Hello~ RuKira di sini (^_^) ini posting ff pertama saia di ffn, biasanya saia post di blog *alah* saia senang jika ada yang pernah membaca ff ini sebelumnya wkwk karena ini repost dari blog/fb saia haha~ ceritanya agak gaje tapi akan semakin berkembang dengan serius dengan gaya bahasa yang pas-pasan! saia harap kalian bisa menikmatinya(?)~ (oh jangan lupa tinggalkan jejak *plak*) XD
douzo~
Chap 1 : ~HATE~
Natural Sense ~
ナチュラルセンス
Pagi yang cerah untuk melakukan segala aktivitas. Secerah tampang anak laki-laki berseragam rapi yang kini tengah menaiki satu persatu anak tangga menuju lantai dua dimana kelasnya berada di sekolah barunya. Ini adalah hari keduanya menjadi salah satu murid di sekolah itu. BHS, sekolah elit berstandar internasional yang terletak di Bunkyo Tokyo tepat di samping Tokyo Dome (LOL). Dengan bangunan bersaing Tokyo Dome, Terkareditasi A++ dimana murid-muridnya hampir seluruhnya adalah anak seorang bangsawan, pejabat, konglomerat dan orang-orang yang berpengaruh di Jepang kebanyakan menyekolahkan anaknya di sana, bahkan para artis. Lalu pertanyaannya adalah…. Apakah anak laki-laki yang author sebut tadi di awal adalah salah satunya? Jawabannya adalah TIDAK! Dia hanyalah seorang anak laki-laki pendek yang kekurangan gizi, saking susahnya makan sekali sehari aja mengakibatkan petumbuhannya terhambat. Malang sekali tokoh utama kita ini. TOKOH UTAMA? Ya… anda tidak salah baca, memang saia bilang tokoh utama, masa tokoh sampingan saia sebut-sebut di awal sampai saia beber-beberkan aibnya *terbang ke pluto—ditendang sang main chara-* lalu bagaimana ia bisa masuk ke sekolah elit tempatnya para anak konglomerat, pejabat dan bangsawan itu? sabar! Silahkan baca sampai author beberkan jawabannya *eaaaa!*
Ruki, nama si anak laki-laki kekurangan gizi itu. nama lengkapnya adalah Matsumoto Takanori, tapi dia menyebut dirinya sendiri Ruki biar agak kerenan dikit gitu lah.
Ruki mengernyitkan dahinya setiap berpapasan dengan murid-murid yang lalu lalang di sana, tampaknya pagi ini Ruki menjadi salah satu makhluk yang menjadi bahan perhatian di sekolah itu. kenapa? Apa karena ukuran tubuhnya yang minim? Atau karena kakinya yang pendek? Atau karena badannya yang buntet? Atau karena tubuhnya yang kurang tinggi atau karena ia tidak lebih tinggi dari anak SD?
Entahlah, hanya author yang tahu hoho~~~
GREK!
Ruki memasuki kelasnya dan mulai berjalan ke bangku yang terletak di paling belakang dimana kemarin ia duduk. Malangnya ia tak menemukan sebuah bangku di sana seperti sebagaimana seharusnya. Ia hanya menemukan sebuah tulisan di lantai dengan spidol hitam.
-MAAF SEDANG DI SERVICE-
"woahahahahah~~ masa bangku di service? Ada ada saja orang Tokyo ini!", Ruki menggeleng-gelengkan kepalanya lalu meletakkan tasnya di atas meja dengan santai, sementara semua anak-anak di kelas barunya itu saling mengernyitkan dahi dengan kebebalan anak baru di kelas mereka itu, meski salah satu dari mereka ada yang malah tersenyum dengan kesantaian sikap Ruki.
"oi~ siapapun yang udah nyervis bangku di sini, arigatou! Kerajinan ya jadi orang! Ck!", ucap Ruki lantang.
Dan sekarang seseorang itu terkikik dengan perkataan Ruki.
Ruki sadar hari ini pun sepertinya ia masih dikerjai teman-teman barunya itu, setelah kemarin ia difitnah sebagai pelaku 5x kentut di kelas saat pelajaran matematika, hingga ia dikeluarkan dari jam mata pelajaran itu. kemudian dompetnya hilang entah kemana hingga Ruki tidak bisa jajan ketika istirahat. Tapi Ruki hanya menganggap itu adalah cara mereka meyambut murid baru di kelas mereka karena itu Ruki menerima saja, walau rasanya memang terlalu keterlaluan untuk acara penyambutan tapi Ruki tak akan kalah dengan yang seperti itu, toh kalau mereka sudah puas pasti akan berhenti dengan sendirinya. Dan hari ini adalah hari kedua Ruki harus mengahadapi kejailan teman-teman sekelasnya yang tampaknya belum puas, entah apa lagi setelah hilangnya bangku ini. meski tubuhnya kecil tapi mental Ruki sekuat baja hingga ia tidak terlalu merasa disulitkan dengan itu. mottonya adalah "jalani dengan santai~"
"ya~ jalani dengan santai", gumam Ruki pada dirinya sendiri.
