Konspirasi Oishi

A fanfiction

By me :)


Nei: watdehel, akhirnya saya ngebela-belain bikin akun ffn (selama ini cuma jadi silent reader atau non-login person aje) dan ngepublish fict karena geregetan pengen bikin ff satu ini… Cuma karena sayang kalau cuma jadi koleksi pribadi, akhirnya, yah, dipublish juga deh.

Oishi: Judulnya Konspirasi Oishi banget, nih? (sweat drop)

Nei: Iya. Abisnya, waktu menulis fic ini, lagi heboh-hebohnya kasus orang-sok-intelek yang make-make kata konspirasi, labil ekonomi, dst dst itu sih. Hahaha

Momo: Linei banyak bacot, mending langsung mulai ajah ficnya napah?

Nei: Wets, selow Mo, tapi tau, deh… yang bakal punya peran penting di fic ini *toel2 Momo* ups spoiler. Wkwkwk, okedeh lanjuuutt…


Warning: well, OOC abis, ada OC juga… Tapi bukan SeigakuxOC kok, saya nggak gitu suka harem ataupun reverse harem, hehehe. Apalagi yang perlu diwarning ya? Kyknya cukup aman untuk dibaca anak 13 tahun ke atas karena nggak ada yaoi, sho-ai, yuri, sama lemon lemonan. Kalau ratingnya salah, benarkan plis… pairing? Seorang-member-regular-seigakuxOC (tidak membantu, orz…) yah, dibaca sendiri aja. Hehehe

****** : bhuuu… padahal chapter ini gue sebagai OC kan belom nongol!

Yaaah, sabar, dong ******-san, namanya juga prolog (mane ade prolog hampir 2k?) terserah dah.


Disclaimer: PoT bukan milik saya. Saya cuman pinjem karakternya doang, abis Konomi sensei nggak pernah menistakan karakternya seperti ini, sih. Saya kan jadi geregetan.


Chapter 1: Reaksi

Sore itu di lapangan tennis Seigaku sedang berlangsung latihan rutin, baik member regular dan non-regular masing-masing berusaha sangat keras untuk meningkatkan kemampuan tennisnya. Mereka berlatih sejak bel pulang Seigaku berdering dan hanya matahari yang hilang ditelan gelapnya malam yang menjadi penanda usainya latihan mereka.

Lelah? Jika mereka memiliki cita-cita dan semangat yang tinggi, tentu kata lelah tidak akan terdapat di dalam pembendaharaan kata mereka. Terbiasa oleh latihan yang berat, para pemain regular Seigaku adalah yang biasanya pulang paling terlambat, hingga sekuriti sekolah mengomeli mereka karena harus ikutan pulang terlambat.

Kecuali hari ini, heh. Seorang regular tampak bersiap-siap menyudahi latihannya. Kedekatannya dengan Tezuka sang buchou menjadi senjata pamungkas jikalau ia ingin menyudahi latihan segera, entah karena keadaan mendesak atau kemalasan. Namun Tezuka tahu benar, jika ia adalah seorang pemain yang berdedikasi tinggi, bahkan diantara para regular. Tezuka cukup percaya bahwa semua kata yang terucap dari mulut sahabatnya adalah keadaan aktual yang dapat dipertanggung jawabkan. Tidak terkecuali kali ini, dimana Oishi dengan ekspresi agak aneh meminta izin untuk menyudahi latihannya segera. Ada urusan yang harus diurus segera, katanya.

Kepergian Oishi di tengah-tengah latihan rutin membuat Inui sang maniak data, atau istilah gaul yang dipakai Momoshiro di fict ini: kepo, bertanya-tanya. Selepas kepergian Oishi ke ruang ganti untuk membereskan perlengkapannya, Inui langsung menghampiri Tezuka.

"Oishi tumben duluan."

"Hm." Sang buchou sibuk memperhatikan kinerja anak kelas satu yang memungut bola.

"Ada apa?" Inui tidak sabaran, langsung menembak duduk perkaranya kepada Tezuka, sambil membuka buku catatannya yang biasa ia bawa, kitab kepo, kalau boleh mengutip Momoshiro.

