Kokoro (SongFic)

Pairing : SasoDei

Genre : Drama, Romance

Rating : K+ (Anak-anak di atas usia 10 tahun lebih)

Disclaimer : Naruto Shippuden bukan milik saya, maupun lagu Kokoro yang dinyanyikan oleh Rin K.

Summary : Deidara adalah seorang seorang ilmuwan robot, orang tuanya lah yang menurunkan kehebatan-nya, namun orang tua nya malah meninggalkan-nya saat dia kecil. Tetapi dia tidak mau sendirian, akhirnya dia membuat robot lelaki berwujud manusia. Ciptaan-nya hampir sempurna, tetapi ada satu hal yang dia tidak bisa buat, yaitu, hati dan perasaan. Bagaimana kisah selanjut-nya? Akankah si robot tersebut dapat memiliki hati? Belum tentu dia mendapatkan hati, silahkan baca cerita-nya.


Part 1 : "Awal kisahku di pantai"


Di sebuah desa yang bernama Iwagakure, tinggalah sebuah rumah yang sederhana. Rumah tersebut di tinggali oleh dua ilmuwan yang terkemuka. Yang satu-nya, adalah seorang ilmuwan yang berkelamin laki-laki, seorang ilmuwan yang bisa juga menciptakan seni, dia menganggap seni itu adalah yang dapat fana, dia sering menciptakan patung-patung yang terbuat dari tanah liat. Hasil-nya, sangatlah menakjubkan, bahkan desa lain pun meminta-nya untuk membuat patung para presiden atau pemimpin mereka. Nama ilmuwan sekaligus seorang seniman tersebut, adalah Dei no Iwagakure. Dia sudah memiliki istri yang cantik—berambut pirang yang panjang dengan mata berwarna biru yang indah—dan juga seorang ilmuwan, seorang ilmuwan pencipta robot. Nama istri-nya adalah, Dara no Iwagakure.

Maka dari itu, mereka berdua sering dipanggil sebagai "Sang dua kekasih yang pintar". Mereka dulu-nya adalah seorang murid dari profesor tuan Tsuchikage. Tapi saat setelah keluar dari bimbingan-nya, mereka tumbuh menjadi ilmuwan yang hebat.

Beberapa bulan kemudian, mereka mempunyai anak lelaki. Anak-nya berambut pirang dan bermata biru, seperti ibu-nya. Ya, kecantikan ibu-nya menurun ke anak-nya, jadi wajah anak-nya terlihat cantik, tapi sebenarnya, dia berkelamin laki-laki. Anak laki-laki tersebut bernama DeiDara. Ya, nama-nya digabung dari nama depan orang tua-nya. Oh iya, kepintaran Deidara berasal dari keturunan ayah-nya, sehingga Deidara menyukai seni serta sains-sains.

Ayah Deidara juga memiliki logat ucapan kata-katanya, yaitu "Hm". Logat-nya selalu disebutkan di kalimat terakhir, misal-nya "Aku adalah seorang seniman, hm" Jadi, Deidara juga keturunan sama logat ayah-nya.

Saat Deidara berumur 9 tahun, dia membuat sebuah patung lelaki kecil yang dibuat dari pemberian tanah liat ayah-nya. Awal-nya dia mau membuat dengan bentuk diri-nya sendiri, tapi karena kehabisan tanah liat, rambut dari patung tersebut menjadi pendek. Setelah bagian tubuh dan wajah beserta rambut-nya selesai, Deidara berpikir bahwa ada satu hal yang kurang, yaitu, gaya dari patung tersebut.

Lalu Deidara, membuat patung tersebut bergaya seperti seorang pahlawan. Jari jemari-nya seperti menarik sesuatu, ditarik-nya dengan benang tali yang sangat tipis. Awal-nya sangat sulit ntuk dibuat, namun karena niat-nya sangat bulat, dia tidak menyerah begitu saja. Dan alhasil, patung yang dia buat, sangatlah keren, sehingga dia menunjkan-nya kepada kedua orang tua-nya.

