Ini fic pertama D:
Iseng-iseng mau bikin, kalo bagus ya lanjut XD

Disclaimer : Katekyo Hitman Reborn punya Akira Amano-sensei DX

Warning : OOC, abal, aneh, dll.


Sebuah kelas yang berisikan anak-anaknya sedang menggosip, berteriak, maupun membaca dan sebagainya. Sebenarnya maklum saja jika ini adalah keadaan kelas ketika jam kosong, ditinggal guru yang sedang tak jelas keberadaannya. Jika diperhatikan baik-baik, hanya seorang anak yang tampak sangat santai di ruangan ini. Seorang anak berambut coklat lembut di sudut ruangan, sedang menikmati angin berhembus yang mempermainkan helai rambutnya tersebut.

"Hei, Tsuna ! Tangkap ini !"

"I-iya !" Perhatian Tsuna teralih ketika mendengar namanya dipanggil, sebuah buku langsung mendarat di tangannya, bahkan ketika ia belum menangkapnya.

"Mune-san memang cocok jadi atlet basket ya.." Tsuna hanya bersweatdrop ria ketika menatap buku di tangannya itu.

"Un ! Lemparan Mune-kun memang selalu tepat sasaran! Dia itu jadi mengagumkan kalo sudah soal basket."

"Ah, Kyoko-chan. Hm.. Memang sudah bakat, jadi pasti seperti itu kan ?" Tsuna menatap Kyoko yang duduk di seberangnya.

"Yup ! Oh ya Tsuna-kun, kalau boleh bertanya.. keluarga barumu itu seperti apa ?"

"S-soal keluarga baru.. Menurutku cukup baik, aku juga nyaman dengan pengadopsiku. Intinya cukup baik, lagi pula ini sebuah kemajuan."

"Jika begitu,aku ikut senang Tsuna-kun ! Ya.. Bagus kalau kau senang di sana ! Sejujurnya aku sempat khawatir padamu. Tapi mendengar jika kau nyaman di sana, aku jadi lega."

"Ya, terima kasih Kyoko-chan.."

Tsuna menghela nafas setelahnya, ia lalu meletakkan buku di tangannya ke atas meja dan menyandarkan kepalanya pada lipatan tangannya di atas meja. Sejujurnya ia tak ingin memperpanjang topik sebelumnya yang sedang ia bicarakan jadi-

'Lebih baik aku tidur..'


Tsuna berjalan santai menuju ke arah rumahnya yang sekarang. Ngomong-ngomong soal keluarga baru yang tadi ia dan Kyoko bicarakan, dulu ia adalah seorang anak panti asuhan. Menunggu untuk mendapatkan pengadopsi sejak lama. Namun baru 2 bulan lalu ia mendapatkannya. Seorang wanita tua bermarga Matsukana dengan senyum lembut yang selalu terukir di bibirnya, Tsuna dengan cepat nyaman dengannya. Baginya, kediaman orang yang menjadi baa-sannya itu unik, kediaman luas nan nyaman yang akan ditemukan setelah melalui gang-gang kecil, kediaman yang asri nan sejuk dengan bunga bunga di sekitarnya, kediaman yang juga serasi dengan pemiliknya. Sungguh, di sana begitu nyaman baginya dibandingkan panti asuhannya dulu. Soal Kyoko, ia tak memberitahunya kalau Kyoko tertinggal berita tentang pengadopsiannya.

Setelah Tsuna sampai di depan gerbang rumah barunya tersebut, ia hanya terdiam sebentar lalu mengangkat kepalanya.

"Ada orang lain selain baa-san di dalam.."

Tsuna bergegas membuka gerbang dan masuk ke dalam rumah tersebut. Baru saja ia berjalan ke dalam, ia menemukan sosok baa-san dan seorang bayi sedang berbincang-bincang dengan santainya.

"Aku pulang, baa-san.."

"Ah, Tsuna ! Bagaimana harimu ?" Tsuna yang serasa diminta untuk menghampiri langsung saja berjalan dan duduk di sebelah baa-sannya itu. Tangan berkeriput yang telah termakan usia tersebut mengusap pelan kepala Tsuna, ditemani senyum yang terukir di bibir sang pemilik tangan. Kalau boleh jujur, ini yang disukai Tsuna dari pengadopsinya ini. Senyum lembut dan kehangatan yang seakan menguar dari dirinya. Tapi ia menyadari, sosok bayi di sebelah baa-sannya itu, kini menatapinya.

"M-menyenangkan, baa-san.."

