Suara gemuruh hujan menjadi melodi hari ini. Dalam ruang lukisannya yang besar ia sendiri, memejamkan mata menghirup wangi tanah yang menenangkan. Sepasang manic kelamnya terbuka memandang jauh ke depan. Sepertinya akan sangat menyenangkan bila ia berada di luar sana, membiarkan hujan membasahi tubuhnya. Ia tersenyum, mengenyahkan pikiran kekanak-kanakannya. Pria 27 tahun tidak mungkin bermain hujan, bukan?

.

Tangan kanannya terangkat, menggoreskan kuas pada kanvas putih. Menumpahkan warna menjadikannya sebuah lukisan indah. Dalam heningnya suara ketukan pintu mengintrupsi, di susul suara merdu yang selalu ia rindukan memanggil namanya.

.

Kyuhyun beranjak, membiarkan sepasang kakinya yang jenjang membawa tubuh pada pemilik suara. Ia tersenyum begitu melihat pemilik suara, wajah yang ia rindukan namun kini terlihat pucat.

.

"Surprise!"

.

Pemuda itu turut tersenyum lebar, menampilkan deretan giginya yang putih menghiraukan tubuhnya yang basah dan mengigil. Melihat tubuh itu basah, wajah yang pucat dan gigi yang bergemeletuk menahan dingin membuat senyum di bibir Kyuhyun lenyap, digantikan helaan nafas berat.

.

"Surprise yang buruk, Lee Sungmin."
"Tapi kau suka, bukan?"
"Dasar anak nakal. Ayo masuk!"

.

Kyuhyun menggenggam tangan Sungmin, mengisi sela-sela kosong itu dengan jari-jarinya. Di belakang, Sungmin terus tersenyum, menikmati betapa hangatnya tangan Kyuhyun.

.
Tubuhnya sudah kering, di balut kemeja putih -yang terlalu besar untuk ukuran tubuhnya- milik Kyuhyun. Dalam genggamannya ada secangkir teh hangat yang masih mengepulkan asap. Kyuhyun berdiri dihadapannya, sibuk mengeringkan rambut Sungmin dengan handuk kecil. Dari sini Sungmin bisa melihat jelas wajah Kyuhyun. Sepasang matanya yang indah, hidung yang mancung, rahang yang tegas dan bibir yang... ingin sekali ia kecup.

.

"Ada sesuatu diwajahku?"
"T-tidak."

.

Sungmin menunduk, menyembunyikan semburat merah di kedua pipinya. Kyuhyun tersenyum kecil, terlihat menyukai tingkah malu Sungmin. Sedikit menjauh, Kyuhyun menarik kursi kecil tak jauh darinya dan duduk menghadap ke arah Sungmin.

.

"Jadi apa yang membawamu kemari, Sungmin?"
"Aku merindukanmu."
"Kau bisa menghubungiku, bukannya menembus hujan besar dan datang kemari. Bagaimana kalau kau sakit?!"
"Tidak masalah asal aku bisa melihatmu."

.

Kyuhyun mendesah. Anak ini selalu begitu, melakukan apapun yang ia sukai. Tidak pernah mencoba sekalipun untuk menekan keinginannya. Terlihat ambisius memang, tapi itulah Sungmin. Orang yang Kyuhyun cintai.

.

Setelahnya mereka hanya terdiam, tidak ada salah satu dari mereka yang mencoba bicara. Hanya terlihat saling menatap satu sama lain. Sungmin mengigit bibir bawahnya, terlihat gelisah dan ingin mengutarakan sesuatu. Dan pada akhirnya ia pun berucap.

.

"Hyung."
"Hmm?"
"Kenapa kau tidak datang kemari dan menciumku?"

.

Tertegun namun pada akhirnya tersenyum. Kyuhyun menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Menyilangkan kedua lengan panjangnya di dada, menatap Sungmin lebih dalam.

.

"Kenapa aku harus?"
"Karena aku ingin dicium oleh mu... Aku ingin dicium pacarku."

.

Suara kursi yang berderit memecah kesunyian. Suara langkah kaki yang memantul menyamarkan debaran diri. Tangan besar yang menyentuh helaian terasa menyenangkan. Sentuhan lembut di pipi menepis semua kerinduan. Hingga akhirnya-

.

"Dasar anak nakal."

.

-kecupan manis di bibir menentramkan hati.

.

Sungmin tersenyum dalam ciumannya. Merasakan bibir Kyuhyun yang terus menekan bibirnya dalam. Mengecapnya begitu lembut tanpa tuntutan.

.

"Hyung."
"Hmm?"
"Aku cinta kamu."
"Aku juga."

.

Tersenyum bersama, merasakan kebahagiaan dunia. Kyuhyun menarik Sungmin dalam pelukannya. Memenjarakan tubuh mungil dalam balutan kehangatan.

.

Di luar hujan masih terus turun. Langit masih menumpahkan kerinduannya pada tanah yang manusia pijak. Berharap bumi tahu bahwa langit masih akan terus menaunginya hinggar akhir dunia.

-Fin-

..

My Note:

Ini bukan cerita sedih seperti sebelum-sebelumnya hehe Maaf kalau ini benar-benar pendek. Entah kenapa saya hanya bisa membuat cerita oneshoot. Setiap kali ingin membuat cerita berchapter sepertinya ide tiba-tiba menguap begitu saja. Sepertinya benar-benar ada yang salah dengan otak ini -,-

Untuk yang membaca dan mereview cerita saya, terima kasih banyak ^^

.

sign

Toscha