"oi..! anak baru, AWAS!"
"he?"
BLETAK! #%^#%$#^Y%&U
ナチュラルセンス (◕‿◕✿)
"kenapa bisa sampai begini?"
"err~~ terbentur sudut meja"
"haha ada-ada saja", sensei berjas putih itu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menempelkan plester tepat di tengah jidat Ruki dimana benjolnya terpahat(?) dengan indah di sana. Ruki bohong soal terbentur sudut meja. Sebuah penghapus papan tulis tiba-tiba melayang kearahnya dengan kecepatan penuh beberapa saat yang lalu.
"ya.. selesai. Kau bisa istirahat dulu di sini atau mau langsung kembali ke kelasmu?...ee? siapa namamu?", Tanya sensei berpenampilan nyentrik(?) itu membuat Ruki yang terbengong karena rambut sensei itu yang uban semua sedikit tersadarkan. tapi sensei itu terlihat lebih muda untuk ukuran ubannya.
"Matsumoto, namaku Matsumoto Takanori"
"hm.. ya Matsumoto. Oh sepertinya aku baru pertama kali melihatmu ya"
"ah iya, aku baru masuk dua hari ini"
"hmm~ pantas saja. Pindahan dari mana?"
"Okinawa"
"he? Lumayan jauh ya"
"haha iya"
Cklek!
"Rookie-sensei~ I'm coming..!"
Ruki refleks menolehkan wajahnya ke arah pintu masuk UKS mendengar seseorang memanggil namanya, dengan embel-embel sensei?
"apa?", Tanya Ruki sambil menernyitkan dahinya.
"hem?", orang di ambang pintu itu sedikit tersita perhatiannya mendengar pertanyaan aneh orang yang tak dikenalnya hingga akhirnya seperti terpana melihat sosok Ruki.
"Akira! Ini yang keberapa kalinya kau bolos minggu ini hah?!"
Orang yang dipanggil Akira itu tak menggubris perkataan senseinya dan malah menghampiri Ruki dengan berbinar-binar, "kawaii~ ", ujarnya sambil mencubit kedua pipi Ruki dengan gemas, "pipimu empuk ya"
"he?"
"Akira!", Rookie sensei menggeplak belakang kepala Reita dengan sebuah buku merasa diabaikan muridnya itu. "kembali ke kelasmu! Aku tidak menerima murid yang datang ke UKS dengan tujuan bolos!"
"ugh! Ayolah sensei~ sekali ini saja… aku benar-benar sakit kok", Akira memasang tampang melas.
"apamu yang sakit?", Tanya Rookie-sensei sinis.
"emm… hidungku… hidungku sakit hehe", Dan seketika itu juga sebuah gulungan buku melayang ke hidung dibalik penutup hidung anehnya.
"kambali ke kelasmu Akira!", suruh Rookie sensei sedikit meninggikan suaranya.
"cis!", Akira mendengus lalu berjalan kearah pintu keluar dengan sedikit cemberut, namun tiba-tiba ia mengehentikan langkahnya menoleh kearah Ruki, "siapa namamu pipi empuk?", tanyanya tiba-tiba.
"eh? Aku.."
"sudah sana pergi!", suruh Rookie sensei dengan nada galaknya.
"huh! Rookie-sensei gak asik!", Akira menutup pintu UKS dengan sedikit nepsong hingga menimbulkan bunyi yang agak keras.
"maaf ya, dia sedikit aneh memang haha tapi dia anak yang baik", ujar Rookie sensei sambil kembali mendudukan dirinya di bangku kerjanya. "oh ya, kau bisa tiduran dulu di ranjang kalau kau merasa pusing"
"arigatou! Ano~~ sensei?"
"ya?"
"kalau aku tidak salah dengar anda dipanggil Ruki-sensei?"
"hm… benar. Rookie itu namaku haha aku belum memperkenalkan diri ya.. namaku Rookie Fiddler"
"woh! aku juga! Ano~ aku juga biasa dipanggil Ruki", ucap Ruki bersemangat.
