Tittle: G3 (G—G—G—?)
Author: Sayaka Dini
Disclaimer: This story belong to me, but the character not be my mind.
Main Cast:
Byun Baekhyun
Park Chanyeol
Other Exo
Pairing:
Chanbaek / Baekyeol
Type Story:
OneShot
(or maybe TwoShot)
Genre: Romance, School, a little comedy
Rated: T.
Warning: Yaoi, Shounen-ai, Boys Love, Boy x Boy.
Please, Don't Like Don't Read.
Note: No bashing, no flame, no copas, no re-publis, no plagiat, yes to like and comment.
Hope You Enjoy It~ ^_^
_o0o_
.
.
.
.
.
.
...
"Mungkin, karena kau gay," ucap Kyungsoo bernada santai.
Spfruuuth!
"Uhuk! Uhuk!" Baekhyun tersedak, memukul-mukul dadanya setelah menyemburkan sisa air minum dari mulutnya ke depan.
Kyungsoo meraih tissu di atas meja kantin, menlap pipi dan hidungnya yang sempat ternodai semburan Baekhyun yang duduk di depannya. "Bisa tidak, kau tidak harus seheboh itu?"
"Tunggu-tunggu dulu!" Baekhyun mengangkat sebelah tangannya. "Kau bilang apa barusan? G-g-g—" Baekhyun tergagap di akhir kata. Lidahnya kelu, seolah ia begitu sulit dan terbebani hanya karena ingin menyebutkan kata—
"Gay," koreksi Kyungsoo segera, tanpa beban. "Kau gay," ulangnya lagi dengan nada yang begitu wajar. Seolah ia sedang membicarakan apa jenis kelamin Baekhyun yang sudah diketahui banyak orang.
Baekhyun mendelik tajam pada sahabatnya. Apalagi setelah menyadari kalau suara Kyungsoo tidak bisa dibilang pelan. Beberapa siswa dan siswi di sekitar mereka atau pun yang berjalan melewati meja kantin yang mereka duduki, sempat menoleh ke arah mereka karena kalimat Kyungsoo yang cukup dibilang tidak wajar.
"Kau gila yah?" sungut Baekhyun tidak terima. "Aku curhat padamu agar kau memberiku saran atau membantuku, bukannya mengatakan hal bodoh seperti itu. Lebih baik kau tutup mulutmu daripada mengucapkan hal yang tidak masuk akal."
Kyungsoo menyedot sisa minumannya. Raut wajahnya yang jarang menampilkan berbagai emosi itu terlihat datar. Ia diam, memegang gelas plastik yang sudah kosong itu di atas meja sambil menatap Baekhyun dengan mata bulatnya. Seperti biasa, dengan ekspresi datar —sekaligus polos— andalannya.
"..."
"Kenapa kau diam?" risau Baekhyun setelah beberapa detik keheningan di antara mereka.
Kyungsoo memiringkan kepalanya sedikit. "Kau tadi menyuruhku tutup mulut, kan?"
Baekhyun menepuk keningnya frustasi. "Astaga, sabar Baek—sabar," ia menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan sambil mengelus dadanya. Mencoba menghilangkan keinginan untuk tidak melempar sepatunya ke wajah sahabatnya yang terbilang sangat polos itu.
Setelah cukup tenang, Baekhyun kembali menatap Kyungsoo. "Oke. Sekarang katakan padaku alasan mengapa kau bisa berpikir kalau aku adalah—" Baekhyun menelan ludah. "A-aku... g-g-g—"
"Gay," sekali lagi Kyungsoo menyambung ucapan Baekhyun yang tampak begitu sulit.
"Ya itu maksudku. Jadi, rasanya aku tadi sama sekali tidak menyinggung ataupun menyebut kosa kata itu. Aku hanya bilang kalau aku memang belum pernah pacaran, dan sampai saat ini belum ada perempuan yang membuatku benar-benar tertarik dan menganggapnya istimewa. Tapi bukan berarti karena itu, aku adalah—" lidah Baekhyun kelu. "G-g-g-g—"
"Gay," Kyungsoo memutar bola matanya dengan ekspresi bosan. "Astaga Baek, mengapa menyebut kata itu saja kau terlihat seperti hampir mati?"
"Tentu saja! Itu—" Baekhyun memeluk kedua lengannya sendiri sambil merinding. "Menggelikan."
"Kenapa?"
"Aissh, Kyungsoo! Jangan pura-pura tidak tahu. Minggu lalu itu sudah yang ke—" Baekhyun berhenti sejenak untuk menghitung beberapa nama dengan jari mungilnya. "—keenam. Benar, sudah ada enam orang—siswa namja— yang mencoba mengajakku kencan karena mengira kalau aku adalah g-g-g—"
"Gay," Kyungsoo lagi-lagi membantu dengan nada bosan.
"Benar!" Baekhyun hampir menjerit karena terlampau frustasinya dengan kosa kata itu. "Sialan. Padahal demi noona-noona SNSD yang cantik bagaikan bidadari, aku bersumpah kalau aku seratus persen lurus!" Baekhyun menggebu-menggebu. "Tentu saja aku sangat yakin dengan diriku sendiri kalau—" Bekhyun menarik nafas "AKU—(tangannya terkepal kuat)—BUKAN—(ia menggebrak meja)—GAAAY!—(dan ia berteriak)"
"..."