Orang tua-nya sedang berada di ruang tamu, ayah-nya sedang men-sketsa sesuatu, sedangkan ibu-nya sedang membaca buku sains. Mereka sering berusaha untuk menaikan keahlian-nya. Sehingga mereka sering belajar dan belajar. Deidara merasa keberatan untuk memnunjukan seni-nya, kenapa? Karena dia tidak mau mengganggu kedua orang tua-nya yang sedang sibuk masing-masing. Menurut-nya jika ia menggaggu mereka, mungkin Deidara akan dimarahi, dipukuli, dan segala macam yang dapat menyakiti-nya secara fisik dan mental.

Mungkin kecuali ibu-nya. Ibu-nya sangat baik kepada Deidara dan suami-nya, namun sangat kikir kepada semua orang. Akhir-nya, ibu-nya mengetahui keberadaan Deidara, dia menoleh ke Deidara yang sedang berdiri di depan pintu dan memegang patung hasil karya seni-nya. Dengan lembut, ibu-nya memanggil Deidara,

"Deidara, apakah patung yang dipegang-mu adalah hasil karya seni-mu?" Tanya-nya, dengan tersenyum lembut.

Deidara mengangguk,

"I-iya, aku...membuat-nya, um..." Jawab Deidara dengan malu-malu.

Ayah Deidara mendengar itu menarik,

"Nak, kemarilah untuk menunjukan hasil seni-mu, kau tidak perlu malu-malu dengan hasil karya seni-mu. Kau tahu, seni-mu itu tidak boleh di sembunyikan, hm." Ucap ayah-nya dengan tersenyum.

Melihat dan mendengar itu, Deidara merasa mungkin orang tua-nya benar-benar menyayangi-nya, lalu Deidara menghampiri kedua orang tua-nya.

"Tunjukanlah seni-mu Deidara, coba tunjukan dahulu seni-mu dengan kami sebelum menunjukan seni-mu ke semua orang, hm." Dukung ayah-nya.

Mendengar itu, Deidara menjadi semangat, dengan bangga dia tunjukan seni-nya,

"Hehe, baiklah, pertama-tama prinsip seni-ku adalah seni itu ialah yang fana! Kedua, karena ini adalah karya seni-ku yang pertama, maka aku tidak akan meledakan-nya! Ketiga, aku akan berjanji membuat orang tua-ku bangga oleh-ku! Hm!" Jelas-nya dengan bangga.

Orang tua mereka juga bangga, menurut mereka, Deidara juga harus menunjukan harga diri-nya, agar dia menjadi percaya diri dan pntang menyerah. Lalu, Deidara melanjutkan penjelasan-nya,

"Kau tahu, awal-nya patung ini seharus-nya diriku, tapi karena kehabisan tanah liat, aku membuat rambut-nya menjadi pendek dan keren. Aku membuat gaya patung ini bagaikan seorang pemain boneka terkenal seperti Bu Chiyo, hm. Aku akan mewarna rambut-nya berwarna merah yang artinya berani, jadi super hero ini adalah super hero yang berani, namun aku belum memberi nama-nya...hm..."Jelas-nya.

Ayah-nya tertegun melihat-nya, sebuah bakat alami yang diturunkan-nya kepada Deidara, berkembang secara cepat dan bagus, dia tersenyum,

"Bagaimana kalau nama-nya adalah Sasori no Akasuna? Sasori berarti kalajengking, arti-" Penjelasan ayah-nya dipotong oleh semangat Deidara,

"Dia itu seperti kajengkng, keren dan hebat, namun bisa juga berbahaya, hm. Lalu Akasuna artinya pasir merah, yang artinya dia tidak mau menyerah walaupun perjalanan-nya sangat menyakitkan, hm!" Potong-nya.

Kedua orang tua-nya tertegun melihat Deidara, baru pertama kali mereka melihat seorang anak kecil mengerti prinsip seni ayah-nya. Di desa Iwagakure, sangatlah sulit jika mencari anak-anak usia 5-12 tahun yang berakal pintar, biasanya, anak-anak usia 5-12 tahun berpikir sangat lambat di desa Iwagakure. Tapi, Deidara berbeda dari semua anak, dia diturunkan sebuah kelebihan, yaitu akal yang pintar.

