Flower and The Star

Disclaimer: Masashi Kishimoto / Shonen Jump


Sequel dari Flower and The Moon (Yanga belum baca, baca ya #promosi) :)

ah padahal ada 2 fic yang masih nunggu untuk diselesaikan

Tapi tangan berkata lain... #ciumreader ... maaf ya #dilempar orz 8""D

Ah iya, ini sekuelnya nyeritain kehidupan Gaara dan Hinata setelah menikah itu loh ^^

Ada yang PM daku , nanyain apa yang bakal Hinata hadapin, hingga para tetua Suna bilang bahwa Hinata bakal susah untuk tinggal di Sunagakure. Yep! Disini aku akan menceritakannya!

Anyway, makasih banyak ya para reader dan author yang sudah meluangkan waktu berharga kalian untuk membaca fic ini #malu# :/D

Dan lagi, karena lumayan panjang plot, jadi kubuat TBC #ea

Makasih semua, ah jangan lupa Read and Review, sediakan teh manis hangat dengan snack kesukaanmu! #apabgt

Dan lagi-lagi Aya buat chapter dengan nama bunga...#hening tapi, sekarang setiap akhir chapter aya kasih tahu apa artinya bunga itu ! *belajar dari Flower and the moon*

Oke, sebelum di lemparin pembaca, Aya pamit dulu! Douzo~


CHAPTER 1

Alyssum


Sunagakure

Hinata menapaki kakinya satu demi satu diatas lapisan pasir yang baru Ia jejaki beberapa menit lalu. Pikirannya sudah melayang-layang bagaimana para warga Sunagakure menyambutnya. Setelah pelamaran resmi Hyuuga Hinata dengan Sabaku no Gaara satu minggu lalu di Konoha, akhirnya dengan berat hati, Hiashi memutuskan putri sulungnya untuk menetap di Sunagakure. Setelah melamar Hinata, Gaara akhirnya kembali lagi dengan Hinata untuk mengadakan upacara pernikahan di Suna, menandakan bahwa mereka adalah pasangan Suami-Istri yang sah.

"Apa yang kau khawatirkan, Hinata?" Tanya Temari menyadari gelagat aneh dari gadis bermata indigo disampingnya.

"E-Entahlah, aku hanya...takut." Hinata menundukkan wajahnya semakin dalam saat menyadari bahwa Ia sudah semakin dekat dengan pintu masuk Sunagakure. Tempat dimana Gaara, sang Kazekage memimpin Desa besar itu.

Gaara yang menyadari kegelisahan Hinata hanya menatapnya tanpa bicara sedikitpun. Tapi Gaara bukan laki-laki kejam yang membiarkan calon Istrinya itu gelisah sendiri, tanpa kata-kata Gaara dapat menengkan hati Hinata barang sedikit dengan menggenggam tangan Hinata.

"Selamat datang, Kazekage-sama!" Ucap dua penjaga yang berdiri di hadapan Gaara.

"Dimana Kankurou?" Gaara memandang sekelilingnya.

"Dia sedang menunggu anda di ruang Kazekage." Jawab salah satu Shinobi bertubuh besar yang cukup membuat Hinata bergidik sedikit.

"Baiklah." Gaara lalu kembali berjalan menuju kantor Kazekage. Tempat dimana Gaara menghabiskan waktunya untuk meneliti dan menandatangani tumpukan dokumen dari Desa lain.

"Ga-Gaara-kun, sekarang kita mau kemana?" Tanya Hinata memecahkan keheningan di antara Gaara, Temari, serta pengikut lainnya.

"Ke rumahku. Kau beristirahatlah dulu." Gaara memandang Hinata seraya menaikkan sudut bibirnya sedikit.

Sesampainya disebuah rumah yang cukup luas, Hinata segera dipersilahkan masuk ke sebuah kamar yang letaknya berada di ujung lorong. Hinata tidak merasa sangat asing memasuki rumah ini. Hinata ingat betul saat dimana Ia memasuki rumah ini untuk merawat Gaara yang sedang sakit. Saat dimana Ia mulai mengenal Gaara.

"Kalau butuh apapun, panggil saja Temari. Kamarnya ada disebelahmu. Lalu, makanlah dulu." Gaara mengusap kepala Hinata pelan. "Sekitar 2 jam lagi aku kembali. Kurasa, Kankurou sudah sangat lelah mengerjakan tugasku yang kutinggal."

Hinata mengangguk. Hatinya sedikit merasa bersalah pada Kankurou. Karena Hinata, Gaara harus meninggalkan pekerjaannya dan menyerahkan tugas-nya pada Kankurou selaku kakaknya. Hinata membulatkan tekad untuk mengucapkan 'maaf' saat bertemu Kankurou nanti.

