Teiko High School dikejutkan dengan mendaftarnya enam orang cewek super tjantik dengan kepribadian berbeda-beda. Bukan hanya itu, warna rambut sampai ukuran dada mereka juga beda-beda. Pokoknya, mereka itu seperti pelangi di langit biru. Tidak ada hubungannya, tapi ya gitu deh.

Dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, kepopuleran keenam cewek yang dijuluki The Beauty Generation itu sudah menggeser posisi Satsuki Momoi, cewek terpopuler sebelumnya. Meskipun baru kelas satu, tiap-tiap dari mereka sudah menebar charm yang membuat setiap cowok jatuh cinta.

...

Kuroko no Basuke beserta cowok-cowok ganteng di dalamnya punya Tadatoshi Fujimaki seorang *nangis darah di balik layar*

High School Romance punya saya

Warning: Fem!GoM, super OOC, berisi karakter dan ejaan yang dinistahkan. Fanfic ini hanya untuk kesenangan sendiri~

Note: Karena mereka jadi cewek, tinggi badan mereka saya buat lebih pendek di sini. Biar kiyut ~ ohoho.

Happy Reading!

...

Sudah sembilan kurang delapan bulan keenam cewek itu menebar pesonanya di Teiko High. Bak acara Take Me Out, mereka berenam berjalan dengan elegannya melewati kerumunan cowok-cowok.

Cewek pertama berambut merah dan berada di center. Rambut panjang bergelombangnya diikat menjadi twintails. Ia berjalan dengan gaya angkuh namun malah membuat cowok di sekitarnya cenat-cenut. Dialah Akashi Seiko. Kelas X-A.

Cewek kedua berambut hijau dan dipotong dengan style yang disebut-sebut Hime-cut. Ia mengenakan kacamata minus dan terlihat menenteng sebuah boneka kodok yang dia sebut-sebut sebagai lucky-item-nya. Dialah Midorima Shina. Kelas X-A.

Cewek ketiga berambut biru muda sebahu dan memiliki wajah yang lebih datar dari Midorima Shina. Mata sebiru lautannya menatap lurus ke depan. Tubuhnya lebih pendek dari Seiko. Dialah Kuroko Tetsu. Kelas X-B

Cewek keempat berambut pirang panjang dan senantiasa menyebarkan senyum manis. Tiap kali seseorang bergerak untuk mengambil fotonya, ia berhenti sejenak dan memasang pose peace. Si ceria berwarna mata senada dengan warna rambutnya itu ialah Kise Ryoumi. Kelas X-B.

Cewek kelima berambut biru tua dan dipotong pendek seperti laki-laki. Kulitnya bewarna tan dan seragamnya yang paling acak-acakkan diantara teman-temannya. Ia juga senantiasa menebar senyum seperti Kise Ryoumi. Cewek tomboy itu ialah Aomine Dai. Kelas X-B.

Cewek terakhir berambut ungu dan ditata cepol dua. Dimulutnya terdapat sebatang Pocky rasa teh hijau. Meskipun merupakan yang bertubuh paling tinggi di antara teman-temannya, ia berwajah polos seperti anak kecil. Dialah Murasakibara Atsuko. Kelas X-B.

Keenamnya sedikit-banyak sudah terbiasa dengan keadaan ini. Tentu saja yang merasa paling biasa adalah Kise Ryoumi—si calon model super narsis. Lalu disusul oleh Akashi Seiko yang menganggap semua cowok di Teiko High sebagai budaknya. Tipikal putri bangsawan sekali.

Mereka—enam cewek itu—berada di posisi teratas sekolah ini. Enam serangkai—The Beauty Generation.

"Alay. Siapa idiot yang membuat sebutan itu?" komentar Midorima Shina ketika julukan itu sampai pada telinganya. Dia memang judes-judes-nyes. Namun sikap judesnya malah membuat penasaran cowok-cowok di Teiko High.