"Ada urusan yang harus dia urus sekarang juga." Jawab Tezuka seadanya. Dia memang tidak bertanya lebih lanjut soal urusan apa, di mana, dan dengan siapa Oishi akan berurusan. Memangnya yang punya julukan Mother Hen of Seigaku itu siapa?

"Benarkah?" Inui membenarkan letak kacamatanya, "Kalau Oishi yang itu, 50% pasti urusan penting yang—menyangkut keluarga, misalnya?" Gumamnya sambil sibuk mencatat.

"Eh? Terus kemungkinan 50%nya lagi ke mana?" Momoshiro yang berada di dekat mereka ikut nimbrung sambil meregangkan tubuhnya.

"Hmm… who knows? Oishi juga manusia, 10% dia berbohong, hanya ingin pulang karena kecapekan, 10% dia ternyata sedang terlibat misi penyelamatan apapun deh, 5% karena ada tayangan televisi yang ingin sekali dia tonton"

"Huaaa—jangan-jangan Oishi senpai maniak drama?" Momoshiro mendramatisir suasana. Sebenarnya yang maniak drama siapa? :-/

"25% sisanya…" Inui menghela nafas ikutan ngedrama, "…masalah laki-laki normal lainnya? Pacar, mungkin?"

"Pssshh…" Kaidoh yang sedang berlari pelan ke arah Inui-Tezuka-Momoshiro mendengus, terdengar geli? Meremehkan? Well, who knows?

"Ha! You almost got me, Inui senpai!" Echizen yang sedang sparring dengan Fuji di lapangan tennis tepat di depan mereka nyaris gagal mengembalikan bola yang diumpan Fuji. Rupanya dari tadi si junior ini menguping pembicaraan mereka?

'Hmm… ternyata Momoshiro, Kaidoh dan Echizen juga kepo.' Catat Inui buru-buru di bukunya.

Sementara regular lainnya sibuk membicarakan Oishi di lapangan, Kikumaru tanpa sengaja berpapasan dengan partner doublenya itu di ruang ganti.

"Lho? Oishi? Tumben sudah mau pulang, nyaa…" Ujarnya sambil memakai kaos regularnya. Agak terkejut juga, karena lawan bicaranya hanya membalas dengan senyuman kaku.

"Iya… ada—ah, urusan." Oishi yang terlihat gelisah buru-buru menyambar tasnya, kemudian memakai seragamnya dan mengecek hp-nya. Kikumaru mengamati partnernya dengan bingung.

"Uwa, penting banget, ya? Sebentar lagi penyisihan wilayah, lho." Kikumaru mengobrak-abrik bawaannya, mencari raket yang akan dia gunakan.

"Eh—iya." Oishi menjawab bingung. Sejurus kemudian, perhatiannya teralih pada layar hp miliknya, dan Kikumaru yang memiliki penglihatan tajam menangkap semburat merah tipis pada—pipi Oishi?

'Oishi sedang sakit, nyaa?' Batinnya khawatir. 'Pantas dia pulang duluan.'

"Duluan ya, Eiji."

"Ah, oke~" Kikumaru tersentak, "Cepat sembuh ya, Oishi-nyaa!" Pintu ruang ganti yang sudah tertutup, membuat Oishi tidak dapat mendengar doa dari sahabatnya. Kikumaru pun tidak ambil pusing, dia segera berlari menuju lapangan tennis. Waktunya latihan sudah berkurang banyak karena hari ini adalah jadwal piketnya di kelas, maka ia pun tidak ingin membuang lebih banyak waktu lagi. Agak terkejut juga, karena sesampainya di lapangan tennis, Kikumaru menemukan Inui dan Momo yang sedang berbincang intens—'pair yang aneh'—dengan Kaidoh yang sepertinya tidak terlalu konsentrasi berlari—'wah, memang nggak takut dengan amukan buchou?'—bahkan buchounya sendiri menampakan ekspresi tertarik pada hal yang sedang dibicarakan oleh Inui-Momo—'walaupun tipis sekali, tetap nyaris datar seperti biasa!'—Fuji yang kesal karena konsentrasi Echizen terbelah dua—'sepertinya Ochibi hanya sekadarnya mengembalikan bola Fujiko? Pantas Fujiko terlihat bete, nyaa…' Kawamura? Oh, dia sedang nge-burning di lapangan pojok, memberi 'pelajaran' pada anak kelas dua yang berpotensi jadi regular tahun depan, jadi nggak begitu ngeh sama keadaan lapangan tengah yang isinya kebanyakan mahluk kepo.