Keadaan kantin hening seketika. Siswa-siswi yang tadinya sibuk, kini mematung di tempat. Seolah dalam keadaan 'pause' seperti dalam layar televisi, gerakan mereka semua terhenti setelah mendengar seruan Baekhyun yang cukup nyaring dan menggema di seluruh penjuru kantin sekolah. Semua mata langsung tertuju pada Baekhyun.
Rasanya Baekhyun ingin mengubur dirinya sendiri ke dalam lubang yang gelap. Ia mengerang malu, menunduk sambil menutup kedua wajahnya. Kedua telinganya tampak memerah lucu di kedua sisi wajahnya.
Kyungsoo menopang dagu di atas meja, menatap Baekhyun dengan senyuman gelinya. Siswa-siswi lain pun kembali kegiatan mereka semula, meski diantara mereka ada yang tertawa geli maupun menggeleng maklum dengan tingkah heboh Baekhyun barusan.
"Yo guys!" Seseorang datang, duduk di samping Baekhyun —bangku kayu dimeja kantin itu berbentuk persegi panjang di setiap dua sisi meja yang sama panjangnya— sambil merangkul pundak namja 'cantik' itu. "Kudengar ada yang membicarakan sesuatu yang menarik di sini."
"Oh, Shut up Kris!" gerutu Baekhyun, masih menutup wajahnya sambil menggoyangkan bahunya, mencoba melepaskan tangan Kris dari atas pundaknya.
"Kau kenapa cepat sekali marah? Sedang PMS yah?" Kris nyengir.
Tangan Baekhyun lepas dari wajahnya, menatap garang ke arah Kris di sampingnya sambil memukul bahunya. "Kubilang diam!"
"Dia kesal, karena aku mengira dia gay."
"Bukankah memang begitu?"
"Kau mau kubunuh tuan Galaxy?"
Kris malah terkekeh pelan, meraih kotak minuman —entah bekas Baekhyun atau Kyungsoo— dan meminumnya sebentar tanpa izin.
Baekhyun menghela nafas. "Mungkin karena aku berteman denganmu, orang jadi mengira kalau aku juga g-g-g—"
"Gay," Kyungsoo kembali membantu Baekhyun. Meski dalam hati ia merutuki kegagapan Baekhyun yang kembali dengan pengucapan kosa kata itu, padahal beberapa detik lalu ia meneriakinya dengan lantang.
"Wow, tahan dulu bung." Kris protes, tak diterima disalahkan. "Semua orang memang sudah tahu kalau aku ini spesial (Baekhyun memasang wajah ingin muntah melihat Kris yang nyengir narsis dan mengganti kata 'gay' dengan kata 'spesial'). Tapi asal kau tahu saja, orang-orang yang tidak tahu kau berteman dekat denganku pun juga mengira kau adalah 'spesial'. Bahkan aku dulu mendekatimu karena ku pikir kau sealiran denganku."
"Apa?" Baekhyun tak kepikiran mengenai hal itu. "Hei, jangan bilang kau sama seperti namja-namja bodoh itu yang 'tertarik' padaku?"
Kris menaik-turunkan alis tebalnya, lalu nyengir aneh pada Baekhyun.
"Hii..." Baekhyun menggeser bokongnya menjauh dari samping Kris.
"Hahaha... tenang Baek, itu dulu, awalnya. Tapi setelah mengenalmu lebih jauh, aku tahu kau bukan tipeku. Yahh... aku memang suka namja yang manis sepertimu sih, tapi tidak secerewet kau dan yang sering mengomel seperti ibu-ibu arisan—auw! hey! Jangan menginjak kakiku. Aku bicara jujur, tahu!"
"Jujur apanya? Aku tidak seperti ibu-ibu arisan."
"Oke-oke. Terserah. Yang jelas, tipe yang kusukai itu harus innocent. Yeah, kau tahu, image-ku kan agak badboy gitu, dan keren seperti model coverboy (kali ini bukan hanya Baekhyun, Kyungsoo juga memasang wajah ingin muntah). Jadi supaya mengimbangi image-ku, pasanganku kelak nanti itu yang harus tampak polos, dan nurut dengan apapun yang ku katakan, sedikit manja padaku juga tidak apa-apa. Itu baru style-ku."
"Perasaan tadi kita bicara tentang aku. Mengapa malah berujung dengan style-style-mu yang membosankan itu?" sindir Baekhyun.
"Style-ku tidak membosankan. My style is the best." Kris melipat lengan di depan dada dan tersenyum bangga.
"Whatever," Baekhyun mendengus bosan. "Tapi aku sedang serius, teman-teman. Aku sungguh butuh solusi."
Kali ini Kyungsoo menghela nafas. "Aku masih tidak mengerti Baek. Mengapa kau harus buru-buru mencari pacar, yang perempuan, kalau yang laki-laki saja kau bisa mendapatkannya dengan mudah."
"Sudah kubilang berapa kali padamu tuan Dio yang terhormat," sindir Baekhyun kesal. "Aku seratus persen lurus, dan tidak ada dalam hidupku aku tertarik dengan sesama namja, apalagi berpacaran dengan mereka."
