to me and no flame. But, some constructive reviews and compliments are welcome ^_^.

Oh ya, sekedar ngasih tau kalo di chapter ini ada beberapa scene yang saya ambil dari dari phase terakhir GSD.

And so, please enjoy!

R&R #wink

Disclaimer:

GS and GSD belong to SUNRISE and Bandai

But, this fic is mine.


Continuation

(Scene ini diambil pada saat beberapa kru Archangel yaitu Neo Lornnoke/Mwu la Flaga, Murrue Ramius, Kira Yamato, Lacus Clyne, dan Athrun Zala untuk menyampaikan salam terakhir kepada pemerintahan ORB yang tentu saja diwakili oleh Cagalli Yula Atha)

Dari dalam Archangel, Meyrin dapat melihat hal tersebut dari jendela yang ada di dekatnya. Dia menatap wanita berambut pirang yang tak lain adalah pemimpin ORB tersebut. Lalu, beralih pada sosok berambut biru gelap yang sedang memeluknya.

Ia teringat kembali kepada beberapa saat yang lalu ketika Cagalli mengatakan padanya untuk menjaga Athrun karena dia tak bisa pergi dengannya (maksudnya, Cagalli gak bisa pergi ikut pergi sama Archangel^_^).

Gadis berambut merah tersebut menghela napas dengan pelan. Dia memahami bagaimana perasaan Cagalli terhadap Athrun.

(Scene kemudian beralih saat Lacus Clyne sudah berada di Plant. Kira memakai seragam yang mirip dengan yang dipakai yzak, sedangkan Athrun masih memakai seragam militer ORB dan shinn yang memakai seragam merah ZAFT)

Beberapa hari setelah pengangkatan Lacus sebagai pemimpin Plant yang baru. Athrun sedang berada dikamarnya yang berada di salah satu bangunan militer di Plant. Ia sedang bersiap, mengemasi barangnya, hendak pergi.

FLASHBACK

Ucapan selamat yang diberikan kepada Lacus Clyne sebagai pemimpin Plant yang baru, memenuhi aula tempat wanita berambut pink itu menyampaikan pidatonya. Semua orang merasa senang dan berharap ini adalah suatu permulaan yang baik untuk mencapai kedamaian sehingga tidak ada lagi peperangan yang merenggut nyawa manusia yang tak berdosa yaitu mereka yang tak pernah terlibat dalam kekejaman perang yang terjadi.

Lacus dikelilingi oleh beberapa dewan petinggi Plant yang memberikan selamat padanya. Tak jauh dari sana Kira mengawasi ketua baru Plant tersebut, namun tiba-tiba pikirannya beralih pada sahabatnya, Athrun. Dilihatnya laki-laki tersebut keluar dengan diam dari ruangan. Kira mengikutinya. Kemudian didapatinya laki-laki tersebut sedang berdiri menatap keluar jendela. Laki-laki bermata violet itu menghampiri sahabatnya perlahan dan berdiri tepat disebelahnya.

Athrun menyadari kedatangan Kira namun matanya tidak pernah lepas dari pemandangan yang ada di hadapannya.

"Pemandangan yang indah, bukan begitu, Athrun?" ucap Kira.

Athrun mengangguk. "Aku berharap, tidak ada lagi perang di dunia ini."

Kali ini Kira yang mengangguk, menyetujui kata-kata Athrun. "Tapi, kita tidak bisa memastikan bahwa hal itu tidak akan terjadi lagi selama masih ada orang-orang yang memiliki ambisi dan melakukannya melalui jalan yang salah." Kira terdiam sejenak, lalu memandang sahabatnya tersebut, "Namun, kita masih dapat berusaha untuk mencegah sebelum semuanya terjadi."

"Kau benar." Jawab Athrun dengan tersenyum.

"Lalu, apa kau akan tetap berada di Plant?" tanya Kira tiba-tiba.

Athrun sedikit terkejut dengan pertanyaan Kira, kemudian ia menunduk sebentar dan menjawab, "Aku—Sepertinya, aku akan kembali ke ORB."

