Behind The Dark

.

.

.

"Intro"

.

.

.

Jimin as Uke

.

.

-Chapter 1-

Bangtan Highschool

Sekolah dengan segudang prestasi, memiliki fasilitas terlengkap, gedung yang bagus, bahkan menurut cerita semua pengajar adalah pilihan terbaik, merupakan sekolah yang letaknya sangat strategis di Seoul, tidak menerima satupun murid pindahan namun Park Jimin, namja yang biasa saja tanpa kelebihan apapun diterima dengan sangat mudah tanpa syarat, bingung?Sama Jimin juga, namun kakaknya yang tampan hanya berkata

''Sekolah saja yang benar Jiminiee, seharusnya kau berterima kasih kepada hyungmu yang tampan ini bukannya memberikan banyak pertanyaan''

Bukannya tidak bersyukur dapat sekolah yang bagus, demi Tuhan dia sangat bersyukur hanya saja bingung kenapa bisa hyungnya menyekolahkan disekolah semegah ini Jimin yakin tidaklah murah jika masuk ke sekolah ini, apalagi hyungnya hanya karyawan biasa, ia jadi teringat pesan hyungnya yang menurut Jimin sangat sangat tidak normal

'' Jiminiee sayang, nanti saat disekolah omongan apapun yang kau dengar dari temanmu tentang hyung abaikan saja, hyung yakin mereka hanya cemburu, jadi tidak usah dipikirkan ne? '' aneh demi tuhan hyungnya sangat aneh, kenapa tiba-tiba hyungnya bilang seperti itu? Terlalu banyak pertanyaan dikepala Jimin yang sekarang hanya memandang kosong dinding apartemen barunya

'' Hmm, appa eomma bagaimana kabar kalian? Aku sangat berterima kasih kalian melahirkan hyung didunia dia merawatku dengan sangat baik, semoga kalian tenang disana "

kata Jimin, ya dia ditinggalkan orangtuanya dengan cara yang tidak masuk akal sehat seorang Park Jimin bagaimana bisa masuk akal, tiba-tiba tanpa ada masalah dalam keluarga hyungnya berkata orangtuanya sudah tidak dapat lagi berkumpul bersama mereka, dan parahnya lagi ternyata mereka sudah dimakamkan tanpa kehadiran Park Jimin? Dan bahkan Jimin yakin dia masih melihat orang tuanya kemarin tersenyum ramah kepadanya, bagaimana bisa mereka sudah dikuburkan keesokan harinya? hidup Jimin emang penuh tanda tanya

"Min"

"JIMINIEE" Tanpa Jimin sadari ternyata hyungnya sudah ada didepannya sambil memasang wajah yang kesal, mungkin karena Jimin tidak menjawab sedari tadi dipanggil

"Nee hyung?" Jawab jimin polos, ah tidak sangat polos bagi orang yang mengacuhkan hyungnya

"Dasar dari tadi aku panggil, sedang memikirkan apa hm?" Tanya Park Chanyeol, hyungnya yang sangat tampan sudah menjadi orangtua pengganti semenjak Jimin berumur 10tahun, dengan umur yang berjarak hanya lima tahun mereka sangat akrab dan jarang sekali terjadi pertengkaran

"Sedang memikirkan mu hyung"

Jawab jimin sambil memberikan senyum termanisnya sampai matanya membentuk bulan sabit, sangat manis ah bahkan merujuk ke cantik, dengan kulit yang putih bibir tebal berwarna peach, mata hitam yang indah, senyum yang menawan siapa saja yang melihatnya, tingkahnya yang sangat imut dan juga hatinya yang sangat baik bagaikan malaikat, siapapun yang mengetahui Park Jimin akan jatuh cinta kepadanya

"Aigoo adikku yang manis ini, cepat tidur, besok adalah hari pertamamu sekolah, hyung tidak mau tanggung jawab apabila kau terlambat di hari pertamamu sayang" kata chanyeol sambil mengelus surai pink jimin yang ia cat beberapa bulan lalu, biar jimin tambah imut katanya lalu turun ke pipi chubynya

"Aku gak bisa tidur hyung, kamar ini terasa asing untukku" jawab jimin sambil mempoutkan bibirnya dan bergelayut manja dilengan Chanyeol