"benarkah? Haha kebetulan sekali kalau begitu"
"tapi nama marga anda terdengar seperti nama orang asing, apa anda bukan berasal dari Jepang?"
"haha iya ya.. aku suka sekali berkeliling dunia wahaha", Rookie sensei tertawa dengan jawabannya yang gak nyambung. Ruki hanya terdiam melihat sensei yang baru dikenalnya itu tertawa, dia baru melihat ada orang yang bisa membuka mulutnya selebar itu saat ia tertawa.
ナチュラルセンス (◕‿◕✿)
Ruki berjalan di sepanjang koridor setelah puas tiduran di UKS dan setiap orang yang berpapasan dengannya masih saja meliriknya dengan tatapan aneh, bahkan terkesan mentertawakannya. Apa itu karena tinggi badannya? *author diinjek-injek Rukibuntet* mungkin karena plester di jidatnya?
Grek!
Ruki menggeser pintu kelasnya dan mendapati seorang anak laki-laki telah duduk di bangkunya sendirian karena sekarang sudah waktunya jam istirahat. Mungkin dia teman sekelas Ruki? Karena Ruki belum terlalu hafal semua wajah teman-teman di kelas bejatnya itu. tapi yang menarik perhatian Ruki adalah sebuah kamera yang sedang ia usap-usap dengan begitu hati-hatinya, sebuah kamera yang kelihatan sangat mahal untuk orang setingkat Ruki. "Untuk apa membawa-bawa kamera ke sekolah? Apa untuk pamer saja? Dasar orang-orang sombong", gerutu Ruki dalam hati. Ruki memutuskan masuk ke dalam kelas berpura-pura acuh tak acuh dengan keberadaan anak laki-laki (cantik) yang tak ia ketahui namanya itu.
"yo! Sudah baikan?"
Ruki menolehkan wajahnya ke arah suara yang bertanya padanya. "ha? oh, iya.. itu bukan masalah buatku", ucap Ruki sambil memegangi jidatnya.
"hm~ baguslah", anak laki-laki itu tersenyum dengan manisnya. "oh ya, namamu Matsumoto kan?", dia beranjak dari bangkunya setelah memasukan kembali kameranya ke dalam tas dan mulai berjalan menghampiri Ruki, "kau menarik ya haha"
Ruki mengernyitkan dahinya tak mengerti dengan pernyataan anak yang lumayan tinggi itu. "apa kau juga ingin mengerjaiku? Apa itu kebiasaan kelas kalian, mengerjai setiap anak baru yang masuk?", Tanya Ruki sinis.
"haha tidak! Tidak! Aku sendiri bingung kenapa mereka mengerjaimu, sebelumnya tidak pernah begini kok. Mungkin mereka ingin sedikit bersenang-senang? Haha", ujarnya santai.
"bersenang-senang?", Ruki merasakan nyut-nyut di jidatnya yang sepertinya tak akan hilang untuk beberapa hari ke depan, dan itu adalah cara mereka bersenang-senang?
"oh ya, namaku Sakamoto Takashi… tapi kau bisa memanggilku Saga. semua orang di sekolah ini mengenalku dengan nama itu"
"hoo", Ruki membulatkan mulutnya, kemudian melanjutkan perjalanan ke bangkunya mengacuhkan anak bernama Saga itu. Ruki masih meragukan kalau dia benar-benar tak berniat mengerjainya.
"oh ya, dompetmu sudah ketemu?"
Sekali lagi pertanyaan anak itu menyita perhatian Ruki, "darimana kau tahu kalau dompetku hilang? kau pelakunya?"
"apa? Haha aku tidak punya hobi serendahan itu. lagipula semua penghuni sekolah ini juga pasti tahu kok soal dompetmu yang hilang itu wkwkwkwk", Saga tertawa mencurigakan.
"apa maksudmu?" (T_T)
ナチュラルセンス (◕‿◕✿)
Ruki berdiri agak menengadah membaca sebuah mading yang berisi informasi-informasi penting hari ini di sekolah ini. dan gigi-giginya bergesekan saling bergemeretak melihat pas foto monokrom dirinya ketika hari kelulusan SMP yang diperbesar berpuluh-puluh kali lipat terpampang dalam sebuah papan informasi tentang seorang murid yang kehilangan dompetnya, dengan tulisan..DICARI DOMPET SAYA!. Udah. Segitu doang keterangannya.
Dua orang murid di samping Ruki yang juga ikut membacanya saling terkikik tak sadar kalau makhluk mini di samping mereka adalah objek yang mereka tertawakan, dan kedua mata Ruki berkilat mendelik kedua murid itu. "dicari dompet, kok yang dipampang fotonya sendiri? wakakakk"
"pengen eksis kali hahai"
Dan kedua murid itu berlalu begitu saja setelah berkomentar gak mutu.