"…ini ada apa, sih?" Kikumaru bertanya polos dengan suara yang agak keras sehingga mengalihkan perhatian Tezuka cs yang sedang menguping prediksi-prediksi Inui tentang fukubuchou yang sedang menghilang.

'Kikumaru juga kepo. Tapi yah, emang itu karakternya, kan?' Batin Inui, teuteup nulis di bukunya, dong!

"Yo, Kiku senpai!" Sapa Momoshiro ceria, "nggak apa-apa, kok. Latihan rutin seperti biasaaa…" Si jabrik langsung pura-pura kembali sibuk dengan peregangannya, menatap horror ke arah buchounya.

"Yosh." Kaidoh yang sadar akan kode dari Momo juga kembali berkonsentrasi pada langkahnya. Merasa merinding seketika, Echizen kembali berfokus pada Fuji yang akhirnya lega karena masalah nggak penting ini selesai.

"Inui punya data baru yang cetar membahana, ya?" Tebak Kikumaru asal sambil menghampiri Inui dan Tezuka yang bersisian berdirinya. "Umm, siapa yang bisa aku ajak sparring, ya?" Gumamnya sambil mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru lapangan tennis.

"Iyap." Inui menjawab sekenanya.

"Pemanasan dulu, Kikumaru." Tezuka mengingatkan. Kikumaru ber-yeah lalu ikut-ikutan Momoshiro peregangan.

"Hoo… tentang apa kali ini?" Kikumaru bertanya sambil meluruskan kakinya, kemudian membungkuk dan mencoba menggapai ujung kakinya dengan tangannya.

"Absennya Oishi hari ini." Jawab Inui pendek. Kikumaru sekarang berlari-lari di tempat, bersiap-siap menyusul Kaidoh yang sedang mengitari lapangan.

"Hoo—Oishi memang sedang sakit, nyaa… kasihan sekali, tadi ketemu di ruang ganti, mukanya merah." Sahut Kikumaru, terdengar agak khawatir—separah itukah sakitnya Oishi, sampai jadi perbincangan di latihan rutin?

"Hah? Sakit?" Momo tidak tahan untuk berkomentar—kalaupun nanti buchou menghukum lari keliling, pasti Inui senpai dan Kiku senpai ikut juga, jadi nggak sendirian deh!—"Katanya ada urusan?"

"Janjian sama dokter, maybe?" Kikumaru menjawab asal, "Eh dia lagi nggak cedera, kan, nyaa?" Katanya mendadak khawatir.

"Kikumaru." Panggil Inui sok serius, "Bisa jelaskan bagaimana proses memerahnya wajah Oishi?"

"Hah?" Kikumaru menghentikan aksi lari di tempatnya, heran. "…karena terkonsentrasinya darah ke wajah Oishi? Biasa disebabkan kalau orang lagi demam, kan?"

"Hahaha!" Momo ikutan berhenti melakukan peregangan tubuhnya, "Bukan itu, senpai. Maksudnya…"

"Kalian. Lari. Sepuluh. Putaran!" Tezuka tidak tahan juga untuk menghukum ketiga rumpiers di dekatnya tersebut, karena akhirnya Tezuka sadar, bukan hanya dia yang teralihkan konsentrasinya, bahkan sekarang Fuji ikut-ikutan nguping pembicaraan trio Inui-Momo-Kiku, hanya Kawamura yang masih taat menjalankan tugasnya sebagai regular.