"Bukan 'tidak ada', tapi belum ada yang membuatmu tertarik."
"Astaga Kyungsoo. Aku masih tidak mengerti mengapa kau begitu yakin kalau aku adalah g-g-g—"
"Gay?" kali ini Kris yang mengoreksi.
"Aku punya alasan yang kuat," bela Kyungsoo. "Kau memiliki banyak kelakuan yang jarang dimiliki namja biasanya. Seperti merawat kuku-kuku sampai mengkilap, suka sekali memakai eyeliner, kebiasaan gerakan tanganmu yang melambai seperti wanita, teriakanmu yang lebih nyaring, juga kau yang lebih suka mengeluarkan aegyo dengan sengaja pada teman-teman sesama priamu. Padahal kebanyakan namja tidak suka mengeluarkan aegyo karena menganggap itu sama sekali tidak jantan —apalagi ditujukan pada sesama namja. Dan satu lagi, kalau kau menyanyi sendirian, kau sering sekali menggoyangkan pinggul dan pantatmu dengan gerakan aneh."
Baekhyun sempat menganga. "Aku tak tahu kalau kau memperhatikanku sedetail itu?"
"Kita sudah berteman sejak kelas satu SMA —berarti sudah satu tahun lebih sampai sekarang. Menjadi sahabat yang selalu menempel di dekatmu membuatku mau tidak mau melihat kebiasaan-kebiasaan anehmu itu, Baek."
"Kebiasaanku tidak aneh," protes Baekhyun. "Mengenai alasan-alasan yang kau bilang tadi, itu sama sekali belum cukup menunjukkan kalau aku tidak lurus. Lagipula tentang aegyo itu, aku terpaksa. Kalian tidak mau menuruti apa mauku kalau aku tidak mengeluarkan aegyo. Mau mengancam atau membentak pun tidak mempan —badanku lebih kecil—. Yang ada kalian malah menertawaiku jika aku sedang marah." Baekhyun cemberut sambil melirik Kris di sampingnya dengan pandangan menyindir. Kris malah nyengir dengan tampak sok innocent.
"Bagaimana dengan teman-teman wanitamu?" tambah Kyungsoo —tak ingin kalah berdebat. "Selama ini kau memiliki banyak teman wanita, dan sering berkumpul dengan mereka. Tapi tak ada satu pun diantara mereka yang membuatmu tertarik dan menggajaknya kencan. Padahal teman-teman wanitamu itu cukup populer di sekolah. Seperti Minah, Naeun, Eunji dan lainnya."
Baekhyun menghela nafas. "Mereka memang cantik-cantik dan imut. Tapi percayalah, saat mengenalnya, mereka hanya asik diajak ngobrol. Aku sudah sangat nyaman hanya dengan berteman dengan mereka. Rasanya aneh saja kalau aku tiba-tiba mengencani salah satu di antara mereka. Eits, tapi jangan salah paham dulu. Itu bukan berarti aku tidak tertarik dengan wanita. Buktinya sampai sekarang aku masih sangat menyukai SNSD."
"Baekhyun. SNSD itu hanya idolamu. Kau mengangumi mereka, bukan berarti kau benar-benar 'menyukai' mereka."
"Apa bedanya? Aku—"
"Tahan dulu kawan," Kris menyela, tak ingin mendengar lebih jauh perdebatan mereka yang sepertinya tidak akan ada ujungnya kalau sudah beradu argumen seperti ini."Berhubung aku baru bergabung, aku jadi kurang mengerti dengan akar permasalahannya." Kris menoleh pada Baekhyun. "Tadi, Kyungsoo sempat bilang kau sedang buru-buru mencari pacar? Untuk apa? Kau kebelet menikah? Hei, SMA saja kau belum lulus, bagaimana kau menghidupi keluargamu tanpa kerja? Well, kecuali kalau kau menikah dengan pria mampan berkecukupan dan kau rela mengganti statusmu sebagai uke manis yang—AUW! Hey Baekhyun! Berhenti menendang kakiku!"
"Asal kau berhenti mengatakan hal yang omong kosong."
"Aissh. Mana sopan santunmu Baekhyun? Sedekat apapun kita, aku masih lebih tua darimu. Jaga nada bicaramu kalau bicara dengan sunbae sepertiku."
"Kau tidak terlihat seperti sunbae di hadapanku."
Kris menjitak kecil kepala Baekhyun sebagai balasannya. Baekhyun meringis kecil, mengelus kepalanya. Kali ini tak berani membalas karena tatapan Kris berubah lebih serius dari yang biasanya —terkadang Kris memang tampak sangat menyeramkan kalau sedang marah.
"Aku mengerti sunbaenim, maafkan aku," gumam Baekhyun dengan nada yang lebih pelan tanpa menantang seperti tadi. "Puas kau sekarang hyung?"
Kris tersenyum puas. "Jadi, jawab pertanyaanku yang tadi? Ada apa sebenarnya?"
"Itu karena Sehun." Kyungsoo memilih menjawab, karena melihat Baekhyun tidak lagi mood untuk menjawab.