"kau benar-benar tidak melaporkan soal dompetmu ke club mading?"
"mana aku kenal dengan mereka, siapa itu club mading", omel Ruki.
"haha berarti benar-benar kerjaan anak-anak ya hahahahah", Saga tiba-tiba tertawa tak bisa berhenti.
"cis!", Ruki ngeloyor pergi sedikit kesal, meninggalkan Saga yang mulai memegangi perut kerempengnya karena tertawa. Dan tiba-tiba langkah Ruki terhenti melihat seorang laki-laki bersama dua orang di sampingnya berjalan berlawanan arah dengannya. Sampai laki-laki itu berjalan melewati Ruki, Ruki terus menatapnya dengan pandangan aneh.
"oi!", Saga menepuk kepala Ruki, "apa yang kau lihat? Orang itu?", Saga menunjuk orang yang terus Ruki tatap sedari tadi. "apa jangan-jangan kau tertarik dengannya? Mau masuk club penggemarnya? jiahahah"
"ha? club penggemar?"
"apa kau benar-benar tertarik?", Saga memasang tampang horor.
"tentu saja tidak! Aku hanya merasa kok ada laki-laki bertampang cewek begitu? Jangan-jangan dia lekong"
"wkwk kalau para fangirls dan fanboysnya mendengar ucapanmu itu, kau pasti habis"
"apanya yang habis? Memangnya dia siapa? Huh!", Ruki melengos.
"eh? kau tidak tahu ya? dia itu cucu kepala sekolah ini"
"ho… Cuma itu?", nada Ruki meremehkan.
"dia juga salah satu dari tiga pangeran sekolah di sini, ya cewek-cewek di sini menyebutnya semacam itu lah"
"pangeran sekolah? Apa-apaan itu?", Ruki mengernyitkan dahinya.
"aah kau juga tidak tahu ya gyahaha~", Saga menarik bahu Ruki dan merangkul makhluk yang lebih pendek darinya itu. "sekolah ini mempunyai 3 orang murid laki-laki yang begitu dipuja-puja. Mmm~ itu kerjaan para cewek penggila itu sih tapi ya… seiring dengan berjalannya waktu mereka jadi begitu di hormati dengan banyaknya kumpulan para penggemar mereka. Ketiga orang itu salah satunya adalah Yuuji Kouyou alias Uruha itu, lalu Shiroyama Yuu alias Aoi dan Shinji Amano alias Tora si ketua osis. Ketiga orang itu mempunya peringkat masing-masing dengan penggemar terbanyak. Dan si Uruha itu berada di peringkat pertama selama 3tahun berturut-turut"
Ruki sweatdrop mendengar penjelasan Saga yang menurutnya sangat konyol. Ke kehidupan sekolah seperti apa sebenarnya ia datang? Sejak awal menginjakan kaki di sekolah ini ada saja hal-hal aneh yang ditemuinya, pertama kali memasuki gerbang sekolah ini yang membuat Ruki terbengong adalah sulitnya ia membedakan mana murid laki-laki dan mana murid perempuan, bukan karena murid laki-laki pada pake rok tapi karena wajah mereka yang mengelabui, bahkan lebih banyak cowok cantiknya di sekolah ini daripada cewek cantik. Lalu kejailan teman-teman sekelasnya dan sekarang… apa itu pangeran sekolah? Apa itu club penggemar? Ketika Ruki mendapatkan kesempatan untuk bisa bersekolah secara gratis dan sekolah aneh seperti ini yang ia dapatkan.
"oh ya. boleh minta alamat email?"
"ha? untuk apa?"
"kenapa kau memasang tampang curiga begitu? apa aku bertampang seperti orang jahat? Apa aku tidak cocok untuk menjadi teman seseorang?", Saga memasang menyedihkan.
"bu.. bukan begitu! ya ya baiklah", Ruki lalu mau tak mau memberikan alamat emailnya walau masih sedikit was-was dengan orang yang bernama Saga itu. jika tadi ia bertanya apakah tampangnya seperti orang jahat? jujur Ruki menjawab 'iya' dalam hatinya wkwk
"ok, thanks Matsumoto… mulai sekarang kita berteman kan?", Saga menyodorkan tangannya setelah mereka saling bertukar alamat email.
