Disclaimer :
Naruto belong to Masashi Kishimoto. Plot and Storyline belong to me.
Pairing :
Nejiten
Genre :
Romance, AU
Rating :
T
Warning :
Typo(s), OOC, dan Don't like, Don't read, sangat menerima review^.^!
.
.
.
SUDDEN RIVAL
Tenten menendang-nendang koper merahnya dengan sebal. 2 jam lalu ia baru saja sampai di Tokyo dan sekarang ia sedang menunggu jemputan dari teman ayahnya yang bisa dibilang BENAR-BENAR TERLAMBAT seorang diri. Tokyo adalah kota kelahirannya dan juga kota asal tousannnya. Tenten adalah gadis berdarah Cina-Jepang. Sejak Junior Highschool ia bersekolah di Cina dan tahun ini, ia rencananya akan melanjutkan Senior Highschoolnya di Cina tetapi karena telepon dari otousannya kemarin, ia terpaksa harus mengurungkan niatnya untuk menuntut ilmu di Cina dan kembali ke Jepang.
.
.
.
[Flashback]
Hari itu cuaca bisa dibilang sangat terik, tetapi gadis bercepol dua ini tetap antusias menjepret segala macam pemandangan yang terbentang di hadapannya.
Ia sedang berada di West Lake, sebuah taman dengan danau air tawar yang sangat luas. Di sekelilingnya terhampar berbagai pepohonan hijau yang cukup rimbun. Kata senior pendampingnya di klub fotografi yang ia ikuti, saat musim gugur, daun-daun di pepohonan itu akan berwarna coklat dan secara perlahan akan berguguran mengikuti arah angin. Bahkan saat musim semi banyak bunga-bunga liar yang mendadak hadir di sekeliling taman dan menambah keramaian taman ini dengan warna-warna cerah dan aroma harum yang dihasilkannya. Menariknya taman yang terletak di provinsi Zhejiang Barat kota Huangzhou ini terdapat sebuah jalan setapak yang mengarah ke sebuah gazebo berbentuk kuil yang mengapung di sisi danau. Yah, untuk para penggemar sosial media tentunya berfoto disini bisa melengkapi feeds instagram kalian. Dan terkadang jika kalian sedang beruntung, taman ini juga menyuguhkan banyak atraksi rakyat saat event-event tertentu.
Tenten sangat bersyukur mendapat tugas klub di tempat ini, setidaknya ia tak perlu sampai masuk ke daerah kumuh untuk memotret foto dengan tema sosial.
Lensa Canon EOS 70D miliknya bergerak lincah seiring gerakan gadis bercepol dua itu. Mungkin sudah ada sekitar 200 foto yang ia jepret. Tiba-tiba ia merasakan getaran halus di saku jeansnya, gadis itu meraih ponselnya dan melihat caller ID yang terpampang disana. Tumben otousan menelepon dengan retang waktu dekat, pasalnya 2 hari yang lalu ia baru menelepon Tenten karena keberhasilannya lolos seleksi masuk Zhuji Ronghuai School. Tentusaja karena sekolah itu adalah sekolah favorit yang punya standar tingkat tinggi untuk calon-calon muridnya. Tenten harus melalui 5 test berbeda untuk bisa lulus. Sungguh melelahkan.
"Moshi moshi, otousan?"
"Ah, tenten-chan.. err bagaimana mengatakanya ya," jawab tousannya di seberang sana dengan bingung.
"Nande? Ada masalah? Katakan saja padaku tousan." Tenten menjawab dengan bersemangat bercampur penasaran. Ia tak tau apa yang membuat tousannya sebingung itu.
"Baiklah," ia dapat mendengar helaan nafas ayahnya di seberang sana. Entah kenapa tiba-tiba perasaan gadis itu menjadi tidak nyaman. "Tenten. Kau harus kembali ke Jepang besok." Sambung tousannya.
"EEH? NANDE?" tenten berteriak tanpa sadar. Bahkan beberapa teman satu klubnya menatap gadis berambut auburn itu dengan bingung. Belum lagi ia berteriak dengan bahasa Jepang.
"Tousan akan mengirimimu e-mail nanti, pulanglah ke rumah dan ambil tiket pesawat dan kartu kredit milik kaasan. Kau akan menumpang di rumah sahabat Tousan di Tokyo."