"Sehun? Sehun yang mana?"
"Yang jelek," ketus Baekhyun dengan nada kesal —sama sekali tidak membantu pertanyaan Kris yang bingung.
"Nama lengkapnya Oh Sehun," Kyungsoo menjelaskan. "Hyung tidak ingat? Anak kelas satu yang—"
"Aahha~" Kris menjetikkan jari, tampak baru mendepatkan pencerahan. "Sehun yang itu yah? Yang anaknya putih sekali seperti albino, yang akhir-akhir ini sering mengekori Baekhyun seperti anak anjing manis kehilangan induknya. Yang itu yah?"
Kyungsoo menganguk. Baekhyun mencibir dengan bibir terpout kesal. "Anak anjing manis apanya?" sindir Baekhyun.
"Ada apa?" Alis Kris tertaut heran. "Bukankah akhir-akhir ini kalian terlihat sangat akrab? Aku saja tak berani menghampirimu kalau kau terlihat berdua dengannya. Seingatku, kalian berdua pernah bercanda dan tertawa seperti orang gila di dekat lapangan sekolah. Kenapa sekarang kau terlihat kesal dengannya?"
"Itu karena candaannya tidak asik seperti dulu lagi, hyung," Baekhyun mengadu sambil mempoutkan bibirnya —masuk ke mode merajuknya. Terlihat frustasi dan kesal di waktu bersamaan.
"Baekhyun tadi cerita. Minggu lalu, saat ia tertidur di perpustakaan, Sehun mengambil kesempatan itu untuk mencium bibir Baekhyun."
"Wow," Kris cukup terkejut dengan cerita Kyungsoo. "Lalu? Apa dia benar-benar mencium bibir Baekhyun?"
"Untungnya sih tidak. Baekhyun terbangun tepat di saat jarak Sehun berada di depan wajahnya."
"Ouhh," Kris mengeluh bak penonton yang dikecewakan. "Sayang sekali~"
"Hei Hyung! Apa maksudmu itu?" protes Baekhyun.
"Ku kira kau akhirnya kehilangan ciuman pertamamu setelah sekian lama." Kris nyengir.
"Yang benar saja? Tentu saja aku tak mau ciuman pertamaku seperti itu. Apalagi dengan bocah seperti Sehun? Aish... padahal aku sudah menganggapnya sebagai dongsaeng yang lucu, tapi dia sudah merusak segalanya. Anak itu benar-benar... Akh! Idiot!" Baekhyun mengacak rambutnya sendiri.
"Jadi, kisah selanjutnya seperti apa?" tanya Kris pada Kyungsoo, melihat Baekhyun sepertinya sibuk dengan dunianya sendiri (mengomel tanpa henti tentang betapa bodohnya Oh Sehun).
"Karena sudah tertangkap basah, akhirnya Sehun mengakui dia menyukai Baekhyun dan mengajaknya kencan. Kurasa hyung bisa menebak sendiri apa jawaban Baekhyun kan?"
"Ditolak." Kris mengangguk paham. "Ku pikir sampi di sini sudah jelas kan? Lalu apa masalahnya?"
"Sehun ternyata anaknya keras kepala, lebih keras kepala dari namja-namja yang pernah mengajak kencan Baekhyun sebelumnya. Ku dengar dari Baekhyun, Sehun bilang dia tidak akan menyerah dan mundur begitu saja sampai Baekhyun benar-benar berkencan dengan orang lain. Karena itu, Baekhyun buru-buru minta dicarikan pacar. Dia memintaku mengenalkannya dengan teman yang mungkin saja bisa membuatnya tertarik."
Kris mengangguk paham, lalu memasang pose berpikir —memegang dagu dengan mata yang disipit-sipitkan. "Daripada mencari seseorang yang membuatmu tertarik. Mengapa kau tidak melakukan sesuatu yang seperti di drama-drama saja?"
Alis Baekhyun tertaut. "Maksudmu?"
"Minta saja seseorang yang mau jadi kekasih bohonganmu untuk sementara," Kris lalu melirik Kyungsoo. "Kau bisa berpura-pura melakukan adegan itu dengan Kyungsoo kan?"
Kyungsoo menghela nafas. "Tidak semudah itu. Sehun sangat tahu aku dan Baekhyun itu hanya sahabat dekat, tak lebih. Dia tentunya pasti curiga kalau kami tiba-tiba pacaran. Lagipula semua satu sekolah juga tau aku ini straight —aku pernah mengencani Jinmi (anak gadis kepala sekolah yang terkenal itu) selama enam bulan setahun yang lalu."
"Hei, apa kalian tidak dengar ucapanku?" protes Baekhyun. "Aku sudah bilang berapa kali, aku tidak mau berkencan dengan sesama pria —aku bukan g-g-g— Akh! apapun namanya itu. Dan yang jelas, sekalipun aku ingin menjalin sebuah hubungan serius untuk pertama kalinya, aku tak ingin main-main, apalagi yang bohongan seperti drama-drama atau apapun yang kau sarankan itu Kris-hyung."
"Bahkan jika Sehun atau namja lainnya terus mengejarmu?" tanya Kris.