Ruki sedikit menaikan alisnya. "err ya… panggil saja aku Ruki"
"oh ok! Ruki hehe", dan kedua orang itu bersalaman sementara Saga masih tersenyum dengan manisnya Ruki masih menatapnya penuh kecurigaan. Entah kenapa rasanya Ruki sulit mempercayai orang yang berasal dari kelas bejatnya itu.
ナチュラルセンス (◕‿◕✿)
"okaerinasai tuan muda Ruki", seorang laki-laki berseragam buttler membungkukan badannya setelah membukakan pintu untuk tuan muda barunya itu.
"oh, ah tadaima", Ruki canggung ikut membungkukan badannya.
JDUK!
"ah tuan muda anda tidak apa-apa?", buttler itu tampak panik melihat Ruki memegangi jidatnya karena terbentur kepalanya.
"ah ya ya aku tidak apa-apa", Ruki sedikit cengir menahan sakit jidatnya yang benjol itu baru saja kejeduk kepala buttlernya
"saya antarkan ke kamar anda?"
"ah tidak usah! Arigatou"
"anda tidak perlu sungkan dengan saya tuan muda Ruki", ucap sang buttler itu ramah.
"tidak, tidak usah"
ナチュラルセンス (◕‿◕✿)
Ruki berdiri di depan sebuah pintu kamar kelima yang tak bisa ia buka dengan kunci kamarnya. Karena terlalu banyaknya kamar di rumah yang sekarang Ruki tinggali, ia bahkan benar-benar tidak hafal dimana letak kamarnya sendiri. ini bukan pertama kalinya ia tersesat saat mencari kamarnya, semalam pun ia berkeliling ruangan sampai 2 jam hanya untuk mencari kamarnya di antara jejeran ruangan-ruangan yang sebegitu banyaknya seperti sebuah hotel saja. Jika tahu begitu, seharusya Ruki terima saja tawaran buttlernya tadi itu kan?, "sial", dengus Ruki. Bahkan Ruki tidak pernah bermimpi untuk mempunyai rumah sesuper duper luas seperti apa yang ia tinggali sekarang, tapi sekarang ia benar-benar menjadi penghuni di rumah besar keluarga Yuuji itu.
"apa yang kau lakukan?", Tanya seseorang dari belakang membuat Ruki sedikit kaget dengan suara yang tiba-tiba muncul di tengah koridor yang begitu panjanganya.
"eh?", Ruki refleks menoleh dan seorang laki-laki berperawakan tinggi itu telah berdiri di belakang Ruki dengan sok dan tampang menyebalkannya. Kira kira itulah yang dipikirkan tokoh utama kita.
"hah? apa-apaan jidatmu itu? jatuh terbentur toilet?"
"bukan urusanmu!", jawab Ruki singkat lalu ia mengabaikan keberadaan laki-laki bernama Uruha itu.
"ck! Bukan urusanku? Haha memang bukan urusanku", Uruha mengeluarkan sesuatu dari saku celananya lalu melemparkannya kearah Ruki tepat membentur belakang kepalanya. Dan itu tidak lain tidak bukan adalah dompet Ruki yang hilang kemarin. "Urusanku adalah menyingkirkan parasit sepertimu yang akan menggerogoti harta kekayaan kakekku! Cih!", dan orang bernama Uruha itu melenggang pergi dengan santainya.
Ruki menghentikan langkahnya sejenak dan segera memungut dompetnya di lantai, "jadi itu ulahmu..", gumam Ruki menyeringai kecil. "aku tidak akan kalah dengan permainan kekanak-kanakanmu!", Ujar Ruki dengan nada tinggi agar Uruha bisa mendengarnya dengan jelas.
"ck! Kita lihat saja nanti… benalu", Uruha menyeringai lalu kembali melanjutkan perjalanannya.
"benalu ya.."
Ya.. Ruki tak mau mengingkari jika seseorang menyebutnya sebagai benalu, atau parasit dan semacamnya. Ia memang (katakanlah) menumpang di rumah besar milik konglomerat bernama Yuuji Kamijou itu. karena sebuah keberuntungan? Almarhum Neneknya yang bernama Matsumoto Hizaki (LOL) adalah mantan kekasih orang bernama Kamijo itu. sejak kecil Ruki hidup bersama neneknya karena kedua orang tuanya Matsumoto Hideto dan Suzumura Yukina menjadi tersangka penggelapan uang perusahaan dan mereka kabur entah kemana dengan meninggalkan anak berumur 3 tahun bernama Matsumoto Takanori. Semua harta yang dimiliki kedua orang tua Ruki di sita. Hingga saat tumbuh besar Ruki tak punya harta warisan apapun dari kedua orang tuanya, ia hanya memiliki seorang nenek disampingnya… untuk bersekolah pun ia hanya bisa mengikutinya di sekolah-sekolah gratis milik Negara, tapi Ruki bersyukur ia masih bisa mengecapnya.