"Ck." Momo berdecak kesal, tapi buru-buru lari menjauh dari Tezuka ketika dilihatnya sang buchou bersiap untuk menambah putarannya.

'Tezuka masih cukup terlihat seperti biasanya. kontrol emosi yang menakjubkan, heh?' Selesai menulis itu, Inui segera menyusul Momoshiro bersama dengan Kikumaru.

"Psst, Kiku senpai! Maksudnya, apa tidak ada gelagat mencurigakan dari Oishi senpai sebelum mukanya memerah?" Bisik Momo setelah agak menjauh dari Tezuka. Kikumaru mengerutkan dahinya.

"Ah!" Kikumaru mendadak teringat, "Kalau nggak salah, pipinya Oishi memerah setelah melihat ke… hp?"

"Oh?" Inui mengangkat sebelah alisnya—ini data baru buatnya, hal-hal apa sajakah yang dapat membuat seorang cowok umur 15 tahun tersipu saat melihat hpnya?

"Mm? Kenapa, Inui?" Kikumaru masih tampak clueless walaupun sepertinya Momo yang biasanya lebih lemot membaca situasi darinya sudah bisa menerka apa isi pikiran Inui.

"Presentase Oishi punya pacar meningkat jadi 65%."

"UAPAAAHH?" Teriak Kikumaru ekspresif—atau setidaknya, dia pikir hanya dia yang berteriak.

"Hah?" Kikumaru yang tadi ikut berteriak baru sadar, sepertinya tadi itu bukan hanya suaranya? Ia pun mengedarkan pandangan ke sekeliling penjuru lapangan tennis, dan benar saja, bahkan Fuji dan Echizen yang sedari tadi khusyuk menekuni bola yang terombang-ambing antar sisi lapangan mendadak berhenti, ikut ke dalam teriakan-nggak-nyangka-Oishi-punya-presentase-pacaran-yang-lumayan-gede berjamaah tadi.

Kecuali seorang cowok yang berdiri di pinggir lapangan tengah, yang sebenarnya gila-gilaan menahan hasrat kepo yang ternyata diam-diam tumbuh dalam dadanya hingga akhirnya menggerogoti setiap inchi hatinya pada saat ini. Namun demi mempertahankan image stoic yang disandangnya, dia mengerahkan seluruh kemampuan kontrol emosinya untuk menahan teriakan tersebut keluar dari mulutnya. Namun mata tak dapat berdusta, karena sang buchou ikut-ikutan Fuji membelalakan matanya seketika, refleks, sih.

"Gawat! Gawat! May day! May day!" Kawamura yang tadinya nggak ngeh dengan sekelilingnya, bisa teralih juga perhatiannya karena teriakan berjamaah yang dilakukan Seigaku mendadak.

"Kalkulator elo lagi error, senpai?" celetuk Kaidoh, terdengar nggak rela banget kalau fukubuchounya terancam punya pacar. Inui menggeleng singkat.

"Nggak, masuk akal banget, malah." Elak Inui. Nggak rela dikatain kalau kemampuannya menaksir data menurun.

"Semuanya! Kumpul!" Komando Tezuka tiba-tiba. Sepertinya dia terdengar… cemas? Tak lama kemudian, semua anak Seigaku berbaris rapi di depan sang buchou.

"Nggak usah baris formal gini, duduk aja." Tezuka menambahkan komandonya. Terdengar gumaman bingung dari anak-anak Seigaku yang terpaksa duduk ngemper di lapangan tennis. Tezuka berdehem wibawa, membuat anak-anak itu tidak berani lagi mengeluarkan suara—yaiyalah, kalo dihukum lari 50 laps, cape kali.

Setelah semua perhatian tertuju padanya, Tezuka memecah kesunyian dengan "Baik, Inui, silahkan dipaparkan data yang baru saja kamu temukan."

Yah, GUBRAK! Sekarang seluruh anggota klub tennis sweat-drop bebarengan—ternyata Tezuka buchou juga kepo, toh?