Baekhyun mengangguk. "Setidaknya aku tak ingin membohongi siapa pun. Aku tidak mau."
Kris dan Kyungsoo tersenyum pada kejujuran Baekhyun.
"Well, kalau gitu semoga kau berhasil." Kris mengacak rambut Baekhyun, membuat namja yang lebih pendek itu mengerut tak suka.
.
.
.
.
.
Salah satu kotak mesin minuman yang berada di dekat lapangan sekolah itu memang sedikit bermasalah. Terkadang mesin minuman itu tak bisa diajak kerja sama dengan baik, misalnya membuat uang koin atau lembar yang sudah dimasukan dalam mesin itu tersendat di tengah jalan, dan kaleng atau kotak minuman yang sudah dipilih tak ingin keluar dari bawa kaca mesin minuman tersebut.
Meski rusaknya sudah separah itu, tetap saja ada siswa yang terpaksa membeli minuman di kotak mesin tersebut. Berhubung mesin minuman itu satu-satunya berada di pinggir lapangan. Jadi jika ada siswa yang malas untuk beranjak ke kantin yang jaraknya lumayan jauh dari lapangan, terpaksa akan membeli minuman di kotak mesin tersebut. Seperti saat ini, Btun Baekhyun berdiri di depan kotak mesin itu sambil merengut sebal.
"Tidak mau keluar lagi, yah? Sial." Ia menggerutu sendiri di depan mesin minuman. Baru saja ia ingin melangkah mundur —mengambil ancang-ancang untuk menendang sisi mesin tersebut agar kaleng minunannya keluar. Sesuatu bayangan yang menutupi tubuhnya dari belakang —sinar matahari berada di belakang Baekhyun— mengurungkan gerakannya.
Bunyi seperti seseorang yang mengendus ujung kepalanya membuat Baekhyun risih. "Kris hyung, hentikan tingkah anehmu. Aku tidak sedang ingin main-main," gerutunya tanpa mau menoleh ke belakang. Toh, orang yang tingginya seperti itu —dilihat dari bayangan tubuhnya yang menjulang di hadapan Baekhyun dari sinar matahari di belakang— yang dengan beraninya mengendus ujung kepalanya dengan iseng, pastilah itu kelakuan jahil Kris hyung. Memang siapa lagi?
"Baumu harum, kau pakai parfum apa?"
Suara yang bahkan lebih berat dari Kris itu membuat Baekhyun segera terperanjat. Secepat kilat ia menoleh ke belakang, lalu mendongak untuk melihat lebih jelas wajah pemuda tinggi yang berdiri di belakangnya. Wajah namja asing —yang belum Baekhyun kenal— sedang memejamkan matanya sambil terus mengendus —mengirup aroma puncak rambut Baekhyun.
"Ini bau parfum atau shampomu? Aromanya benar-benar menarik?"
"..."
WHAT THE—
Mata Baekhyun melebar.
—HELL?!
"YACH!" dan suaranya melengking, sambil mendorong dada pemuda tinggi itu untuk menyingkir dari ujung kepalanya.
Pemuda tinggi itu sedikit oleng dan mundur kebelakang dua langkah. Matanya terbuka dan melebar terkejut —seolah ia baru tersadar dengan apa yang baru saja ia lakukan.
"Apa-apaan kau?" sungut Baekhyun tak terima. "Kau tahu, tindakanmu itu sama sekali tidak sopan. Aku bahkan tak mengenalmu."
Ia berkedip, lalu tersenyum kikuk sambil mengusap tengkuknya. "Mianheyo," ia agak membungkuk sopan. "Aku... agak tidak sadar," dia mengaku dengan nada yang begitu canggung. "Habisnya... baumu sangat—" dia tidak melanjutkan kalimatnya. Matanya yang beriris coklat indah melirik Baekhyun dengan canggung, lalu beralih menatap lantai, detik kemudian ia melirik Baekhyun sekilas, lalu kembali menatap lantai.
Pemuda tinggi itu sempat menyunggingkan senyuman lebarnya dengan kikuk —sungguh dia merasa canggung—, tapi melihat reaksi Baekhyun yang menatapnya dengan pandangan aneh membuat senyuman lima jari pemuda tinggi itu perlahan menghilang dengan begitu canggungnya.
"Jangan bertingkah aneh lagi, dasar," gumam Baekhyun —sok menasehati. Lalu segera beranjak pergi dari tempat itu.
"Hey, tunggu!"
Langkah Baekhyun terhenti setelah mendengar suara berat itu. Ia menoleh, alis bertaut heran meminta penjelasan.
"Em... itu..." pemuda tinggi itu bergumam canggung —atau gugup. "Kau memang tidak mengenaliku, maksudku, aku juga tidak mengenalimu, maksudku, aku—" Dia menarik nafas dalam, seperti mencoba menghilangkan kecanggungannya sebentar. "Well, yang mau ku katakan adalah, aku siswa pindahan baru di sekolah ini. Namaku Park Chanyeol. Senang berkenalan denganmu."
Ia mengajaknya kenalan. Baekhyun terdiam, memandang uluran tangan itu tanpa membalasnya.
"..."