...

Selalu berjalan bersama bak saudari yang tidak terpisahkan. Warna rambut mereka yang bewarna-warni mengingatkan murid-murid Teiko pada Teletubbies. Namun karena mereka lebih indah dari boneka tidak langsing tersebut, julukan Pelangi juga mulai eksis di sekolahan.

"Kau seperti pelangi di hatiku, oh, Seiko-chan~" Tiba-tiba berlututlah seorang cowok gaje di depan si cewek bersurai merah sambil menyodorkan selusin bunga mawar. Maaf saja ya, Seiko pasti lebih tertarik kalau kau memberinya sebuah kunci mobil limosin.

"Menyingkirlah, sampah!" Seiko menghindari cowok itu dengan berbelok ke kanan. itu memalingkan wajahnya dengan angkuh.

Melihat itu, kerumunan massa bukannya kasihan pada si cowok, malah bersorak senang karena bertambah lagi satu orang di sampah(!) zone. Sudah begitu banyak cowok yang menembak Seiko di bulan ini, dan mereka semua berakhir hanya dianggap sampah. Oh sakitnya.

"Seiko-cchi, kau harus lebih memikirkan perasaan mereka-ssu. Bagaimanapun juga mereka itu fansmu." Kise Ryoumi memberi nasihat sebagai calon selebriti yang baik.

"Hmph! Aku tidak peduli. Kau juga tidak peduli, kan, Tetsu?" Seiko menoleh pada temannya yang paling dekat, Kuroko Tetsu. Cewek emotionless itu hanya mengangguk kecil sebagai jawaban.

"Mereka benar-benar merepotkan, nanodayo." Midorima Shina ikut berkomentar karena seseorang baru saja menimpuknya dengan amplop bewarna pink.

To: Midorima Shina

From: Miyaji Cakepz

Maukah Shina menjadi pacar akang? Kalau mau, lemparlah surat ini kembali ke akang. Akang akan menangkapnya dengan kekuatan cinta.

Ryoumi yang ikutan membaca langsung sweatdrop. Shina tidak ambil pusing. Ia segera menghancurkan surat cinta itu dan melemparnya ke tong sampah sejauh sepuluh meter di depannya. Hebatnya, lemparan cewek itu masuk.

Shina membetulkan letak kacamatanya. Si pemilik nama Miyaji Cakepz melihat kejadian itu dan langsung membatu seperti dikutuk ibunya Malin Kundang.

Saat ini jam istirahat jadi banyak sekali murid keluyuran di koridor. Keenam cewek manis ini sedang menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah kosong.

Kantin riuh seketika saat mendapati The Beauty Generation masuk. Cowok-cowok segera memberi jalan pada keenam cewek itu. The Beauty Generation— kita singkat saja TBG—berjalan menuju spot favorit mereka di bagian kantin itu.

Di perjalanan mereka yang gak jauh-jauh amat, Murasakibara Atsuko teralih perhatiannya pada sebuah snack-machine baru di pojokan kantin. Ia segera menuju ke sana setelah memberitahu Aomine Dai.

"Yah, padahal aku mau ke toilet, kasih tahu Shina, deh," gumam Aomime Dai pada dirinya sendiri. Ia lalu berpesan pada Shina kalau Atsuko ke snack-machine baru dan dirinya sendiri akan ke toilet.

"Oke," jawab Shina singkat. Dai pun melesat dengan kecepatan cheetah ke toilet yang ada di luar kantin. Kalau memakai toilet di dalam kantin, ia harus mengantre lama padahal dirinya sudah kebelet banget.

Kini tinggallah Seiko, Ryoumi, Tetsu dan Shina. Mereka akhirnya sampai setelah beberapa paragraf cerita.

Betapa terkejutnya Seiko dan Ryoumi saat mendapati sudah ada yang menempati tempat favorit mereka. Tetsu dan Shina tetap memasang wajah datar mereka.

