Abangku Siscon!

Yuuki Azusa present

Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi

Rated : T

Genre : Romance, Family, Humor, Friendship.

Warning : Indonesian Setting! Karena di Indonesia jarang ada marga-margaan, jadi disini karakternya saya sesuain aja sama nama aslinya, typo (s), genderbend, bahasa gak baku, OOC.

Saya gak ngambil keuntungan financial sepeserpun dari fic ini. Jika ada kesamaan nama atau cerita atau mereka atau apalah itu, anggap saja sebagai parody untuk kelangsungan cerita :v

AkaKuro and KiMomo, sibling!AkaMomo and sibling!KiKuro

Summary : Punya abang pengidap siscon yang kelewat overprotektif itu bener-bener nyebelin! Ngelakuin ini-itu pake aturan. Temenan ama cowok aja dilarang. Suka sama orang pun gak boleh. Maunya apa sih? Satsuki dan Tetsuna pun mencari cara untuk menghentikan penyakit siscon abang mereka. Tapi, gimana caranya?

Selamat membaca~

ooo

Curahan Hati Seorang Adek—Satsuki Momoi ver.(Part 1)

All Satsuki's POV

Kenalin, namaku Satsuki Momoi. Biasanya, aku dipanggil Satsuki atau Suki. Kadang-kadang ada juga yang manggil aku Momo. Umurku saat ini 16 tahun dan tahun ini adalah tahun pertamaku di SMA. Aku bersekolah di SMAN Rakuzan, salah satu SMA negeri elit setara sekolah internasional di negeri tempat kelahiranku. Aku ingin mengatakan apa alasan yang mendorongku untuk bersekolah disana. Tapi sebelum itu, aku akan mengenalkan keluargaku terlebih dahulu.

Aku lahir di keluarga berada yang dipuja-puja banyak masayarakat. Bukan aku sombong atau apa. Aku mengatakan yang sebenarnya kok. Aku terlahir dari keluarga kaya raya dan terpandang di negeriku ini. Papaku itu keturunan presiden pertama sekaligus pendiri negeri ini. Sedangkan ibuku merupakan seorang wanita blasteran Jepang-Indo, seorang model kelas internasional.

Papaku—Masaomi—itu pemilik perusahaan AMC Group, perusahaan multinasional yang bergerak di bidang media, finansial, transportasi, sumber daya alam, properti, dan masih banyak lagi yang lainnya yang sama sekali aku gak tau. Satu-satunya cabang perusahaan Papaku yang paling aku kenal adalah perusahaan pesawat televisi yang cukup bergengsi di negeriku dengan salah satu program kartun andalan asal negeri sebelah yang menceritakan sepasang kembang berkepala plontos.

Selain sebagai pemilik perusahaan besar, Papaku juga terjun dalam dunia politik. Papaku akan mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden pada pemilu tahun depan. Itu artinya, posisiku yang awalnya sebagai anak rakyat biasa akan berubah menjadi seorang anak pejabat terkenal.

Selain Papaku yang super hebat, aku juga punya seorang Mama yang tak kalah hebat. Nama Mamaku adalah Shiori. Seperti yang aku bilang tadi, Mamaku orang blasteran. Sebelum nikah sama Papa, Mama tinggal di Jepang dan menjadi seorang artis terkenal disana. Setelah menikah, Mama memutuskan untuk tinggal di Indonesia dan membantu Papa di salah satu perusahaannya. Walau sudah bukan artis lagi, Mama tetap aja terkenal. Namanya sering disorot dan muncul di berbagai sosial media sebagai salah satu wanita hebat yang berhasil menaklukan hati seorang pejabat terkenal a.k.a. Masaomi, Papaku sendiri.

Karena Papa dan Mama sangatlah sibuk, mereka jarang berada di rumah. Aku hanya bisa bertemu mereka sebulan sekali. Jika sedang beruntung, aku bisa bertemu dengan mereka seminggu sekali. Atau jika memang sedang sial, aku hanya bisa bertemu dengan mereka setahun sekali, saat libur lebaran tiba. Sejak kecil, aku memang jarang diurus oleh mereka. Tidak seperti anak-anak pada umumnya, aku jarang menghabiska waktu bersama dengan kedua orang tuaku. Awalnya, aku kesal. Aku sering ngambek. Aku hampir saja membenci mereka. Namun, lama-kelamaan aku sadar. Kedua orang tuaku sibuk untuk menafkahiku. Memenuhi semua kebutuhanku dan menunjang kebutuhanku. Aku menyadari kesalahanku dan menyesal karena hampir membenci mereka. Karena itu, aku tidak mau ngambek lagi agar aku tidak merepotkan mereka.

Sejak kecil, aku dirawat oleh para pelayan keluargaku yang jumlahnya gak ketulungan. Tapi diantara mereka semua, aku paling sayang sama Pak Tanaka karena orangnya sabar banget.

Walau aku dibesarkan oleh para pelayan, aku sama sekali gak merasa kesepian. Kenapa gak? Karena, aku masih punya satu anggota keluarga yang tidak sesibuk keluargaku dan masih sempat memberikan perhatiannya padaku. Yap, orang itu adalah kakakku. Oh, aku lupa bilang ya kalau aku punya seorang kakak? Baiklah, akan aku ceritakan sedikit tentang kakakku.