"Tsuna,kau pasti bingung tentang keberadaannya kan ?"

Tsuna hanya mengangguk pelan.

Kemudian baa-sannya itu melanjutkan, "Untuk sementara baa-san tidak akan di sini, ada urusan yang perlu baa-san lakukan. Jadi untuk sementara baa-san membutuhkannya untuk menjagamu. Baa-san tak akan tega meninggalkanmu sendiri Tsuna.."

Tsuna berulang kali menatap baa-sannya yang tengah tersenyum lembut dan bayi tersebut. Kemudian ia melihat bayi itu melompat ke atas meja.

"Ciaossu, aku Reborn, yang akan menjagamu selama Matsukana-san pergi."

"A-ah.. Aku Tsunayoshi.."

Untuk beberapa saat, Tsuna hanya menunduk ketika bayi bernama Reborn itu memperkenalkan dirinya, ia tak melihat ketika mata sang bayi tersebut memicing ketika menatapnya.

Tsuna mau tak mau menatap gelisah bayi di hadapannya. Ia yang awalnya sedang bergerumul dengan buku buku tulisnya kini malah berhadapan dengan bayi yang baru saja muncul ketika ia pulang sekolah. "Kau tak terkejut saat mengetahui yang menjagamu adalah seorang bayi ?"

"A-aku tidak merasa kalau kau mirip seorang bayi.. M-maksudku, meskipun dengan fisikmu itu, kau itu bayi.. Tapi, dari pakaianmu.. Dan gerak gerikmu. Itu mencerminkan sesuatu yang lain Reborn. Aku.. Tidak mempunyai alasan mengapa aku harus terkejut. Itu saja.

"Cukup pintar rupanya," Reborn bersiul pelan setelahnya. "Sawada Tsunayoshi, tinggal di panti asuhan akibat meninggalnya Sawada nana dan Sawada Iemitsu tanpa alasan yang jelas, sedikit pemalu terhadap orang-orang di sekitarnya, prestasinya bisa dikatakan bagus, 13 tahun,tinggi 157, berat 46 kg, mempunyai pendengaran yang tajam-"

Reborn menarik nafas pelan sebelum melanjutkan. "Namun tuli. Kau mengerti apa maksudnya ini ?"

"A-apa ?"


Tsuna membuka jendela kamarnya kemudian merenggangkan tubuhnya. Semalam, bayi itu langsung meninggalkannya setelah mengucapkan hal tersebut. Kalau boleh jujur, Tsuna cukup kaget dengan pertanyaannya itu. Apa boleh buat, dirinya seharusnya memang tuli. Sejak ia masuk panti asuhan, ia menemukan keanehan pada dirinya, ia yang tuli sejak kecil dapat mendengar. Tapi setiap orang berbicara, suara orang tersebut seakan akan berada di dalam kepalanya. Mengiang dan bergema di sana. Awal ia merasakannya, ia merasa kepalanya hampir pecah ketika seseorang berbicara padanya. Namun, sekian waktu berlalu ia mulai terbiasa. Pada akhirnya, tidak ada yang mengetahui bahwa aslinya dirinya tuli. Sungguh, ini bagaikan fatamorgana nyata baginya. Yang juga ia tak tahu penyebabnya.

"Kalau dipikir-pikir aneh juga.. Seharusnya aku memang tuli kan?"

Tsuna mengalungi handuk di lehernya, kemudian bergegas membersihkan dirinya. Kalau dipikir-pikir, ini benar-benar membantunya. Selama ini, meskipun berbeda dengan yang lain dalam masalah pendengaran, ia memiliki pendengaran di atas rata-rata. Masih belum bisa dikatakan mendengar, ia juga tak tahu apa yang salah. Apakah suara yang mengiang di kepala dapat dikatakan mendengar? Entahlah, ia juga tak tahu jawabannya. Terlalu banyak yang belum ia ketahui sebenarnya.

Tsuna keluar dari kamar mandi dengan tampilan segar, dengan wajah cerah pun ia membuka pintu kamarnya dan lekas menuruni tangga. Ia mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan, tapi tak juga ia menemukan baa-sannya. Suara langkah kakinya pun tak terdengar. Baru saja ia ingin berjalan ke arah dapur, ia langsung merasakan beban yang mendarat di kepalanya.

"Reborn.."

"Matsukana-san sudah pergi tadi pagi, ini untukmu."

"Huh ?" Tsuna mengambil sebuah amplop yang Reborn berikan dari atas kepalanya, lalu membukanya.

