DISCLAIMER: ALL CHARACTERS BELONG TO YANA TOBOSO-sensei.
ALOIS POV
Apakah menjadi anak adopsi itu sebuah kesalahan?
"Alois,cepat habiskan sarapanmu. Ibu punya jadwal operasi pagi ini. Hari ini ada tamu penting yang akan datang siang nanti. Kau sebaiknya bergegas." Terdengar suara nyaring khas dari ibuku. Rambutnya yang berwarna merah cerah tersisir rapi dan tak lupa jas merah yang membalut seragam putih tanda kedokteran wanita berusia 28 tahun itu dikenakannya. Aku memandanginya dengan menganggukkan kepala dan berjalan menuju ruang makan. Ah, perkenalkan. Namaku Alois, Alois Burnett. Beberapa bulan yang lalu aku genap berusia 15 tahun dan saat itu pula aku resmi menjadi bagian dari keluarga Burnett. Hm? Mengapa begitu? Ya, aku adalah anak yang diadopsi keluarga ini tepat saat usiaku menginjak 15 tahun. Sebelumnnya, aku diasuh oleh seseorang—seseorang yang amat penting bagiku.
Ehm, aku akan menceritakannya nanti.
Aku lalu mulai menyendoki sereal yang disiapkan ibuku dan memakannya dengan sedikit lambat. Sementara mataku tak henti-hentinya memandangi tiap gerak-gerik ibuku yang kini sedang bolak-balik mencari segala perlengkapan untuk berangkat menuju rumah sakit. Ayah angkatku? Ah, beliau telah meninggal dunia. Ibuku—yang dijuluki Madam Red oleh orang-orang yang mengenalnya—pernah bercerita bahwa suaminya dan calon bayinya meninggal dalam suatu kecelakaan mobil. Aku tak bertanya lebih jauh karena wajah wanita berparas cantik itu akan terlihat sedih, dan aku tak ingin ia mengingat luka lama. Butuh waktu yang tidak sebentar untuk ibu bisa menerima kenyataan itu dan akhirnya memutuskan untuk mengadopsi anak. Dan karena orang itu pula aku bisa bertemu dengan Madam Red yang sekarang ini telah menjadi ibu angkatku.
Orang itu…
"Haahh…" tanpa sadar aku menghela nafas. Ingatanku akan orang itu terkadang membuatku menghela nafas. Aku memainkan sendok pada sereal yang tersisa sedikit di mangkokku dan saat aku mendongakkan kepala, keningku bertemu dengan bibir ibu yang dioles dengan pemerah bibir yang memikat.
"Ibu berangkat dulu. Jika Grell menelpon, katakan padanya bahwa ibu akan ada di rumah sore nanti. Hati-hati di rumah. Tolong tunggu sampai tamu kita datang,ya? Bye." Pamit ibu setelah mengecup keningku dan dengan cepat ia menyambar kunci mobil yang tergantung di dinding ruang tengah dan sedikit berlari keluar rumah. Aku hanya mengangguk dan tersenyum sambil melambai melepas kepergian wanita pecinta warna merah itu. Setelah pintu utama tetutup dan suara mesin mulai terdengar, itu menandakan bahaw ibuku telah berada di mobilnya dan dalam hitungan detik, terdengar suara mobil telah berjalan dan menjauh. Aku masih terpaku di dekat meja makan sambil sedikit berfikir.
Grell, kekasih ibu yang baru.
Usia pria bernama lengkap Grell Sutclif—atau entah siapa itu—terpaut 2-3 tahun lebih muda dari ibu. Ibu sedikit bercerita bahwa ia berkenalan dengan pria itu saat Grell menghadiri pesta yang diselenggarakan oleh rekan kerja ibu. Ia adalah seorang desainer muda berbakat yang khusus merancang gaun-gaun cantik untuk wanita dan ia bersikeras untuk tidak membuat pakaian untuk lelaki. Hal ini di buktikan saat ibu memintanya untuk membuatkan beberapa potong pakaian untukku namun ia menolak. Sifatnya sedikit flamboyant, hingga terkadang aku menganggapnya seperti okama. Ia seorang pria cerewet yang bisa menjadi sangat ketus dan galak jika berada dekat denganku, tapi ia bisa menjadi sangat lembut dan perhatian jika berada bersama ibu. Aku tak tahu mengapa ia bersikap seperti itu padaku, dan untunglah karena aku juga tak terlalu suka berada di dekat pria melambai itu. Dan aku tak bisa membayangkan jika orang seperti itu akan menjadi suami dari ibu—dan menjadi ayah angkatku yang baru!
Tuhan! Itu bencana!