Brak!

Meja kantin itu dipukul oleh kedua tangan kecil Seiko. Suara yang dihasilkan tidak terlalu besar namun cukup untuk mengalihkan perhatian cowok yang sedang makan indomie(!) di sana. Pasalnya, kuahnya jadi muncrat ke muka cowok itu.

"Apaan sih!" gerutu si cowok berambut perak. Kuah indomie yang muncrat kelihatan jelas di kulit pucatnya. Cowok itu menyekatnya dengan tapak tangan lalu menatap si pelaku dengan kesal. "Apa urusanmu?" tanyanya dingin.

Seiko terlihat terkejut namun kembali memasang wajah angkuhnya. "Kau tidak sadar ya sedang duduk di bangku siapa!?"

"Ini bangku kantin," jawab cowok itu.

"Bukaan! Ini bangkuku dan teman-temanku, dasar geblek!"

Seiko mengangkat mangkuk indomie yang sedang disantap cowok itu dan memindahkannya ke meja lain.

"H-Hey, apa yang kau lakukan!" Cowok itu segera merebut kembali semangkuk indomie kesayangannya itu. Melihat Seiko yang hendak mengambilnya lagi, cowok itu langsung mengangkat tinggi-tinggi mangkuknya. Tubuh kecil plus tangan pendek Seiko tak mampu meraihnya meskipun sudah jinjit. Cowok itu tersenyum menang.

"Atsuko! Ambil mangkoknya untukku!"

"Atsuko lagi di snack-machine."

"Daiii! Tonjok dia sampai gepeng."

"Dai sedang di toilet."

Cowok itu tersenyum makin lebar meskipun ia tidak kenal siapa itu Atsuko maupun Dai. Ia bahkan tidak kenal cewek berambut merah di hadapannya itu.

"Iihh! Kok saat dibutuhkan mereka gak ada!" gerutu Seiko sebal. Ia mendongakkan kepalanya dan mendapati si cowok sedang tersenyum creepy.

DUG.

"Aw!" Cowok itu mengaduh karena Seiko menendang betisnya dengan kuat. Ia reflek membungkukkan badannya untuk menahan sakit. Seiko awalnya menendang karena ia risih dengan senyum creepy cowok itu. Namun sekarang ia memanfaatkan saat berharga ini untuk langsung merebut mangkuk indomie dari tangan si cowok.

"Yayy~!" Seiko berseru girang tanpa ia sadari. Ia sekarang mengangkat tinggi-tinggi mangkuk itu dan memamerkannya ke Tetsu, Ryoumi dan Shina.

"Seiko-cchi, di belakangmu —" seru Ryoumi.

Kedua pergelangan tangan kecil Seiko ditangkap dari belakang dan pelakunya tak lain dan tak bukan adalah si cowok berambut perak. Aura hitam menguak dari cowok itu membuat Seiko merinding disko.

"Kau harus diajari sopan santun ke senpai-mu, gadis kecil," ucap cowok itu. Horror. Seiko merasa dirinya sekarang adalah anak kecil yang sedang dinodai oleh seorang pedophile.

"L-Lepas," suara Seiko yang biasa terdengar angkuh kini bergetar ketakutan. Cowok di belakang cewek itu tersentak dan menghela nafas. Ia lalu melepas pegangannya pada tangan Seiko.

'Ck. Kok dia kayak mau nangis, sih. Aku jadi serba salah.'

Sedetik kemudian.

BYUUR.

Cowok berambut perak itu mengedutkan ujung bibirnya. Ia baru saja disiram dengan indomie kesayangannya yang masih hangat-hangat-panas, bung.

"Dasar pedophile! Dasar buaya! Dasar s-sampah!" teriak si pelaku seolah dialah korban dalam kejadian ini.

Cowok itu tidak mampu bersabar lagi dengan sikap cewek itu. Ia menarik telinga kiri Seiko dan menyeretnya sepanjang kantin.