END OF FLASHBACK

Athrun kemudian sampai di ORB, ia menempati sebuah hotel yang ada di wilayah Onogoro. Di dalam kamar, Athrun membuka laptopnya dan melihat beberapa berita terbaru yang ada di Internet.

Athrun's POV

Satu per satu kubaca artikel-artikel yang muncul di internet. Kebanyakan dari artikel tersebut memberitakan tentang perjanjian perdamaian yang dibuat antara Pemerintah ORB dan Plant. Lalu, tentang pengangkatan Lacus Clyne sebagai Ketua Plant yang baru dan beberapa artikel memberitakan mengenai ORB yang sedang berusaha memulihkan kondisi negaranya akibat perang ini.

Di beberapa artikel, aku dapat melihat wajah Cagalli. Untuk kesekian kalinya, aku meraih kalung yang menggantung di leherku. Kalung yang diberikan Cagalli untuk melindungiku. Aku tersenyum ketika aku kembali teringat saat dirinya memberikan kalung ini padaku.

'Kau tahu Cagalli, kau selalu melindungiku.'

Aku mengeluarkan kalung tersebut dari leherku sambil berjalan menuju tempat tidur, kemudian aku menghempaskan diriku diatasnya. Aku menatap batu oval berwarna merah yang berada di telapak tangan kananku. Cukup lama aku memandang batu tersebut.

Tiba-tiba terlintas ingatan di pikiranku saat Cagalli menyampaikan pidato sebelum Archangel terbang menuju tempat dimana Gilbert Dullindal berada. Dia tidak lagi memakai cincin yang kuberikan padanya. Hatiku terasa sakit. Bukan karena aku marah padanya sebab ia melepaskan cincin tersebut, justru menurutku wajar saja Cagalli melakukan hal itu setelah semua hal yang kulakukan padanya. Namun, semua hal yang terjadi juga bukan sepenuhnya kesalahanku.

Aku mendesah pelan. Sekali lagi kupandangi kalung itu sebelum akhirnya, aku kembali memasangkannya ke leher.

"Aku merindukanmu..." bisik Athrun.

Normal POV

—Plant—

"Kira!" seorang wanita berambut pink yang tengah berjalan dibelakang laki-laki yang dipanggilnya tersebut. Kira menoleh ke arah sumber suara. Lalu tersenyum lembut kearah wanita tersebut. Dilihatnya kalau Lacus sedang berjalan sendirian tanpa diikuti oleh para pejabat tinggi Plant yang hampir setiap saat bersamanya.

"Sendirian?" tanya Kira sambil melihat ke sekeliling Lacus.

Lacus tersenyum, kemudian ia mendekat pada kekasihnya itu, "Pertemuan hari ini sudah selesai. Sekarang aku akan kembali ke mansion."

Kira meraih tangan Lacus dan berjalan beriringan dengannya. Tanpa kata-kata pun, baik Kira maupun Lacus sudah memahami semua maksud dan tindakan pasangan mereka masing-masing.

Sesampainya di tempat tujuan, Lacus langsung menuju ke ruang tamu dan mendudukkan dirinya diatas sofa. Kira mengambil segelas air dan memberikannya pada Lacus.

"Hari yang melelahkan, ya?" Ia juga mengikuti Lacus dengan duduk disampingnya.

Lacus tertawa kecil dan menggeleng, "Tidak juga."

"Ano, apakah Athrun sudah berangkat menuju ORB?" tanya Lacus.

"Ya, kemarin sore."

"Ara—aku tidak sempat mengantarnya, sayang sekali..." ujar Lacus sedikit sedih karena ia tidak dapat mengantar kepergian Athrun yang sudah dianggapnya seperti saudara tersebut.

Kira membelai rambut Lacus dengan penuh sayang lalu mengatakan, "Tidak masalah. Athrun pasti paham dengan situasimu sekarang."

Lacus menyandarkan kepalanya pada bahu Kira. Sementara Kira tetap meneruskan kegiatannya yang mengelus rambut pink wanita itu. Untuk beberapa saat, mereka diam-menikmati kesunyian yang menyelimuti mereka.