"Gaara, kau sudah siap?" Tanya Temari saat memasuki kamar yang kini akan ditempati Hinata.

"Iya. Aku pergi dulu." Gaara lalu kembali mengambil tong pasir miliknya dan keluar dari kamar tersebut.

Merasa Gaara dan Temari sudah berada di lantai bawah, Hinata segera menjatuhkan dirinya di atas kasur berwarna putih tersebut tenang.

"Aku...akan tinggal disini,ya?" Gumam Hinata. Ia lalu menutup matanya. Mengingat kejadian-kejadian yang Ia alami hingga akhirnya bertemu Gaara dan sampailah Ia di atas kasur ini. "Perjuanganku dan Gaara, ternyata seberat ini, ya..." Hinata tersenyum kecil.

"Baiklah, aku akan mengganti bajuku dan membantu membuatkan makan malam!" Tekad Hinata bulat. Ia lalu melepas pakaian miliknya dan menggantinya dengan sebuah dress putih panjang.

Baru dua langkah Hinata turun dari tangga, Ia sudah mendengar sebuah bunyi yang dihasilkan oleh irisan yang berada di papan kayu.

"Tema...ri-san?" Hinata mendongkak wajahnya sedikit melihat ke arah Dapur.

"Hinata? Kau tidak tidur dulu?" Tanya Temari yang sedang mengiris beberapa sayur-mayur di atas sebuah talenan kayu.

"Ah, aku mau membantumu."

"Eh? Benarkah? Untunglah aku tertolong!" Temari tertawa kecil.

"Temari-san mau masak apa?" Ujar Hinata seraya menggunakan celemek yang diserahkan oleh Temari.

"Hmm... Aku mau buat nabe saja."

"Nabe? Baiklah."

Bukan hanya Temari yang terkejut pada kemampuan masak gadis berambut panjang biru tua ini. Hampir seluruh Kunoichi yang kenal dengan Hinata akan terkagum melihat gadis itu memasak. Keanggunannya terpancar dengan betapa uletnya dia saat memasak.

"Kau hebat sekali, Hinata!" Temari memandang Hinata yang masih membereskan sisa-sisa sampah yang berserakan di meja.

"Ah, tidak. Kurasa, Hanabi lebih pintar dariku." Hinata menggeleng cepat. Semu merah diwajahnya tak dapat ditutupi lagi.

"Kurasa, Gaara akan sangat senang mengetahui malam ini ia akan makan masakan dari calon Istrinya." Gurau Temari yang langsung membuat wajah Hinata merah padam.

"Tidak mungkin, Temari-san!" Hinata menundukkan wajahnya seraya memainkan kedua jarinya lincah.

"Tidak...Mungkin?" Terdengar suara berat dari pintu depan yang berada tidak jauh dari Dapur.

"Ah, Gaara! Coba cicipi ini! Hinata membuatnya khusus untukmu!" Seru Temari senang.

"Eh, tunggu Temari-san!" Hinata menarik lengan Temari pelan.

"Untuk apa kau malu-malu nona Sabaku?" Goda Temari sambil memainkan jarinya di pipi Hinata.

Merasa tak tega dengan perilaku Temari kepada Hinata, Gaara segera menghentikkannya dengan mengambil sebuah sumpit diatas meja.

"Nabe?" Tanya Gaara melihat isi mangkuk besar itu. Ia lalu mengambil salah satu isi Nabe tersebut dan memakannya perlahan. Wajahnya bisa langsung di tebak saat Gaara melebarkan kedua matanya.

"Gimana Gaara!" Tanya Temari bersemangat.

"Tanpa harus kuberitahu kau tahu jawabannya, kan?" Gaara segera membalikkan tubuhnya dari Temari dan Hinata menutupi wajahnya yang mulai merona merah. Gaara sangat senang mengetahui keahlian masak Hinata. Ya, masak adalah salah satu poin untuk menjadi Istri yang baik dan itu berlaku bagi Gaara.

"O,ya Hinata. Kau mau berkeliling Suna sekali lagi?" Tanya Gaara datar.

"Iya, tapi aku ganti dulu bajuku." Hinata tersenyum senang dan berlari kecil menuju kamarnya.


Bukan sekali atau dua kali Hinata merasakannya, tapi ini sudah hampir berkali-kali Hinata merasakannya. Ia mengedarkan pandangannya. Dilihatnya para penduduk Suna memandangnya lekat. Menyadari ada yang memandang dengan tatapan 'jijik', Hinata buru-buru menundukkan wajahnya.