Inui menarik salah satu ujung bibirnya, menampilkan smirk menyebalkan ala Inui—'Menarik, Tezuka bisa kepo parah juga ternyata.'

Inui merangsek ke depan, menyejajarkan posisi duduknya dengan Tezuka. "Masalah Oishi, ya? Hmmm…"

"Apa yang membuat elo bisa menarik kesimpulan seperti itu, Nu?" Kikumaru bertanya sambil mengangkat tangan kanannya, berasa lagi kelas aja nih.

"Fakta-fakta yang gue dapat memang menunjukan seperti itu, sih." Jawab Inui cueks, "Jadi, beberapa hari ini, gue…"


(flashback Inui version)

"Loh, Oishi? Kok lo di kelas gue?" Protes Inui pagi itu di kelas 3-11. Heran, Oishi tampak membenamkan wajahnya di meja sebelah meja Inui biasa duduk. Agak lama berselang, Oishi baru menunjukan mukanya pada Inui.

"Hah? Ngomong apa lo? Ini kan kelas gue!" Oishi membela dirinya, terus karena suaranya agak keras, doi jadi menarik perhatian siswa lain yang berpikiran sama seperti Inui—'Ih, itukan Oishi kelas 3-2, kok nyasar di mari sih?' mengumpul di sekitar Inui-Oishi, membuat Oishi sadar dari kekeliruannya karena melihat wajah-wajah yang tidak familiar dengannya.

"Eh, mampus!" Oishi gelagapan, "Ini kelas 3-11 ya? Ya ampun, gue baca angka belakang 3 nya kayaknya mirip angka romawi, jadi salah!" Oishi langsung bangkit dari tempat duduknya, lalu membungkuk minta maaf ke teman-teman sekelas Inui karena sudah mengganggu mereka pagi-pagi. Tanpa melihat Inui, Oishi langsung cabut menuju kelasnya, meninggalkan Inui yang dahinya berkerut kebingungan.

(flashback selesai)


"Hah? Masa gitu doang lo bisa menyimpulkan kalau Oishi senpai sedang demam cintaaa?" Momoshiro protes, dirinya sedang berekspektasi akan cerita lebay nan dramatis, namun ternyata…

"Oishi sepertinya sedang intens memikirkan hal lain, sehingga salah masuk kelas." Inui mengabaikan protes Momo, "Kan, aneh. Masa Oishi yang itu, bisa salah kelas?"

"…masa Oishi senpai ngomong 'mampus' sih?" Protes Echizen, Inui lantas menjentikkan jarinya.

"Nah, ini!" Inui melanjutkan dengan bersemangat, "Kalian ngerasa gak sih, kalau Oishi jadi agak… manly?" Ucapannya barusan hanya ditanggapi Seigaku cs dengan 'Haah?'

"…dia jadi lebih blak-blakan, sok cuek, dan ngomong rada asal?" Fuji angkat bicara.

"Hah? Kok gue gak ngerasa, nyaa?" Kikumaru tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya, "Fujiko tau dari mana?"

"Jadi, ceritanya…"


(flashback Fuji version)

Malam itu, Fuji baru pulang dari bimbingan belajar yang dia ikuti—iyalah, udah kelas tiga gitu—rute pulangnya selalu melewati sebuah toko buku kecil yang jarang dikunjungi orang. Selain karena tempatnya kecil, buku-buku yang dijual juga bukan buku umum, melainkan buku-buku aneh seperti '365 Hari Membuatnya Jatuh Cinta', 'Cara Ampuh Memikat Gebetan', sungguh tempat yang tepat untuk para jones (jomblo ngenes) mencari wejangan dalam mengejar cinta.

Fuji, yang mengaku kalau dia—Tampang, oke! Otak, oke! Olahraga, dewo! Mau gak laku juga susah—walaupun pengakuan sepihak, sih… tapi setidaknya Fuji menyadari kalau dia tidak perlu mendatangi tempat seperti itu untuk mendapat wejangan, seharusnya malam itu bisa dengan santai melaluinya tanpa melirik kepo ke dalam toko buku tersebut.