"Ah.. Permintaan maaf karena pergi tanpa izin dari baa-san ya," Baru saja Tsuna membacanya setengah, Tsuna memasukkan surat itu kembali ke amplopnya. "Bukan masalah.. Semoga urusannya berjalan lancar."

"Tsuna, buatkan aku kopi." Reborn memainkan chamelion di tangannya sambil terkadang mengelusnya.

"Baik.." Tsuna berjalan ke arah dapur kemudian mencari cangkir di beberapa rak di sana, "Ngomong-ngomong Reborn.. Kau punya niat sebenarnya kan? Kau.. bukan hanya berniat untuk menjagaku bukan? Aku bukan sengaja menguping, tapi aku mendengar kau membicarakan hal seperti melatih dan sebagainya.." Tsuna mengaduk kopi yang berada dalam cangkir tersebut sambil menatap Reborn.

"Pendengaranmu ternyata memang tajam, padahal kau kemarin berada di lantai atas seharian. Mungkin data bahwa kau tuli salah, tapi aku tak akan ragu semudah itu Tsuna."

Tsuna meletakkan cangkir tersebut di depan Reborn yang sekarang duduk di meja makan, ia tersenyum kecil ketika ia sedikit menunduk. 'Data itu tak sepenuhnya salah, Reborn.'

"Jadi.. Aku bos kesepuluh kelompok mafia vongola?"

"Kau cocok jadi penguping Tsuna." Reborn menyeringai kecil ketika mendengar pertanyaan tersebut. Tak ia sangka Tsuna akan mendengar sampai di sana.

"Huh.. Maaf saja, pendengaran yang tajam tidak kumanfaatkan untuk menguping."

"Padahal kau mendengar sejauh itu, tapi kau tak tahu untuk apa aku berada di sini."

"..Tiba-tiba jarakmu menjauh ketika berbicara kemarin. Aku mendengar dari lantai atas, jadi.. dengan suara sekecil itu dan jarak segitu akan sulit.. Tapi bukan itu masalahnya, suaramu yang tadinya terdengar sangat jelas menghilang begitu saja. Kau membicarakan banyak hal setelah baa-san memperkenalkan dirimu, lalu sepertinya kau melanjutkan pembicaraan di tempat lain. Jelas saja aku tak mendengar suaranya."

Reborn menyesap kopinya perlahan, "Ini cukup enak." Kemudian Reborn mengalihkan perhatiannya pada Tsuna kembali, "Aku memang pergi ke tempat lain dengan Matsukana-san begitu menyadari dirimu dapat mendengar percakapan kami. Yang kau dengar hanya sebagian kecil."

"Pantas saja.. Jadi sengaja rupanya.." Tsuna mencuci tangannya di wastafel lalu mengibaskan tangannya, "Kau.. belum mengatakan niatmu yang sebenarnya Reborn.."

"Menjadi tutormu dan menjadikanmu bos mafia." Reborn mengeluarkan pistolnya lalu menembakkan timah panas dari pistolnya pada Tsuna. Seketika Tsuna menyingkir dengan gesit dari tempat ia berdiri sebelumnya dan menatap kaca di atas wastafel yang kini sudah menjadi korban timah panas Reborn.

"Jangan melakukan itu di sini, jika kau hanya berniat menghancurkan kediaman baa-san."

Reborn menyeringai di bawah fedora yang menutupi sebagian wajahnya.

"Siapa sangka yang awalnya pemalu jadi seperti ini ?"


Tsuna menendang kaleng-kaleng yang berada di depannya, ia sedikit merasa kesal dengan tingkah Reborn yang seakan menantangnya. Kalau dipikirkan, akhir pekan seperti ini tak seharusnya menjadi tumpukkan hal yang membuat menjadi tua kalau kata perempuan. Dan masalah baa-sannya, Reborn tak mau memberitahunya. Kalau menurutnya, itu sih bukan masalah. Tetapi adalah sekumpulan makhluk berwujud sama dengan Reborn yang tiba setelah kejadian tembak-menghindar itu. Bisa-bisa hidupnya jadi kacau jika seperti ini.

Tsuna tak mau menjadi tua dan tiba-tiba memiliki jenggot yang senantiasa menemaninya saat ceramah, atau mungkin kehilangan paras imutnya itu.

"Huh ?" Tsuna mendongak ke atas ketika merasakan rintik-rintik air yang mengenai tubuhnya, "Hujan ya.."


NOOOOOOO! DXMaaf kalo aneh dan jelek XD
Diusahakan chap 2 lebih panjang. Tolong kritiknya :D

Minta reviewnya yaa~