Hening tanpa ada reaksi kemajuan dari Baekhyun. Dengan terpaksa, Chanyeol menarik uluran tangannya dengan cangggung. "Ah, ha ha ha (dia tertawa kikuk) tak apa. Kalau kau tak mau—"
"Kau aneh," ucap Baekhyun menyuarakan isi kepalanya. "Pertama, kau tadi mengendus atas kepalaku dari belakang dengan tidak sopannya, lalu menanyakan tentang parfum yang kupakai dengan sok akrabnya, apalagi kau tadi mengatakan kalau aromaku menarik. Untuk sesaat aku sempat mengira kau adalah orang mesum yang ingin melakukan pelecehan seksual padaku."
Wajah Chanyeol sekilas berubah merah, menyadari betapa tidak sopannya kelakuannya tadi.
"Tapi setelah itu kau meminta maaf sambil mengangguk sopan padaku. Wajah bersalahmu yang polos itu terlihat jauh dari kata mesum."
Chanyeol langsung tersenyum lebar.
"Tapi kalau kau tersenyum sangat lebar seperti itu kau terlihat jauh lebih aneh."
Senyuman Chanyeol hilang, terganti dengan wajah cemberut.
Baekhyun tertawa cantik. Chanyeol tertegun seketika.
"Hahaha... mianheyo. Bukannya ingin menyinggung perasaanmu. Aku adalah orang yang suka jujur untuk mengatakan pendapatku. Ku harap kau tidak tersinggung karena sungguh aku tidak berniat untuk menghina atau mengejek, apalagi merendahkan seseorang."
"Tak masalah, jangan khawatir aku bukan orang yang sensitif," Chanyeol tersenyum —kali ini tak begitu lebar, cukup tipis namun juga cukup tampan. "Jadi siapa namamu? Kalau kau tidak keberatan ingin memberitahukan aku."
"Tentu. Aku bukan orang pelit yang sekedar nama saja tak ingin memberitahukanmu." Baekhyun balas tersenyum —benar-benar senyuman yang sangat manis dan cantik. "Namaku Byun Baekhyun."
Bohong kalau Chanyeol —yang terpaku di tempat itu— tidak terpesona dengan senyuman indah dari namja mungil di hadapannya itu.
.
.
.
.
.
"Dapat pernyataan cinta lagi?" celetuk Kyungsoo. Ia agak berjinjit di balik bahu Baekhyun, sambil mengulurkan kepalanya untuk melihat isi surat dari lipatan kertas berbentuk hati yang baru saja terselip di pintu loker Baekhyun, dan kini berpindah tempat di tangan Baekhyun.
"Temui aku di dekat kolam renang sekolah sehabis jam pelajaran terakhir sekolah berakhir, dari Kai?" Kyungsoo mengeja isi tulisan itu. "Kai? Siapa itu Kai? Dari namanya kelihatannya seorang namja. Sayang sekali kau akan mendapatkan pernyataan cinta dari namja lagi, bukan wanita."
"Berhenti menyindirku Kyungsoo."
"Siapa yang menyindir? Aku hanya mengatakan kenyataan," balas Kyungsoo dengan mata lebar dan ekspresi polosnya. "Memang kenyataannya kau tak pernah mendapatkan pernyataan cinta dari wanita, iya kan?"
Baekhyun mengerang, tak bisa membalas ucapan Kyungsoo.
"Jadi apa yang akan kau lakukan, Baek? Ini sudah hampir jam lima sore. Jam pelajaran terakhir sekolah sudah berakhir sejak dua jam yang lalu. Apa kau akan pulang atau menemui orang itu?"
Baekhyun mendesah. "Apa orang bodoh ini tidak tahu kalau hari ini aku mengikuti kegiatan klub musical sehabis jam pelajaran berakhir?"
"Mana ku tahu? Memangnya kau kenal siapa itu Kai?"
"Aniyo. Baru kali ini aku mendengar nama itu."
"Mungkin itu hanya nama samaran saja," duga Kyungsoo. "Jadi bagaimana? Kau mau pulang bersamaku atau tidak nih?"
Baekhyun tampak berpikir. "Bagaimana kalau orang ini masih menungguku di sana?"
"Kau yakin? Itu sudah sekitar dua jam lamanya. Yeah... kecuali orang yang bernama Kai itu sangat gigih, bisa saja dia menunggumu sampai sekolah ini benar-benar ditutup."
"Kalau begitu aku akan pergi mengeceknya dulu," putus Baekhyun. Sekesal-kesalnya ia pada 'namja-namja' yang mencoba mengajaknya kencan atau menyatakan cinta, Baekhyun tak ingin membuat mereka menungggu tanpa kejelasan. Setidaknya Baekhyun akan menghadapi masalahnya dan menyelesaikannya dengan tuntas, suka atau tidak.
"Kalau begitu maaf Baek, aku tak bisa menemanimu," sesal Kyungsoo. "Kau tahu sendiri kan hari ini kakak sepupuku baru pulang dari China. Aku harus tiba di rumah dengan cepat. Ini saja aku sudah terlambat dua jam karena kegiatan klub muusical tadi."
Baekhyun mendesah kecewa, dia akan pulang sendirian nanti. "Ya sudah. Aku titip salam saja dengan Luhan hyung."