"Lalu bagaimana dengan sekolahku? Bagaimana dengan kalian? Kenapa kita tidak tinggal bersama saja?" tanyanya dengan bertubi-tubi
"Kepindahamu sudah diurus dan tousan akan mengirimimu e-mail nanti." Jawab Tousannya dengan tegas. Tenten dan tousannya memiliki sifat keras kepala yang sama besarnya, jadi jalan satu-satunya adalah mengalah.
"Tapi otousan..."
"Jaga dirimu baik-baik Tenten. Kami menyayangimu."
"OTOUSAN!..."
Dan sambungan telepon menyebalkan itu pun berakhir.
Kuso! Mimpi apa aku semalam? Geramnya dengan gemas.
.
.
.
Kembali ke Tenten, ia sudah sangat frustasi dengan semua ini. Barusaja ia lolos seleksi salah satu sekolah terbaik di China yang selalu didambakannya, ia harus melepaskan segalanya demi membantu orangtuanya. Tapi ia sangat sedih dengan nasib orang tuanya, perusahaan keluarga milik ayahnya yang sudah ia rintis sejak muda sedang dalam ambang kebangkrutan dan terlilit hutang sehingga mereka sedang sibuk untuk mengurusnya di Cina. Satu-satunya cara yang bisa ia lakukan adalah dengan menuruti permintaan mereka untuk tinggal di Jepang bersama sahabat ayahnya, Hizashi Hyuuga.
Kenapa di Jepang? Mereka beralasan Tenten kan kesepian jika terus ditinggal tousan dan kaasannya sendirian di rumah. Masalahnya mereka bisa pergi berhari-hari, apalagi Tenten adalah anak tunggal.
Sebenarnya, Ia cukup mengenal paman Hizashi. Beliau sering berkunjung ke rumah Tenten saat ia sedang dinas di Cina. Apalagi paman Hizashi lah yang mengajarinya fotografi ketika ia masih berumur 8 tahun silam. Tenten masih menyimpan kamera analog pemberiannya, itu adalah kamera pertama yang ia miliki. Untunglah ia akan tinggal di rumah paman Hizashi.
Tenten melirik jam dinding di sebelahnya, sudah jam 9 pagi waktu Jepang. Yah, sudah 2 jam 15 menit ia menunggu sendirian disini. Dari kejauhan ia dapat melihat seorang pria paruh baya berseragam formal berjalan dengan membawa papan nama bertuliskan namanya. Akhirnya jemputanku datang, pikir gadis bercepol dua itu. Ia mendekati pria itu sambil menarik koper merahnya.
"Ano, apa kau yang menjemputku? Aku Fujishima Tenten."
"Oh, cocok. Perkenalkan aku adalah Tanaka sopir pribadi keluarga Hyuuga, ayo ikut aku ojousama." Jawab pria itu setelah mencocokkan wajah Tenten dengan foto yang ia bawa.
Tenten ber-ojigi pada pria yang menjemputnya lalu berjalan mengikuti Tanaka.
.
.
.
Sebuah Mercedes Benz E250 berhenti di sebuah rumah mewah bergaya Jepang. Tenten menatap rumah di hadapannya dengan takjub. Apalagi kompleks perumahan ini adalah milik keluarga Hyuuga yang terletak di kawasan ter-elit di Tokyo. Tadi ia iseng bertanya ke paman tanaka, menurut pria itu, luas seluruh kompleks pribadi milik keluarga Hyuuga ini mencapai lebih dari 10 hektar. Mungkin setara luas perkebunan teh, pikir Tenten.
Tak jauh berbeda dari penampakan luarnya, interior rumah ini full bergaya klasik khas rumah para bangsawan Jepang. Kali ini ia baru percaya jika keluarga Hizashi jiichan benar-benar menjunjung tradisi keluarga. Habis dulu Jiichan terlihat sangat muda dan supel tak seperti bapak-bapak dengan gaya kaku, jadi tidak kentara kalau dia sangat menjunjung tradisi keluarga.
"Ohayou Gozaimasu Tenten ojousama. Aku adalah pelayan pribadimu selama kau tinggal disini, kau bisa memanggilku Atsuko. Mari kutunjukkan kamarmu." Jawab seorang bibi yang ia ketahui bernama Atsuko.