"Siapa yang pedophile, ha? Aku murid di sekolah ini juga, tahu. Kenapa panggil aku buaya? Memangnya cewek kecil sepertimu tau apa artinya itu? Sampah? Sebutan macam apa? Mulutmu itu yang kotor — aku akan memberimu pelajaran!" Cowok itu terus berkomat-kamit sambil menyeret Seiko yang dilihat oleh puluhan pasang mata di kantin Teiko High.

Shina membenarkan letak kacamatanya lalu duduk di meja yang biasa ia duduki bersama teman-temannya seolah tidak terjadi apa-apa. Tetsu juga duduk di sebelahnya dan langsung memanggil pelayan untuk memesan makanan.

Ryoumi terheran-heran melihat salah satu temannya diseret seperti itu. Cewek manis itu juga tambah heran karena kedua temannya yang tersisa bertindak super biasa.

"Shina-cchi, Tetsu-cchi, kalian kenal siapa cowok itu?" tanya Ryoumi penasaran.

Kedua temannya menggeleng. Ryoumi sweatdrop.

...

Di pojokan kantin, terlihatlah Atsuko dengan ekspresi kebingungan menghiasi wajah polosnya. Snack-machine itu benar-benar baru hingga ia tidak tau bagaimana cara memakainya. Sudah lima menit Atsuko berdiri di depan mesin yang memenjarakan snack-snack kesayangannya itu.

"Anoo, apa anda sudah selesai memakainya?" ucap sebuah suara dari samping Atsuko.

Atsuko menatap cowok yang lebih tinggi sedikit darinya itu. Ia lalu memalingkan wajahnya ke snack-machine. Lalu cowok itu lagi. Lalu snack-machine. Cowok itu. Snack-machine.

Cowok itu bertanya-tanya dalam hati apa gerangan yang sedang dilakukan cewek di hadapannya itu. Ia menunggu hingga Atsuko bersuara.

"Aku tidak tau cara memakainya," ucap Atsuko akhirnya.

Cowok itu tersenyum geli. Ia mengulurkan tangannya ke Atsuko.

"Sini uangmu, akan kubelikan."

Atsuko memandang tangan cowok itu lalu ke lembaran uang di tangannya sendiri. Ia hendak menatap mereka secara bergantian lagi namun perutnya tiba-tiba berbunyi.

Kruyuk~

"Ini." Atsuko langsung meletakkan uangnya di telapak tangan besar cowok di hadapannya itu. Ia lalu mundur beberapa langkah supaya cowok itu bisa menggunakan snack-machine.

"Mau snack yang mana?"

"Maiu-bo."

Snack-machine baru itu memang berbeda fiturnya dengan snack-machine yang lama. Cowok berambut hitam di depannya asyik mengotak-ngatik snack-machine tersebut. Atsuko menunggu beberapa detik. Cowok itu lalu membalikkan badannya dan memberi Atsuko lima bungkus maiu-bo kesukaannya.

"Aa, arigatou." Atsuko berbinar menatap kelima bungkus maiu-bo tersebut.

"Douitashimashite," balas si cowok dengan sopan. Cowok itu lalu memunggungi Atsuko untuk membeli snack-nya sendiri.

Atsuko berdiri di samping cowok itu sambil melihat snack apa yang dibeli si surai hitam. Dua bungkus cha-cha.

"Aku mau itu." Atsuko menatap lurus ke bungkusan cha-cha yang sedang dipegang cowok berambut hitam itu. Suaranya begitu polos membuat si surai hitam tertawa kecil.

"Baiklah~ ini untukmu." Cowok berambut hitam itu memberikan sebungkus cha-cha pada Atsuko. Cewek itu kembali berbinar.

"Arigatou, etto..." Atsuko terlihat bingung karena ia tidak mengetahui nama cowok di hadapannya itu.