Namun sekitar dua minggu yang lalu bahkan neneknya harus meninggalkannya karena sebuah penyakit tua. Namun sebelum ia meninggal Hizaki mengatakan agar Ruki pergi ke Tokyo menemui orang bernama Yuuji Kamijo dan mengatakan kalau ia adalah cucunya. Awalnya Ruki agak ragu dengan apa yag neneknya itu katakan, tapi ketika ia berhasil sampai di Tokyo dan dengan usaha selama berhari-hari akhirnya ia bisa sampai ke rumah orang bernama Yuuji Kamijou dan menemuinya seperti apa yang neneknya pesankan. Diluar dugaan orang itu langsung memeluknya dengan erat ketika Ruki mengatakan ia adalah cucu dari Matsumoto Hizaki. Dan ia bahkan menangis ketika mengetahui nenek Ruki telah meninggal, dari situ lah ia mengatakan kalau nenek Ruki adalah wanita(?) yang teramat sangat dicintainya, namun hubungan mereka harus berakhir karena orang tua Kamijo tak merestui hubungan mereka dan Kamijo dipaksa menikahi gadis lain yang orang tuanya setujui *shitnetron XD*.
Dan mulai saat itu orang bernama Kamijou itu mengatakan mengangkat Ruki menjadi cucunya, menanggung semua kebutuhan hidup Ruki sekarang dan seterusnya termasuk menyekolahkannya di sekolah elit bernama BHS [Bara High School] itu. Hingga sekarang di sinilah Matsumoto Takanori yang kekurangan gizi itu, menjadi tuan muda di sebuah rumah besar milik Yuuji Kamijo. Namun meski Ruki tersebutkan tinggal di rumah Kamijo, Ruki hanya baru sekali bertemu dengan orang itu, yaitu saat ia pertama kali bertemu dengannya sekitar 5 hari yang lalu. Untuk selanjutnya orang itu tak pernah Ruki temui lagi di rumah, bahkan kemarin Ruki mendengar kabar kalau ia sedang berada di Zimbabwe. Entah apa yang orang itu lakukan di sana =="
Namun satu hambatan bagi Ruki untuk benar-benar menikmati kehidupannya sekarang adalah… cucu Kamijo yang bernama Kouyou tampaknya tak terima dengan keberadaan Ruki di rumahnya, dia selalu mengatakan kalau Ruki hanya akan menggerogoti harta kekayaan kakeknya. Mungkin merasa tersaingi? Karena selama ini dia adalah satu-satunya cucu seorang Kamijo karena itu ia tak rela kedudukannya harus terbagi dengan orang yang menurutnya hanyalah orang asing di rumahnya. Dia juga meminta Ruki untuk tidak sok mengenalnya di sekolah dan mengaku-ngaku sebagai cucu Kamijo. Kalau Cuma itu sih Ruki tak keberatan, toh tidak ada ruginya bagi Ruki dengan berpura-pura tidak mengenal Uruha, dan untuk apa juga dia mengaku-ngaku sebagai cucu Kamijo jika tidak ada yang bertanya, seperti orang sinting saja! Pikir Ruki.
ナチュラルセンス (◕‿◕✿)
Kriiiiiiiiiiiiiiingggg!
Ruki memberes-bereskan bukunya ke dalam tas dan sedikit melirik Saga yang tampaknya tetap santai di bangakunya sambil memainkan ponsel, sementara yang lain berhamburan ke luar kelas. Lalu Ruki memutuskan untuk menghampirinya.
"kau tidak istirahat ke luar?", Tanya Ruki sambil medudukan dirinya di bangku yang ada di depan bangku Saga.
"hm? Aku lebih suka di kelas", jawab Saga dengan pandangan tak teralih dari layar ponselnya.
Sedikit penasaran dengan apa yang dilakukan Saga, Ruki sedikit menengoknya, "apa yang sedang kau lakukan?", Tanya Ruki penasaran.
Saga menoleh kearah Ruki lalu menempelkan telunjuk tangannya di bibirnya, "sst! Kau mau ikut nonton?"
Ruki mmengernyitkan dahinya curiga, "nonton?"
"hei ayolah! Kau jangan sok polos begitu ahaha", ujar Saga tanpa dosa.
Ruki semakin yakin dengan apa yang ia pikirkan, "kau suka yang begitu!?"
"memangnya kau tidak suka?"