Memangya ada berapa pelayan di rumah ini sampai-sampai ia memiliki pelayan pribadi? Pikir gadis bercepol dua itu dengan heran.
"Baiklah, ini kamarmu ojousama, silakan beristirahat terlebih dahulu, nanti aku akan menjemputmu jam 7 untuk ikut makan malam bersama di bawah." Langkah wanita itu berhenti di sebuah kamar yang berada di sebelah kanan pada lantai 2 rumah ini.
"Hai, arigato gozaimasu baachan, tidak perlu memanggilku se-formal itu, panggil saja aku Tenten. Baiklah, nanti jam 7 aku akan turun, kau tidak perlu menjemputku hehehe" jawab gadis itu diakhiri denga kekehan.
"Baiklah Tentan-sama. kalau begitu aku permisi."
Setelah ber-ojigi, Tenten memutar knop pintu kamar tersebut dan ia sangat takjub dengan suasana kamar barunya.
Kamar yang ia taksir seluas kamar lamanya itu dihiasi oleh karpet lembut bermotif musim semi, di tengah kamar terdapat sebuah kasur king size, sementara di sekelilingnya terdapat banyak furnitur bergaya antik seperti lemari, meja belajar, dan lain-lain. Bahkan di seberang kasur terdapat sebuah LCD TV berlayar lebar lengkap dengan home theater. Di dinding ruangan ini juga terdapat pajangan dinding bergambar lambang keluarga Hyuuga dengan ukuran sedang sebagai pemanis sekaligus tanda keluarga. Tenten merasa seperti sedang berada di hotel berbitang lima versi Hyuuga.
Saat ia sedang sibuk melihat-lihat isi kamar itu tiba-tiba pintu kamar mandi yang terletak di belakangnya terbuka dan menampakkan seorang anak laki-laki tinggi pemilik mata amnethyst bertraining hitam yang sedang bertelanjang dada dengan handuk di lehernya. Rambut panjangnya yang basah tergerai halus karena habis keramas. Sepertinya ia tak menyadari kehadiran Tenten di kamar itu.
"KYAAAAAAAAA! SIAPA KAU?" Tenten berteriak dengan spontan sambil menutup matanya dengan gelagapan.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya laki-laki itu dengan ekspresi angkuh plus datar miliknya.
"HEI PAKAI DULU BAJUMU BAKA!"
"Itu tidak penting! Katakan, apa yang kau lakukan disini? Ini adalah kamar untuk tamu milik keluarga Hyuuga. Masaka, jangan-jangan kau...?"
"Aa..aku Fujishima Tenten.." jawab gadis bercepol dua itu dengan gugup sambil mengintip di sela jarinya. Mimpi apa di semalam begitu sampai di rumah Hizashi jiichan disambut anak laki-laki yang sedang bertelanjang dada?
"Hn, jadi ini anaknya Fujishima ojiisan..." Neji menatap Teten dari atas sampai bawah secara berulang. "Baiklah, aku akan pergi dari sini, kran air di kamar mandiku sedang bermasalah. Mulai sekarang ini adalah kamarmu selama tinggal di rumah ini. Dan berhentilah menatapku seperti itu gadis mesum!" sambung laki-laki bersurai panjang itu dengan cuek dan tentusaja angkuh. Lalu dengan santainya ia berjalan pergi meninggalkan Tenten yang berwajah merah bak kepiting rebus.
"HEI KAU YANG MESUM DASAR HENTAI!" teriak gadis itu dengan kesal.
"Panggil aku Neji, baka!"
Tenten menahan emosinya dengan susah payah, saking kesalnya ia langsung mengambil guling yang tergeletak di atas kasur dan memukul-mukul benda malang itu dengan beringas.
Tenten hanya tidak tau, sebentar lagi hari-harinya di Jepang akan menjadi super merepotkan dan mengesalkan berkat seorang laki-laki bernama Hyuuga Neji.
.
.
.
[TBC]
.
.
.
Huaaaa sumimasen minnaaaaaaa rencananya aku mau post cerita SasuSaku tapi malah keduluan NejiTen soalnya takut ide ceritanya ilang huhuhu T_T *di shannaro sakura*
Biar adil nanti aku bakal post yang SasuSaku kok hehehe ^.^v *nantii...*
Keep atau hapus? Mohon pendapatnya yaa...
Salam sejahtera,
Sherleenten alias Hunyeobo