Namun apa daya, ekor matanya secara ajaib menangkap bayangan familiar berjaket regular seigaku di dalam toko buku itu. Didorong oleh rasa penasaran, akhirnya Fuji melangkahkan kakinya ke sana, dalam hati bertanya-tanya 'Siapakah gerangan anak regular yang se-desperado ini dalam mencari jodoh?'

Momen keajaiban kembali terjadi, sesampainya di dalam, Fuji tidak menemukan jejak sosok familiar berjaket regular seigaku tadi. Yang tersisa hanyalah sebuah buku yang terbuka, berada di bawah rak etalase buku yang dijual.

'Hah? Udah jones, ke sini bukan buat beli buku, tapi cuma buat numpang baca?' Fuji tak percaya, lalu memungut buku yang terbuka itu, kemudian membaca isinya. Buku itu berjudul 'Guide to be Manlier for Dummies' lihat judulnya saja, Fuji udah sweat-drop. Semakin bertanya-tanya deh, tensai itu.

(flashback selesai)


"Apa hubungannya, Fujikooo?" Protes Kikumaru gemas nan frustasi—ini lagi latihan rutin apa forum curhatnya mamah Inui sih?

"Hubungannya…" Fuji berusaha menjelaskan dengan sabar, "di dalam buku itu tertulis kalau perempuan suka sama laki-laki yang manly banget, daaan ciri-ciri manly yang barusan gue sebut itu juga tertulis di sana."

"Kok senpai hapal?" Echizen tidak tahan untuk bertanya "Jangan-jangan senpai bukan cuma baca, tapi beli, ya?" Ledek Echizen. Fuji menghela nafasnya panjang—I'm called tensai for nothing, duh!—Iya sih, ingatan Fuji kan nggak lemah-lemah amat, masa tensai pikun?

"Eniwey, ciri-ciri yang dijabarkan Fuji sepertinya bisa dijadikan bukti yang bisa dipercaya, udah gitu kayaknya cocok sama perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu kita Oishi." Kata Inui sambil mencatat info dari Fuji ke bukunya. "Enimoar kuessyon?"

"…" Echizen yang notabene gede di Amrik rasanya pengen nyambit senpainya yang sok english pake raket yang dipegangnya—telingakuuu! Rusak sudah gegara engrishnya Inui senpai!

Melihat gelagat mencurigakan dari regular termudanya, Tezuka langsung menyela, "Baik, kembali ke posisi masing-masing!"

"Lho, kesimpulannya apa, dong, Tez?" Inui protes, "Moso' bubar gini aja?"

"Hmm, besok gue bakal tanya-tanya ke Oishi mengenai obrolan kita hari ini." Kata Tezuka yang langsung mendapat protes berupa bisik-bisik dikalangan anak klub—jadi buchou mau taunya sendirian aja, gitu?

"Protes!" Kawamura yang baru kedapetan ngomong sekali, tidak menyia-nyiakan kesempatan. Demi mendapat komentar yang kaleman sedikit, Fuji langsung merebut raket yang sedari tadi digenggam Kawamura. "—err gini, Tez, kayaknya masalah ini sangat pribadi. Nggak baik, lah kalau kita bicarakan rame-rame begini, dan jangan ditanya juga ke Oishinya, karena dia bisa malu, siapa tahu dia punya alasan sendiri—" Fuji yang nggak tahan mendengar ceramah Kawamura langsung menyelipkan raket ke genggaman cowok berkepribadian ganda itu, "—OOHHH KITA GEP AJA SEKARANG SI OISHI SIALAN! MASA DIA DAPET PACAR NGGAK MAU NGENALIN KE KITA-KITA!"

"Ini isi hati Taka senpai?" Momoshiro bergidik ngeri. Keadaan berlangsung dengan cepat, tiba-tiba Kawamura sudah menodongkan raketnya ke depan hidung Tezuka. Yang ditodong tetap cool, seolah sudah terbiasa, padahal yang nonton adegan ini udah pada nahan napas, takut si buchou meledak dan mereka ikutan kena ampasnya.