"cih! Kau orang yang seperti itu", Ruki segera beranjak dari bangku bermaksud meninggalkan Saga.
"haha… aku hanya bercanda Ruki", Saga menarik ujung lengan seragam Ruki mengehentikan Ruki yang bermaksud meninggalkannya. "oh ya.. sepertinya hari ini tidak ada yang menjailimu ya?"
"entahlah, tapi aku tidak bisa lengah. Bisa saja sesuatu melayang ke arahku beberapa saat lagi", ucap Ruki was-was, dan Saga hanya tertawa dengan perkataan tiba-tiba seseorang menggeser pintu kelas dan memanggil Saga untuk keluar sebentar.
Ruki duduk di bangku Saga yang terletak tepat di samping jendela hingga ia bisa melihat pemandangan luar. Mata Ruki tiba-tiba tertarik sesuatu dalam tas Saga yang masih terbuka di atas mejanya. Tanpa pikir panjang Ruki menarik benda itu keluar dan membuka-bukanya. Dan beberapa saat kemudian ekspresi wajah Ruki seperti terkagum-kagum dengan benda di tangannya.
Sreg!
Ruki sedikit terperanjat dengan bunyi pintu yang digeser Saga. "eh? Apa itu?", Tanya Saga melihat Ruki memegang benda yang sangat ia kenal ditangannya.
"oh, ano~ gomen.. aku melihat lihat ini tanpa izinmu"
"hm? Oh.. haha", Saga medudukan dirinya di bangku di depan Ruki sambil mengahadap ke belakang, "bagaimana? Bagus tidak?", Tanya Saga bersemangat.
Ruki menganggukan kepalanya, "kau suka mengoleksi foto-foto seperti ini?"
"haha itu hasil jepretanku"
"eh? Hontou? Sugeee!", Ruki kembali membuka-buka album foto di tangannya, lalu beralih menatap Saga dengan berpikir, 'benarkah orang seperti ini bisa menghasilkan foto-foto artistik seperti ini?', dan sepertinya pandangan Ruki sedikit berubah tentang teman barunya itu.
"haha aku suka sekali memotret sesuatu sejak usiaku 8 tahun. Entahlah rasanya tanganku gatal setiap kali melihat pemandangan indah atau hal-hal menarik, makanya aku selalu membawa-bawa kameraku kemanapun aku pergi agar aku bisa langsung memotretnya setiap ada hal yang bagus untuk ku potret. Menjadi fotograper professional adalah cita-citaku hehe", ucap Saga bangga.
"hooo~~ jadi karena itu namamu Sukamoto", ucap Ruki terkagum-kagum.
"ha? Sakamoto! Bukan Sukamoto"
"wkwkwk cocok kan suka moto? Kau kan suka foto-foto", ucap Ruki jail.
"jah! Dasar pendek! Wkwk"
"apa kau bilang!", mata Ruki tiba-tiba berkilat.
"wkwk ampun~~ peace!", Saga mengacungkan dua jarinya kearah Ruki.
"yang tadi itu temanmu? Dia memanggilmu untuk keluar bareng?"
Saga menggelengkan kepalanya, "dia hanya memperingatkanku agar aku tidak dekat-dekat denganmu, cis! Memangnya dia berhak mengaturku untuk bergaul dengan siapa. Terserah akulah mau dekat dengan siapa saja, benarka—", Saga menggantung kata-katanya melihat seseorang diluar sana, Saga melirik jam ditangannya, dan senyumnya sedikit mengembang.
"ah Iya, tentu saja", Ruki jadi agak canggung, merasa sedikit bersalah telah berpikiran buruk tentang Saga.
"hm~ sebenarnya.. ada apa antara kau dan Uruha?", Tanya Saga tiba-tiba.
"he?"
"kau mengenalnya kan? Seseorang mengatakan padaku kalau Uruha berjanji untuk memberi imbalan bagi siapa saja yang berhasil membuatmu mengundurkan diri dari sekolah ini. Tidak mungkin dia menyuruh anak-anak untuk mengerjaimu kalau kalian tidak saling mengenal"
"ee…"
"kenapa kemarin kau berpura-pura tidak mengenalnya?"
"itu…."
"ayolah… aku jadi penasaran hubungan seperti apa yang kalian miliki itu"
"bukan begitu, sebenarnya—", dan tanpa sadar Ruki pun menceritakan semuanya pada Saga. namun tentu saja ia mengatakan agar tak menceritakan itu lagi kepada siapapun.