"Aku Himuro Tatsuya. Siapa namamu?" tanya cowok itu, kini dengan mata yang menunjukkan ketertarikan pada cewek berambut ungu di hadapannya.

"Murasakibara Atsuko. Arigatou, Muro-chin." Atsuko melanjuti kalimat terima kasihnya yang tadi.

"-chin?" tanya Tatsuya bingung dengan suffix yang dipakai Atsuko.

"Itu suffix untuk orang yang kusuka," jawab Atsuko polos.

"B-Begitu, ya." Tatsuya tersenyum canggung. Ia mendapati pipinya sedikit memanas. Cowok itupun menggaruk-garuk pipinya yang tidak gatal untuk menyembunyikan semburat merah di wajahnya.

"Aku pergi dulu, Muro-chin. Teman-temanku menunggu." Selesai mengucapkannya, Atsuko langsung melangkah menjauhi Tatsuya yang baper.

...

Aomine Dai tampak baru selesai dengan panggilan alamnya. Ia sedang menuju wastafel untuk mencuci tangannya saat mendengar suara gaduh dari arah luar.

"Hmm. Ada apa di luar, ya?" Dai mengintip dari balik pintu toilet wanita. Bola mata yang senada dengan warna rambutnya itu menangkap beberapa sosok cowok yang sedang berdiri mengelilingi sesuatu—atau mungkin, seseorang.

"Liat banci ini, menyedihkan sekali. Heh." Cowok pertama melepaskan sebuah tendangan. Lalu disusul tendangan-tendangan lain dari rekan-rekannya.

Pembulian!

Sebuah tanda seru merah seolah keluar dari atas kepala cewek itu, memberitahukan kalau ia harus segera menolong.

Dai buru-buru mencuci tangannya sebelum keluar dari toilet. Setidaknya dia harus bersih dulu!

Setelah tangannya terbebas dari kuman-kuman yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, cewek bergaya rambut seperti cowok itu pun menghampiri lokasi pembulian.

"Heh! Dasar banci. Main keroyokan begitu." Dai mengucapkan kata-kata mutiara(?). Biar keren, katanya.

Ketiga cowok yang merasa dipanggil banci oleh Dai pun menoleh dengan wajah bengis.

"Heh! Bocah sepertimu diam saja!" seru cowok yang bertubuh paling besar. Tampaknya ia adalah pemimpinnya.

"Bos! Bos! Cewek tuh!" bisik cowok lainnya pada si cowok paling besar. Matanya melirik-lirik ke suatu bagian di tubuh Dai.

"Iya, Bos! Gede tuh...!" timpal cowok terakhir.

Dai menyadari tatapan ketiga cowok itu. Dadanya.

"D-Dasar mesum! Beraninya!" Dai menutup bagian dadanya dengan kedua tangannya. Meskipun tomboy, ia dianugrahi dada ukuran besar yang menjadi pengidentifikasi kalau dirinya adalah seorang cewek. Dadanya bahkan merupakan yang tersubur di antara teman-temannya di TBG.

Melihat Dai yang wajahnya memerah, membuat ketiga cowok itu bertampang makin mesum. Mereka menghampiri Dai dengan langkah pelan namun mengintimidasi.

Dai merasa harga dirinya diinjak. Ia sudah memasang kuda-kuda untuk menghajar ketiga cowok itu hingga masuk ICU, namun sebuah suara mengejutkan cewek manis berkulit tan itu.

"J-Jangan ganggu dia!"

Cowok yang tadinya Dai lihat sedang dibuli, kini berusaha menghentikan ketiga cowok itu. Tangan kurus penuh lebam cowok korban pembulian itu memeluk kaki salah satu cowok jahat yang paling dekat di jarak jangkauannya. Melihat hal itu, Dai tertegun.

"Che, apaan sih kau! Menganggu saja." Si cowok jahat yang sedang ditahan kakinya langsung menggebuk si cowok korban pembulian tanpa ampun.