"Neh," Kyungsoo mengangguk. "Sampai besok. Semoga berhasil."
"Hm," Baekhyun mengangguk malas, mereka berpisah, berjalan berlawanan arah.
"Baekhyun!"
Langkah Baekhyun terhenti, menoleh pada Kyungsoo yang berdiri di dekat pintu gerbang.
"Hati-hati yah!" Kyungsoo berteriak dari kejauhan. "Kudengar gedung kolam renang tampak menyeramkan menjelang malam. Semoga saja kau tidak diculik penunggu-nya!" Kyungsoo melambai tanpa dosa dengan wajah polosnya.
Baekhyun mengeram. "YACH! Kalau tidak mau menemaniku jangan tambah menakutiku!"
.
.
.
.
.
Kolam renang di sekolah Baekhyun itu berada di dalam gedung tersendiri —istilah lainnya indoor— gedungnya berada di sebelah timur wilayah sekolah. Sekolah pada jam lima sore seperti ini sudah hampir sepi, kegiataan klub-klub sekolah pun paling lama berlangsung sampai dua jam saja sejak bel pelajaran terakhir berbunyi (jam tiga sore). Sementara gerbang sekolah ini baru benar-benar akan dikunci oleh penjaga sekolah sekitar jam setengah enam sore. Itu artinya, Baekhyun mempunyai waktu sekitar dua puluh menit berada di wilayah sekolah ini -—jika tak ingin terkurung dalam sekolah sampai esok pagi.
Baekhyun sudah bertekad dalam perjalanan ke gedung kolam renang itu kalau dia hanya sebentar. Mengecek keberadaan orang yang bernama Kai itu, masih ada atau tidak? Kalau tidak ada, dia langsung bisa pulang dengan tenang. Kalau masih ada, tinggal menanyakan keeperluannya dengan cepat dan setelah itu langsung pergi. Semoga saja tidak memakan waktu lama.
"Halo~" Suara Baekhyun tidak terlalu keras, tapi cukup menggema di dalam aula kolam renang yang tampak tanpa penghuni itu. Baekhyun sedikit merinding. Biarpun lampu gedung sudah menyala, tetap saja rasanya agak mencekam. "Halo~ Kai-sshi... Apa kau masih di sini?"
Kolam renang berisi air bening biru itu tampak tenang. Deretan bangku penonton di sisi lain kolam renang tampak lenggang tanpa seorang pun di sana.
Baekhyun berjalan semakin masuk mendekati kolam renang, mencoba melihat sekeliling lebih jelas. Sapatahu saja orang bernama Kai itu ketiduran karena menunggunya terlalu lama di suatu tempat.
Bunyi rasak rusuk kedebuk dari bangku penonton sempat mengagetkan Baekhyun, membuat namja pendek itu melangkah mundur menjauhi bangku penonton —tanpa sadar ujung belakang sepatunya mencapai pinggir kolam. Terlihat dua kucing keluar dari sela-sela bangku, berlari keluar seperti main kejar-kejaran. Baekhyun menghela nafas lega sambil mengelus dadanya. Dia sadar betul dirinya tipe yang gampang kaget, apalagi dalam suasana mencekam seperti ini.
BLAM!
"GYAAA!"
BYUUR!
Tahu-tahu Baekhyun sudah kecebur di dalan kolam. Salahkan bunyi gebrakan pintu —mungkin datang dari ruang ganti— yang terdengar keras dan tiba-tiba itu, membuat Baekhyun terkejut dan lompat ke belakang, otomatis ia terjatuh ke dalan air kolam renang di belakangnya tanpa sengaja.
Malangnya lagi, kaki Baekhyun mendadak terasa kram, tidak bisa digerakkan sama sekali. Ia tenggelam, dengan beberapa gelembung udara yang mulai lolos dari lubang hidung dan mulutnya.
"Hati-hati yah! Kudengar gedung kolam renang tampak menyeramkan menjelang malam. Semoga saja kau tidak diculik penunggu-nya!"
Baekhyun merutuki nasehat Kyungsoo yang tidak ia perhatikan dengan baik. Dalam ambang kesadarannya, Baekhyun melihat bayangan seseorang mendekatinya di dalam air. Sebelum akhirnya semua gelap.
.
.
.
.
Badannya sangat lemas, sama sekali tidak bisa ia gerakan. Bahkan untuk bernafas Baekhyun tak bisa. Semuanya terasa gelap. Bisa ia rasakan ada jemari tangan yang memegangi rahangnya, membuat mulutnya terbuka dan menjepit hidungnya. Sesuatu menyentuh dan menekan bibirnya yang terbuka -—membengkap mulutnya, udara hangat memaksa masuk kedalam mulut dan kerongkongannya. Kepala Baekhyun terasa pusingg, dadanya sesak dan perutnya mual. Tiba-tiba dia ingin muntah.
Air keluar begitu saja dengan paksa dari mulut dan hidungnya. Secepat mungkin paru-parunya kembali berfungsi dengan mengirup udara sebanyak mungkin sampai-sampai dadanya kembang-kempis naik turun.
Samar-samar ia mendengar suara berat yang seperti memanggil namanya, ditambah dengan beberapa tepukan di kedua pipinya yang basah.