"benarkah dia mengatakan itu padamu? Sepertinya dia merasa tersaingi olehmu Ruki. Ck!", komentar Saga setelah mendengar cerita Ruki,
"aku juga berpikir begitu. walau aku tidak berniat untuk bersaing dengannya tapi kalau dia mau seperti itu ya aku layani"
"haha… kau benar-benar anak yang menarik wkwk oh aku mau ke perpus sebentar, kau mau ikut?", tawar Saga
'oh oke! Aku ikut", Ruki bangkit dari duduknya dan mulai mengikuti Saga keluar kelas.
"aku ke loker dulu"
"apa?"
"hehe aku lupa menyimpan buku yang kupinjam di loker"
"bagaimana bisa kau menyimpannya di loker?", Tanya Ruki sedikit jengkel, karena itu berarti mereka harus turun dulu ke lantai satu untuk mangambilnya sementara waktu istirahat tinggal beberapa menit lagi.
"bisa saja kan ahahah ayo sebentar lagi masuk!", ujar Saga lalu ia belari meninggalkan Ruki. Dan akhirnya mau tak mau Ruki mengikuti Saga berlari untuk mengambil bukunya menuju lantai bawah.
"hei! Tidak usah berlari-lari di koridor kan? Haha"
"memang siapa yang berlari duluan hah?", nafas Ruki sedikit tersenggal karena habis berlari –lari di koridor sekolah yang lumayan panjang itu saking luasnya bangunan sekolah BHS.
"ahaha", Saga menepuk-nepuk bahu Ruki lalu merangkulnya.
Saat mereka hendak menuruni tangga menginjak anak tangga pertama, tiba-tiba mereka melihat Uruha dan kedua pengikutnya muncul dari belokan tangga dari bawah di pertengahan tangga hendak naik.
Ruki menghentikan langkahnya menuruni tangga, namun tiba-tiba sesuatu membuatnya kehilangan keseimbangan hingga akhirnya kakinya bergerak dengan cepat menuruni tangga berusaha untuk tidak terjatuh, "minggiiiirrr!" dan Uruha yang baru menyadari ada seseorang dari atas tangga sana yang menuju ke arahnya tanpa kendali refleks melebarkan matanya, berusaha menangkap seseorang yang Uruha sadari seperti tak asing baginya.
GUBRAK! #&%&*#$#E%^^^&
"…."
"…."
"U-Urusama?!"
"Urusama?!", suara kedua pengikut setia Uruha terdengar panik.
Ruki melebarkan matanya menyadari tubuhnya jatuh menimpa tubuh seseorang yang sudah pasti itu adalah ORANG ITU. dan yang lebih membuatnya shock, bibirnya pun bahkan menimpa(?) bibir ORANG ITU!
Bruk!
Uruha mendorong tubuh Ruki menutupi bibirnya dengan sebelah tangannya. Tampaknya Uruha pun cukup shock dengan kecelakaan itu. "kau~~", suara Uruha terdengar jengkel. "sialan!", dan Uruha segera bangkit menaiki tangga dengan terburu-buru diikuti kedua pengikut setianya.
Ruki masih sedikit kaget dengan kejadian itu, tapi toh dia tidak sengaja. Benar! Ruki tidak sengaja tapi sepertinya ada suatu tindakan yang disengaja tanpa sepengetahuan Ruki. Ruki menepuk-nepuk kotoran di celananya lalu menoleh kearah Saga yang masih berdiri di atas tangga dengan ponsel ditangannya. "kau mendorongku tadi?", Tanya Ruki ragu.
Dan Saga hanya tersenyum menjawab pertanyaan Ruki.
ナチュラルセンス (◕‿◕✿)
"woeeeeeeeekkkk! Woekkk! Ohok-ohok!", Uruha terus mencuci mulutnya di wastafel toilet. Berkumur dan berkumur lagi. Ketika ia ingat kejadian di bawah tangga itu lagi dan saat itu ia berkumur lagi, padahal bel masuk kelas telah berbunyi tapi Uruha masih terus mencuci mulutnya.
"Urusama?!", salah seorang pengikut Uruha mencoba menengoknya ke dalam toilet takut orang itu pingsan di tempat.
"woookkk!"
"ano~ Urusama? Kau tidak apa-apa?!"
"jangan katakan pada siapapun! Awas kau!", ancam Uruha.
"aa .. tentu saja! Kami tidak akan mengatakannya pada siapapun!"
"wooekkk!", Uruha mengusap bibirnya yang basah karena air, "anak itu! sialan!", gumam Uruha geram. Dan tiba-tiba ia ingat kembali adegan di bawah tangga(?) itu. "woeeeeeeekkkkk!"
TBC (◕‿◕✿)