"Ada apa?" Tanya Gaara.

"Bi-Bisa kita kembali ke rumahmu?" Tanya Hinata grogi. Sejujurnya Hinata tidak masalah akan penduduk yang menatapnya. Asalkan itu bukan pandangan benci atau jijik yang sangat terukir di wajah penduduk Suna saat itu.

"Kenapa?" Tanya Gaara lagi merasakan keanehan dari sikap Hinata.

"Tidak ada. Aku hanya...lelah." Hinata lalu menarik ujung baju di lengan Gaara dan menggenggamnya erat. Hinata merasa takut akan pandangan para penduduk itu.

Gaara yang menyadari kebohongan Hinata hanya diam dan menuruti gadis itu hingga ada anak separuh baya berjalan di samping mereka berdua seraya berbisik. Gaara tidak tuli. Ia dengar betul dengan jelas apa bisikan anak-anak itu, begitu pula dengan Hinata.

"Tuh, kan! Benarkan yang aku bilang, gadis itu buta!"

"Hei! Jangan keras-keras, kalau terdengar Kazekage kau bisa dibunuhnya!"

Hinata yang mendengarnya hanya bisa menatap kosong jalanan yang ditapakinya. Sedang Gaara, Ia hanya bisa menahan emosinya dengan menggenggam erat tangannya. Kalau Hinata tidak disampingnya, mungkin pertumpahan darah sudah muncul di daerah itu.

"Aku, tidak apa-apa." Bisik Hinata saat menyadari Gaara ikut menahan emosinya.


Hinata dan Gaara yang duduk di ruang tamu rumah Gaara hanya diselimuti oleh keheningan. Gaara diam, dan Hinata pun lebih tidak tahu harus bicara apa.

"Jadi, apa yang dilakukan penduduk itu padamu?" Tanya Gaara yang sudah merasa ganjal dengan keheningan itu.

"Tidak ada." Hinata menggeleng cepat.

"Kau bohong."

"Sungguh!" Hinata berseru pelan.

"Kau bohong Hinata." Gaara memandang Hinata tajam tampak menyuruh Hinata mengaku paksa.

"Aku rasa, para penduduk disini, tidak menyukai kalau aku menjadi pendampingmu. Entahlah." Hinata tersenyum tipis.

Gaara yang mendengarnya hanya diam. Inilah hal yang disinggung para tetua. Keberadaan warga Konoha, apalagi yang memiliki jabatan tinggi seperti Hyuuga. Tidak semua orang sudah memaafkan kekejaman Konoha pada Suna di masa lampau. Apalagi mengingat Kage mereka yang disangka terbunuh oleh Konoha. Begitu pula Konoha, ada yang masih belum memaafkan Suna mengetahui bahwa Suna menusuk Konoha dari belakang dengan membayar Orochimaru. Sejarah adalah sejarah, tapi tak secepat itu pula semua orang melupakannya.

"Aku harus bagaimana?" Tanya Hinata. Gaara lalu berdiri dan duduk disamping Hinata.

"Jangan tersindir hanya karena itu karena bagiku, Hinata tetap memiliki kecantikan yang sangat berharga bagiku."

"Aku mengerti." Hinata tersenyum.

"Cobaan kita kali ini tidak berat Hinata. Sebelum kita menikah, aku ingin meluruskan segala hal dengan para warga disini. Bagaimana? Apa tidak apa kita mengundur pernikahannya?" Tanya Gaara seraya memeluk Hinata.

"Ung, aku hanya ingin kita hidup tanpa bertentangan seperti ini." Hinata memejamkan matanya dan mengeratkan pelukannya pada Gaara. Malam yang dingin itu terasa lebih dingin bagi Hinata dan Gaara yang harus melewati ujian berikutnya.


CHAPTER 1

END

Meaning of Alyssum : kecantikan yang sangat berharga


CHAPTER 2

Azalea


MAAF YA CUMA SEDIKIT ! SEDIKIT BANGET MALAH! wwwww

Ah kan masih awal-awal... trailer gitu deh #dihajarmassa lololol

menurut kalian karakter siapa ya yang enak untuk gangguin mereka berdua di cerita kali ini?

(Selain Naruto tentunya. Karena dia sudah jadi pengganggu di Flower and The Moon #dilemparfansnaruto)

Ada yang kurang kah? kah? kah?

Tolong di review yaaa~ bagi para senpai, tolong bantu aku dengan tanda baca dll. aku masih perlu bimbingan kaliaaaan #lovelove

makasih banyak sudah dibaca #malu /

Dan lagi, kalau direview! #eapromosi

Thanks for read this! Please review!

#Ketjupmanja :*