"G-Gommenasai! Gomennasai!" teriak cowok lemah itu sambil pasrah dipukuli.

Dai menggertakkan giginya. Kedua tangannya ia kepalkan erat-erat.

"Lawanmu di sini, begok!" Sambil berlari mendekati si cowok jahat, Dai meneriakkan kata-katanya itu. Ia langsung menggunakan jurus taekwondonya yang paling mutakhir. Satu tendangan kuat dilancarkan dan menghantam kepala cowok jahat itu dengan telak.

Cowok jahat plus mesum itu tepar seketika. Kedua cowok jahat yang tersisa menatap bosnya yang sudah tumbang dengan cengo.

"Hoy kalian yang mukanya lebih jelek dari kodoknya Shina!" teriak Dai memanggil kedua cowok yang tersisa. "Maju sini!"

Kedua cowok itu saling berpandangan namun tidak berani maju. Mereka berdua sudah bergetar ketakutan.

'Kabur yuk.'

'Yuk.'

Keduanya bertelepati namun Dai mendapat kekuatan gaib sehingga ia dapat membaca telepati di antara kedua cowok itu. Cewek yang sedang kesal itu pun langsung menarik mereka berdua dan membuat keduanya babak belur.

"Sebaiknya kalian segera cabut dari sekolah ini." Dai memandang dua mahluk itu dengan tatapannya yang paling menakutkan. "Kalau kulihat kalian berkeliaran lagi di sini, apalagi mengganggu dia." Dai menunjuk-nunjuk si cowok korban pembulian. "Hanya dua tempat yang akan menampungmu. Rumah sakit atau neraka."

Kretek kretek.

Dai membunyikan tangannya dengan sengaja. Tatapannya makin menakutkan. "Bawa bos kalian pergi juga kalau tidak mau dia jadi makanan ayam."

Kedua mahluk itu hanya bisa mengangguk-ngangguk dalam ketakutan.

Mereka pun pergi dari lokasi pembulian sambil menyeret sang bos yang sepertinya harus dibawa ke ICU. Terdengar suara tulang retak saat ia ditendang Dai tadi. Antara tulang hidungnya yang patah atau tulang lehernya. Keduanya sama saja mengerikan.

Kekuatan Aomine Dai is too damn high.

Dai berpaling ke si cowok korban pembulian. Cowok berambut coklat itu langsung menunduk dan bersujud berulang kali.

"Gomennasai! Gomennasai!"

Kini sebuah tanda tanya besar keluar dari kepala cewek itu. Kenapa cowok ini malah minta maaf? Dan kenapa sujud-sujud begitu?

"Bodoh." Dai berjongkok di depan cowok itu. Tangannya ia posisikan untuk menahan dagunya sendiri. Cewek itu memperhatikan cowok itu sambil tersenyum manis.

Cowok di hadapannya itu masih terus bersujud dan mengucapkan gomennasai hingga sebuah empat siku-siku terbentuk di kening Dai.

"Berhentilah bersujud dan meminta maaf kalau tidak mau masuk ICU juga."

Si cowok terkesiap dan langsung berhenti. Ia berusaha duduk tegap di hadapan Dai meskipun tubuhnya bergetar.

Dai langsung tertawa kecil. Ia berdiri dan menjulurkan tangannya pada cowok di depannya itu.

"Berdirilah."

"H-H'ai." Cowok itu menerima uluran tangan Dai dan berdiri sesuai perintah cewek itu.

Tanpa diduganya, Dai langsung memapah tubuh penuh lebamnya. Ia kaget cewek itu tau bahwa ia tidak bisa berdiri dengan benar saat ini.

"Huwaa~ kau tinggi~" Dai mengelus-ngeluskan puncak kepalanya ke bahu si cowok korban buli. "Siapa namamu? Namamu siapa~?" tanya Dai semangat.