"...hei...u... su...dar...?"
Baekhyun perlahan membuka matanya, masih buram.
"Baekhyun? Kau sudah sadar? Hei, katakan sesuatu?"
Dia jarang mendengar suara terlampau berat seperti ini. Tapi Baekhyun cukup sadar dan ingat siapa pemilik suara itu.
Chanyeol...
Tapi lidahnya masih kelu untuk digerakkan. Perlahan pandangan mulai jelas. Raut wajah Chanyeol yang tampak basah kuyup —seperti dirinya-— langsung memenuhi penglihatannya. Mata besar dengan iris pupil coklat kehitaman itu, terlihat begitu bening. Hidung mancungnya, bibir tebal yang tampak basah, helaian poni rambut hitam yang jatuh di atas matanya... tampak indah, terlihat begitu menawan dan sangat tampan.
Baekhyun tiba-tiba kembali merasa nafasnya tertahan tanpa sebab.
Arah pandang Baekhyun jatuh pada rahang Chanyeol, mengikuti beberapa aliran tetes air yang jatuh dari wajahnya, turun melalui leher-—selangka—pertengahan dada sixpack yang sempat tersibak di antara kemeja putih dengan tiga kancing terbuka di atas.
Entah kenapa menelan ludah pun terasa sulit bagi Baekhyun.
"Hei, Baekhyun? Kau dengar aku kan?" Chanyeol mengibaskan sebelah tangannya di depan mata Baekhyun dengan khawatir. Takut-takut jika anak itu hanya membuka matanya tapi belum sadar sepenuhnya.
Mata Baekhyun kembali beralih di wajah Chanyeol. Melihat raut khawatir itu membuat ia merasa senang dan hendak tersenyum. "H-hei..." itu sudah semampu Baekhyun, tapi suaranya terdengar serak. "...Chan...yeol..."
Tubuh Baekhyun tersentak ke atas. Tiba-tiba Chanyeol sudah mengangkat punggungnya dan memeluk tubuh Baekhyun erat. "Syukurlah..." bisikannya terdengar lirih, namun penuh kelegaan.
Dada Baekhyun menghangat, darahnya berdesir, sampai-sampai wajah dan telinganya juga menghangat -—berubah warna menjadi merah. Dalam kondisi aneh —untuk pertama kalinya dalam hidup Baekhyun-— rasanya ia ingin sekali tersenyum, meski senyuman di balik bahu Chanyeol itu terlihat seperti senyuman orang bodoh. Baekhyun sendiri tak bisa menjelaskan mengapa ia mendapatkan perasaan aneh sekaligus senyaman seperti ini.
"Mungkin, karena kau gay," —ucapan Kyungsoo tergiang di kepalanya.
Benarkah?
"Bukan 'tidak ada', tapi belum ada (namja) yang membuatmu tertarik."
Apa kali ini ucapan Kyungsoo bisa dipercaya?
Tapi... kalau hanya Chanyeol seorang yang membuatnya merasakan hal ini. Apa itu masih termasuk dalam kategori g-g-g—
.
.
.
.
"Gay?"
.
.
.
.
"Eoh? Apa kau mengatakan sesuatu Baekhyun?"
.
.
.
.
.
—FIN—
.
.
.
.
.
Slight Story...
"Kyungsoo-yah."
"Ya, Baekhyun?"
"Ada yang ingin kutanyakan padamu."
"Apa itu?"
"Itu... tentang... err... eumm..."
"Hm? Apa?"
"Hah... (menghela nafas) menurutmu... apa nafas buatan itu bisa termasuk dalam kategori ciuman pertama?"
"..."
"K-kyungsoo-ah?"
"..."
"H-hei. Mengapa kau menatapku seperti itu?"
"Siapa yang memberimu nafas buatan?"
"I-itu... Chan— Hei! Aku tidak bilang kalau ada yang memberikan ku nafas buatan! Aku hanya bertanya tentang—"
"Jadi, yang bernama Chan itu, namja atau yeoja?"
"Nam-— Apa?! Hey! Jangan memotongku seenak-—"
"Oh, jadi akhirnya kau mengakui kalau kau gay?"
"Ten—tu... tidak! Yach! Kyungsoo! Berhenti tersenyum begitu padaku! Grrr! Aku—Bukan—G-G-G-—"
"Hai Baekhyun!"
"C-chanyeol?"
"Wah, coba lihat wajahmu di cermin, Baek, kau SANGAT merah."
"Shut up Kyungsoo!"
...
A/N: Jangan tanya kenapa? Ini adalah fanfic Exo (sekaligus Baekyeol) pertama yang kubuat. Setelah sekian lama sekitar hampir empat bulan hiatus, bukannya update fanfic 2pm lain. Aya malah mendadak muncul dengan fanfic Baekyeol (yang gak jelas) ini.
Mianhamida...
Semoga fanfic Baekyeol pertama ini bisa dimaklumi dengan baik. Kalau responnya bagus, Aya akan berikan bonus Chapter satu lagi, yeah... itu pun kalau tiap pembaca mau meninggalkan setidaknya jejak review... *tersenyun manis*
So, Berkenan untuk review?