Aku lalu menggeleng kepalaku keras untuk mengenyahkan pikiran buruk itu lalu berbalik untuk membereskan mangkuk serealku tadi. Aku lalu meneguk habis susu yang disediakan ibu kemudian aku mencuci semua peralatan makan yang ku pakai tadi. Sekalian saja aku membereskan sedikit dapur yang sedikit berantakan bekas ibu membuat sarapan tadi. Bukan karena ibuku itu tidak bisa memasak atau apa, ia lebih suka membuat sendiri makan paginya meski sudah ada maid yang akan menyediakan untuk kami berdua. Tapi itu memang sudah menjadi kebiasaan dan terlebih karena aku tak suka makan pagi. Semangkuk sereal atau dua potong roti bakar dan segelas susu cukup untukku. Meski ibu berualng kali complain karena menganggap kandungan gizi yang ku terima tidak cukup dan semacamnya. Dan aku hanya tersenyum pasarah membiarkan maid rumah itu untuk mengerjakan pekerjaannya yang lain selagi aku membereskan dapur. Aku terbiasa akan itu sebelum pindah ke rumah ini. Saat aku masih berada di apartemennya…
Ah, Lagi-lagi pikiranku melayang pada orang itu..
Aku menyibukkan diri dengan mengelap tanganku yang basah sehabis mencuci piring dan mataku sekali lagi kuedarkan ke seliling dapur yang lumayan luas itu untuk mengecek apakah ada bagian yang belum kurapikan. Dan ternyata semua telah teratur sempurna. Puas dengan pekerjaanku, senyumku terkembang dan aku melirik ke arah jam dinding di ruangan itu dan 35 menit telah berlalu seraya aku bekerja. Aku sedikit berkeringat dan secepatnya aku ingin mencuci muka dan berganti pakaian. Aku tak tahu kapan paman Grell—begitu ibuku menyuruhku untuk memanggilnya—akan menelpon. Aku tak mungkin harus duduk diam di dekat telepon yang ada di rumah ini hanya untuk menunggui panggilan darinya. Itu hal yang sangat membuang waktu dan sia-sia.
Saat aku akan beranjak kembali ke kamar, terdengar suara deru mobil berhenti di halaman rumah. Aneh, seharusnya jika pria berambut merah—yang herannya sungguh serasi dengan rambut merah ibu—itu akan datang, ia akan memberitahu dulu. Tunggu, apa tamu yang dimaksud ibu itu pria flamboyant itu?
Oh tidak!
Jika itu benar, aku lebih baik mengurung diri di kamar sambil memainkan Video game yang aku dapat sebagai hadiah ulang tahunku yang ke 15 dari ibu. Aku malas jika harus berhadapan dengan pria cerewet yang selalu mendecakkan lidahnya pada giginya yang terlihat tajam-tajam itu, tanda ia kesal padaku. Hei, memang apa salahku padamu, bung? Terkadang aku ingin sekali menendang wajahnya yang sering terlihat menyeringai menakutkan karena giginya yang tajam bak taring itu. Benar-benar membuat kesal!
Akhirnya aku tetap berjalan menuju kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci muka sementar aku membiarkan maid yang akan membukakan pintu. Aku berjalan santai menuju kamar mandi yang berada di lantai dua, dekat kamarku. Setelah sampai, aku langsung membasuh wajahku yang masih tersisa sedikit keringat dan kurasakan air dingin menyegarkan kembali pikiranku. Tak lama terdengar suara bel berbunyi. Ku acuhkan sambil mengambil sikat gigi dank u oleskan pasta gigi ke bulu sikatnya dan mulai menggosok gigi dengan sedikit malas. Namun, suara bel masih terdengar seperti tidak mendapat jawaban dari pemilik rumah. Ia berdecak kesal lalu namun masih tetap melanjutkan aktifitasnya. Bel masih berbunyi sampai akhirnya aku melonggokkan kepala ke luar pintu kamar mandi dan mendapati tak ada orang di situ. Mungkin maid yang tadi sedang berbelanja atau entah sedang apa yang ia lakukan sekarang. Yang jelas aku merasa terganggu akan bunyi bel yang menggema di dalam rumah yang luas ini dan dengan terpaksa ku seret langkah-langkahku untuk membuka pintu dan menemui tamu yang tak kunjung menyerah dalam memencet bel. Sungguh tamu yang menyebalkan.
"Siapaa?" tanyaku sedikit berteriak, namun yang ku terima hanya suara bel yang kini sudah sangat memekakan telingaku. Ku percepat langkah menuju pintu dan dengan sedikit kasar, aku membukanya.
"Cari si-.." Aku terhenyak. Kata-kataku mendadak tak bisa keluar dari mulutku. Pemandangan seseorang di hadapanku ini membuatku terkejut dan tanpa sadar aku menahan nafas.
Ya, pria berkacamata itu…
A/N: AKHIRNYA BIKIN FIC TENTANG DUA ORANG INI JUGAAAAAAAAAAAAAA~~~~~~ #jogedsamba
sebenernya fic ini cuma coret-coretan pas lagi senggang atau bete yang malah setelah dapat plot yang lebih jelas, akhirnya aye publish di sini. yah, memang masih abal tapi entah kenapa aye ga tahan untuk ga posting / #kebelet #hightension XDD
selamat menikmati dan jangan lupa review,ya? ^^v