"R-Ryo Sakurai." Cowok berambut coklat itu terheran-heran mendapati sikap Dai pada dirinya. Terlebih, bahunya yang lebam jadi terasa sakit karena dielus-elus dengan kekuatan level Dai.

"Sakurai, ya~ Aku Aomine Dai." Dai memperkenalkan dirinya dengan sebuah senyum manis tersungging. Sakurai yang melihat senyum itu entah mengapa merasa hatinya hangat.

'Dia manis juga meskipun kekuatannya mirip monster. Ah, gomennasai!'

Bahkan dalam hatinya cowok itu suka meminta maaf. Untungnya kekuatan gaib Dai yang bisa membaca telepati sudah lenyap.

"Aku suka cowok tinggi~ bahkan saat tubuhmu membungkuk kau lebih tinggi dariku. Rasanya aku jatuh cinta~" Dai yang memapah tubuh tinggi Sakurai sama sekali tidak merasa terbebani. Mungkin inilah yang dimaksud dengan kekuatan cinta yang tadi disebut-sebut Miyaji Cakepz.

Sakurai hanya bisa speechless mendengar kata-kata Dai. Cewek sepertinya... jatuh cinta pada cowok sepertinya?

Yah, yah, dunia memang aneh.

'Jangan baper dulu, Sakurai. Mungkin dia cuman bercanda. Gomennasai! Gomennasai!' batin Sakurai.

Baiklah mari tinggalkan dia. Karena kalau dilanjutkan hanya akan ada kata gomennasai.

Kembali lagi ke kantin Teiko High. Atsuko sekarang sudah bergabung ke kelompok cewek-cewek kalem: Tetsu, Shina, dan Ryoumi.

Di meja mereka sudah terdapat pesanan-pesanan mereka berempat. Makanan untuk Seiko dan Dai juga sudah tersedia meskipun dua orang itu entah kapan baliknya.

"Itadakimasu~" ucap keempatnya lalu mulai makan.

Di bangku kosong di sebelah Atsuko, terletaklah lima bungkus maiu-bo dan sebungkus cha-cha yang belum dibuka. Rasa-rasanya ia tidak ingin memakan pemberian cowok surai hitam itu sendirian. Ia akan memakannya bersama cowok itu nanti. Well, kalau mereka bertemu lagi, sih.

...

T

O

B

E

C

O

N

T

I

N

U

E

D

...

/ditabokreader.

...

A/N: Alohaaaa~ maafkan daku yang selalu hadir dengan ide-ide nista baru dan mengabaikan fanfic lainnya orz

Saya merasa berat harus membuat fanfic ini multichapter, tapi mau bagaimana lagi, ini rencananya bakalan panjang (kalau gak terserang WB, sih. Hohoho)

Saya senang dapat menistahkan karakter KnB dengan melakukan genderbend juga mengganti nama mereka o3o tolong jangan kuliti saya, saya hanya menulis untuk kesenangan.

Silahkan jika ada yang ingin curhat atau ingin nyatakan putus, tinggalkan review dengan mencet tombol di bawah /plak.

Salah — maksudnya, jika ada yang ingin meludahi fanfic nista ini, silahkan. Saya menyediakan ember warna-warni, lho~ /doubleplak.

Okelah cukup basah basihnya. Btw, ada yang tau siapa pedophile *dor* maksudnya cowok tampanz yang bersama Akashi Seijuro a.k.a Akashi Seiko itu~?

Dia bukan OC, kok. Mungkin suda tau lah ya hehe.

Untuk karakter Dai alias Daine saya terinspirasi dari karakter Daldal Choi dari manhwa Girl's of The Wild. Side note ini hanya untuk menghindari salah puaham~

Saya akan terus mengetik lanjutan fanfic ini karena sekali lagi saya membuat fanfic nistah ini untuk senang-senang saja. Namun jika fanfic ini mendapat response positive, saya akan update.

Love,

EsCeam