"Tezuka!" Seru Kawamura, "I demand you, sudahi saja latihannya! Ayo kita buntutin Oishi—" Fuji kembali mencabut raket di genggaman Kawamura, "whoops, sorry Tez."

"Fujiko iseng banget, nyaa…" Komentar Kikumaru sambil mengurut dadanya, mencoba bersabar. Fuji malah ber-hihihi iseng.

"Duh, gegara Taka senpai, gue jadi kepo beneran pengen ngebuntutin Oishi senpai, nih!" Kompor Momoshiro, yang mewakili pikiran sebagian besar anggota klub.

"…I dare you, I double dare you." Mendadak terdengar suara horror Tezuka, diiringi dengan aura pembunuh yang sangat terasa. Merinding seketika, latihan rutin Seigaku hari itu terpaksa dilanjutkan.


-tubikontinyu-

Echizen: TO-BE-CONTINUE !

Nei: Iyadah, nyang lagi sensi gegara tokoh utama di tenipuri tapi malah nggak nongol banyak di sini… wahahahaha (disambit Echizen pake twist serve). Chapter depan bakal muncul OCnya, kukasih bocoran deh (copy-paste chapter 2)


Gadis berambut hitam panjang berseragam Hyotei itu menatap Oishi dengan mesra. Yang ditatap hanya mampu mengalihkan pandangannya ke tanah, tidak berani membalas tatapan maut dari pemilik bola mata coklat tua di hadapannya.

"Watdehel! Oishi senpai beneran punya pacar!" Kaidoh berusaha keras biar tidak mengeluarkan kata-kata umpatan. Dia sangat tidak percaya dengan kenyataan yang berlangsung di depan matanya, apalagi saat Oishi dengan malu-malu menggenggam tangan gadis itu.

"Cewek cantik? Rambut hitam panjang? Doh, apa gak ada lagi ciri-ciri itu cewek yang lo inget?" Momoshiro menggaruk kepalanya, frustasi karena kepo. "Ciri-ciri yang lo sebutin itu terlalu umum! Gue juga punya banyak kenalan yang ciri-cirinya kayak gitu!"

"Aargh… geser, dong! Gue juga mau lihat!" Para regular yang lain pun akhirnya terpaksa dan dipaksa untuk membuka jalur intip lagi, "HAH? ITU KAN—"


Nei: itu apa? Apa itu? Apa ini apa itu? Kenapa OCnya sok misterius? Karena saya maunya kayak gitu… hehehe. Nggak, ding. Karena OCnya juga punya hubungan dengan seorang anak Seigaku. Saya cuma pengen para readers juga merasakan kekepoan yang sama dengan para regular seigaku, gitu… semoga saja berhasil, ya?

Inui : Apa? Hubungan dengan anak Seigaku? Lah, jadinya ini fanfict cintrong segitigong?

Nei: Hmmm, pertanyaan yang menarik. Saya sadar kalau OC begini bakal rawan mary-sueness yang berlebihan, tapi di sini saya sih bakal berusaha keras untuk tidak menampilkan mary-sue. Tenang aja, saya bersumpah kalau OCnya bukan cinta pertama Atobe, Tezuka, Fuji, dan siapapun lah yang hilang lalu balik lagi buat mengejar Oishi yang akhirnya bikin tokoh yang katanya jadi cinta pertamanya galau, dan si OC bisa ngeremehin si pangeran-pangeran tenis ini karena skill tenisnya luhawr biazaahh; lebih jago dari Echizen, otak jenius lebih dari Fuji, power lebih burning daripada Kawamura… meh, itu cewek apa mahluk jejadian? Oh ya, dan seisi fict gak akan jatuh cinta ke si OC ini. Saya sih pengennya si OC ini bisa masuk jadi kayak murid biasa aja, yang mungkin bisa diterima masuk ke dalam keluarga PoT dengan wajar… walaupun kayaknya nggak bisa, sih.

Kritik dan saran, harap dilampirkan dalam review… ya?