"Oh ya, Kira"

"Hmm?"

"2 minggu lagi, aku akan pergi ke ORB" ucap Lacus. Kira mengubah posisi duduknya dan setelah itu, melihat wajah kekasihnya yang sedang tersenyum.

"Aku dan Cagalli berencana untuk mengadakan pertemuan. Lalu, kita bisa mengunjungi bibi Caridad dan Marchio-san serta yang lainnya untuk beberapa hari."

Sebuah senyuman mengembang di wajah Kira. Lacus tahu, kalau Kira merindukan ibu–angkat yang sudah dianggapnya sebagai ibu kandung–nya serta ingin mengunjungi saudara kembar perempuannya tersebut walau, mereka telah bertemu sekitar 3 minggu yang lalu sebelum Kira berangkat ke Plant bersama Athrun dan yang lainnya untuk menghadiri acara pengangkatan Lacus sebagai ketua Plant yang baru.

xXx

—Atha's Manor—

"Ohayou Gozaimasu, Cagalli-sama." Sapa salah seorang pelayan yang berada di ruang makan. Cagalli mengangguk ke arah pelayan tersebut. Sementara dua orang yang lainnya, meletakkan piring, gelas, dan makanan untuk Cagalli.

Kemudian wanita pirang tersebut duduk. Namun, belum sempat ia meminum teh yang ada di hadapannya, salah seorang pelayan dari ruangan lain menghampirinya.

"Sumimasen, Cagalli-sama. Kisaka-san ingin berbicara dengan anda." Lalu, pelayan tersebut menyerahkan telepon (wireless) itu.

"Moshi-moshi." Ucap Cagalli.

"Cagalli, kenapa kau tidak menjawab panggilanku di handphone-mu?" tanya Kisaka dengan nada frustasi.

"He?" Cagalli segera mengeluarkan handphone-nya dari saku celana dan ia melihat beberapa panggilan masuk yang tidak diangkatnya. "Aku tidak mendengar handphone-ku berbunyi."

Kisaka menghela napas, "tadi Kira menghubungiku kalau dia dan Lacus-sama akan datang ke ORB minggu depan."

"Hontou ni?!" seru Cagalli kaget. "Seharusnya, mereka memberitahuku lebih dulu!"

"Kau tidak mendengar handphone-mu berbunyi!" ujar Kisaka.

Cagalli hanya mendecak pelan mendengar Kisaka yang meniru kalimatnya. Ia kembali memeriksa handphone-nya itu. Sudah berapa banyak panggilan yang masuk ke handphone-nya itu sejak ia silent-kan karena tidak ingin ada yang menganggunya saat ia sedang melanjutkan pekerjaannya semalaman seperti Kisaka misalnya. Dia pasti akan memarahi Cagalli agar ia selalu menjaga kesehatannya dan menyuruhnya untuk beristirahat. 'Dia bukan dokterku!' batin Cagalli kesal.

Tangannya terus menekan tombol handphone miliknya. 'Kisaka 5 kali, lalu Kira...hm, 3 kali lalu...ATHRUN?'

"Cagalli! Kau masih mendengarkanku?" tanya Kisaka yang merasa diabaikan setelah ia berbicara panjang lebar.

"A—tentu saja. Ada apa?"

"Haah, sudahlah. Lebih baik, kau cepat datang ke gedung Parlemen. Pertemuan dengan perwakilan negara Skandinavia akan dimulai sebentar lagi."

"Baiklah."

Cagalli memutuskan pembicaraan dan meletakkan kembali handphone tersebut ke saku celananya. Tanpa menyentuh sarapannya, dirinya langsung masuk ke mobil dan menyuruh supirnya untuk segera menuju tempat pertemuan.


Author's note

hehehe makasi yang udah mau baca fic saya.

jadi gimana pendapat minna? aneh, gaje, biasa, basi(?)

sebenarnya fic udah lama banget saya buat, namun seteleh menimbang-nimbang akhirnya saya publish juga

so, RnR onegai...!