"Aigoo, kau ini masih bocah berumur 10 tahun atau 17 tahun hm?" Balas chanyeol sambil memegang kedua pipi gembul Jimin dan mengusapnya perlahan

"Kalau didepan hyung jadi bocah satu tahunpun aku mauu, kalau didepan orang lain aku adalah namja tampan berusia tujuhbelas tahun" kata jimin sambil tersenyum menujukan giginya dan lagi lagi itu sangat manis

"Pintar sekali menjawab ya, tidur sekarang, hyung masih banyak pekerjaan dan urusan tentang kepindahan kita, lain kali saja hyung temani, selamat malam Jiminiee" kata chanyeol lalu mencium pipi jimin dan pergi meninggalkan namja imut dengan pipi bersemu merah, sepertinya akan ada yang tidur nyenyak malam ini

-6.30 am-

"JIMINIEE, BANGUN!"

"Ugh"

'Drap, drap, drap'

"Park Jimin! Bangun putri tidur, kau akan terlambat dihari pertamamu, aigoo, kenapa kau susah sekali di bangunkan? Haruskan kau di cium hm putri tidur?" Kata chanyeol sambil mengguncang jimin, mencoba membangunkan adiknya yang masih tidur dengan tenang dikasurnya

"Park Jimin, aku akan serius menciummu kalau kau tidak bangun!" Kata chanyeol lalu mendekatkan dirinya ke wajah jimin, jarak mereka hanya beberapa centi saja, dapat chanyeol rasakan nafas hangat seorang Park Jimin

"Penggoda kecil hm?"

"BANGUN PUTRI TIDUR SEKARANG SUDAH SETENGAH TUJUH!!" Teriak chanyeol tiba tiba disamping telinga Jimin, ya disamping telinganya

"Ahkk! Ya! Hyung! Aku bisa tuli kalau kau teriak sekeras itu" akhirnya Park Jimin bangun juga dari tidurnya,dengan wajah yang masih mengantuk ia memegang telinganya

"Salah sendiri susah sekali di bangunkan, cepat siap siap atau kau akan telat" kata chanyeol lalu pergi kedapur melanjutkan pekerjaannya yg tertunda

"Aku fikir akan dicium beneran"

.

.

.

.

.

.

"Hyung, bagaimana nanti jadinya kalau aku ada di asrama?" Jimin tiba tiba saja membuka pembicaraan di meja makan, chanyeol yang sedang membaca koran lalu mengalihkan pandangannya kepada adik manisnya yang sedang memakan roti berisi selai coklat yang tadi ia buatkan

"Hn, benar juga tadi saja hyung sangat kesulitan membangunkan putri tidur seperti mu, mungkin teman sekamarmu akan membiarkan kau terlambat setiap hari" jawab chanyeol sambil melanjutkan membaca korannya

Benar saja Bangtan Highschool mengharuskan siswanya untuk tinggal diasrama dan itu berarti Jimin akan meninggalkan kakakknya bahkan ini pertama kalinya ia tidak serumah dengan keluarganya, padahal Jimin fikir dia tidak akan keasrama karena dia disediakan kamar disini

"Hmm"

"Tidak usah memajukan bibirmu seperti itu, cepat habiskan sarapanmu, kita akan kesekolahmu"

"Hyungg, kenapa aku harus diasrama, kan sekolah gak jauhh"

"Rule honey, remember the rule"

"Ck, aku pasti akan merepotkan teman sekamarku terus, kasihan diaa" guman jimin sambil memegang ujung kemeja sekolahnya yang berbalutkan sweater kebesaran milik kakaknya

"Sudah selesai kan sayang? Ayo kita pergi"

"Hmm, nee hyung"

"Jangan memasang ekspresi sedih seperti itu sayang, kan setiap akhir minggu bisa main kesini?" Kata chanyeol yang melihat raut wajah adiknya mulai murung, ia kemudian mengusap surai jimin lalu menangkup pipi chubby jimin memberikan senyumnya terindahnya tepat didepan wajah adiknya

"Hyung.. aku akan merindukanmu" kata jimin dengan nada bergetar seperti ingin menangis dan memeluk erat chanyeol, jimin selalu sangat manja apabila sudah berada didepan kakaknya itu

"Hmm" balas chanyeol sambil mengeratkan pelukannya Jimin

-tobecontinue-