Kedua orang tua-nya memutuskan untuk mengetes IQ Deidara ke pusat kota, siapa tahu jika tinggi maka dia memilik IQ yang sangat tinggi?

"Dei, maukah kau mengetes kepintaran-mu?" Tanya ibu-nya dengan senang.

"Tes IQ kan? Boleh juga tuh, hm" Jawab Deidara dengan sombong.

Setelah mereka sepakat, kebesokan hari-nya mereka pergi ke pusat kota. Mereka pergi ke pusat kota dengan mobil (Butut, kaluaran jaman baheula, euy!~). Tidak lupa, Deidara juga membawa patung Sasori, dengan wajah penuh kebanggaan. Di perjalanan, saat menyulusuri jalan menuju kota, disana terdapat gedung-gedung yang sederhana, ada pula taman rekreasi. Ini pertama kali-nya Deidara melihat keadaan kota. Pandangan kotanya sangat menakjubkan, bahkan Deidara mau melukis-kan nya. Dia memutuskan untuk menggambarkannya di buku sketsa terlebih dahulu, dan nanti saat pulang, dia lukiskan di kanvas nya.

Sesampai di Gedung "IQ, EQ, SQ Tests", mereka turun dari mobilnya, memasuki gedung tersebut, dan Deidara mulai ditest IQ-nya.

Hasilnya, Deidara mendapatkan IQ setinggi 110. Itu sudah cukup memuaskan bagi Deidara, namun dia merasa orang tuanya tidak puas dengan hasilnya. Mengapa tidak? Orang tuanya membenci Deidara karena gara-gara IQ Deidara yang tidak setara atau melampaui IQ orang tuanya. IQ orang tuanya adalah 154, sehingga mereka ingin—sekali—kalau IQ Deidara lebih tinggi darinya.

Setelah dites IQ, orang tuanya menjadi murung. Walaupun begitu, orang tuanya terpaksa harus menginap di Villa dalam 3 hari, karena hari sudah malam, dan Villa tersebut hanya menyediakan (Paling sebentar) 3 hari untuk menginap.

Di Villa, semua orang yang berada di daerah tersebut (Hampir semuanya) bersifat egois. Sehingga Deidara bosan menyendiri melulu, walaupun banyak sekali kegiatan yang bisa dia lakukan.

Di tengah-tengah malam…

"Ayah, sebaiknya kita tinggalkan bocah sombong ini, mari kita pindah." Bisik sang ibu, sambil menatap wajah Deidara yang sedang tidur, dengan mata yang dipenuhi oleh kebencian.

Deidara bermimpi dia sedang berada di pantai, dia bermain pasir disana. Pasir yang dia buat adalah pasir yang berbentuk kalajengking, dia menjadi sangat kagum. Tiba-tiba datanglah dua ekor penyu yang berpasangan suami istri, menghampiri Deidara dan meminta makan kepadanya. Dengan senang hati, Deidara memberi sisa makanan yang dia punya, yaitu serpihan roti. Kedua penyu memakannya lalu pergi meninggalkan Deidara sendirian. Datanglah seekor kambing yang mengajak Deidara bermain. Dan setelah bermain, sang kambing mati disambar oleh petir. Deidara menangis melihat mereka—dua penyu dan sang kambing—pergi, namun dia ingat dia membuat sebuah patung pasir (?) yang berbentuk kalajengking.

Dia menghampiri karya seninya, dia menyempurnakannya lagi, dan lagi, sehingga kalajengking tersebut terlihat seperti hidup. Tiba-tiba, kalajengking itu menjadi hidup, tapi, dia tidak bisa tersenyum.


A/N : Terima kasih telah membaca, chapter selanjutnya adalah "Datanglah Sang Kambing". BTW, aku nulis ff ini di ruang lab. IT, jadi banyak yang menganggap aku ini aneh bin OOC/Lebay.

Mohon minta review nya ya... :)