Aku punya seorang kakak laki-laki. Usianya setahun lebih tua dariku. Nama kakakku itu Seijuurou Akashi. Aku biasanya manggil dia Bang Sei. Kalau dilihat dari fisik, dia emang gak terlalu mirip denganku. Dia punya rambut dan mata berwarna merah darah yang sama persis seperti milik Papa dan Mama. Sedangkan warna rambut dan mataku itu pink, sama sekali gak mirip sama keluargaku. Aku jadi curiga sebenarnya aku ini anak kandung orang tuaku atau bukan.

Banyak yang iri padaku karena aku memiliki seorang kakak seperti Bang Sei. Bagaimana tidak? Kakakku itu contoh laki-laki sempurna. Sayangnya, tubuhnya mungil dan tak terlalu tinggi. Ya, wajar aja sih. Soalnya, gak ada manusia yang benar-benar sempurna, hehe.

Tapi, semua kekurangannya itu dapat tertutupi dengan kelebihannya yang gak keitung jumlahnya. Dia punya wajah yang super ganteng, jenius, berbakat, atletis, jago masak, jago musik, jago gambar, berkharisma, dan berjiwa kepemimpinan tinggi. Tutur katanya juga halus dan lembut. Cara bicaranya sopan, baik ke orang yang lebih tua atau ke teman sekalipun. Aku jarang mendengar Bang Sei ngomong kasar, sekalipun dia sedang kesal. Biasanya dia manggil orang dengan saya-anda atau aku-kamu. Namun, itu hanya berlaku kepada para guru atau teman ceweknya saja. Jika abangku sedang ngobrol sama teman cowoknya, ia tetap menggunakan panggilan gue-lu karena gak mau disangka homo :v.

Selain punya kelebihan diatas, abang gantengku ini juga punya kepribadian bak malaikat. Ia sangat baik kepada siapapun. Saking baiknya, banyak cewek yang ngerasa di-php-in sama dia. Selain baik, ia juga ramah, murah senyum, dan perhatian. Apalagi sama aku. Dia sangat perhatian padaku, selalu berusaha melindungiku, selalu melakukan apapun yang terbaik untukku, dan selalu ada untukku. Dia melakukannya karena dia sangat sayang padaku dan gak mau kehilangan aku sebagai adik kesayangannya.

Karena itulah, semua orang beranggapan bahwa aku adalah seorang adik yang sangat beruntung di dunia ini karena memiliki seorang kakak malaikat macam Bang Sei-ku ini. Spesies Kakak yang sangat langka di dunia ini. Mungkin, Bang Sei adalah contoh spesies terakhir yang lahir sebagai Kakak Idaman.

Awalnya, aku setuju dengan pendapat mereka semua yang iri padaku. Aku setuju bahwa aku adalah adik terberuntung di dunia karena memiliki abang seperti dia. Namun lama-kelamaan, aku mulai menolak pendapat tersebut setelah aku mulai menyadari bahwa abangku ini berubah.

Bukan berubah menjadi Power Rangers, Ultraman, atau Kamen Rider ya. Yang kumaksud berubah ini sifatnya. Perubahannya memang gak terlalu terlihat dan mungkin hanya aku yang menyadari. Aku yakin Bang Sei sendiri gak sadar akan perubahan sikapnya.

Aku tau kalau sejak dulu Bang Sei memang sangat sayang dan perhatian padaku. Saking sayangnya, dia melarangku untuk bermain bersama anak-anak cowok dan berkeliaran keluar rumah. Saking perhatiannya, dia selalu mengikutiku kemanapun aku pergi. Saking cintanya padaku, dia selalu mengurungku dan tidak pernah membiarkanku bebas. Bukankah itu sedikit keterlaluan?

Aku pernah bertanya padanya, kenapa abang kesayanganku berubah menjadi sosok kakak yang overprotektif pada adiknya. Jawaban yang dia berikan seperti ini.

"Karena Bang Sei sayang dan cinta banget sama kamu, Dek. Abang gak mau kamu berteman dengan orang yang salah. Abang gak mau kamu salah pergaulan. Abang ngelakuin ini semua demi kebaikan kamu, Dek."

"Tapi, Bang Sei gak perlu ngiket aku sampe kayak gini juga kan? Gimana nanti kalau aku gak punya teman? Gimana nanti kalau gak ada cowok yang mau jadi pacar aku? Gimana kalau nanti gak ada yang mau nikah sama aku? Emangnya Abang mau ngelihat adek yang paling Abang sayang ini jadi jones seumur hidup?"

Saat itu, aku malu pada diriku sendiri. Aku ini bener-bener drama queen banget ya.

"Kamu gak usah khawatir, Dek. Kalo nanti gak ada cowok yang mau nikah sama kamu, nikah sama Abang aja. Abang siap kok ngehalalin kamu kapan aja."

Aku cengo mendengar jawaban abangku. Saat itu juga, aku menyadarinya. Abangku itu pengidap siscon.

ooo

Awalnya, aku gak terlalu ambil pusing soal kelainan abangku. Mau dia jadi siscon asal gak berlebihan sih aku fine-fine aja. Walau aku sempat sebel sama dia yang ngelarang-larang aku untuk berteman dengan anak-anak cowok. Setelah aku memohon-mohon dan pura-pura ngambek—aku gak mau ngomong sama dia selama seminggu—akhirnya, dia mengizinkanku untuk berteman dengan anak-anak cowok. Walau tetap dibatasi dan aku harus tetap harus jaga jarak. Hanya anak-anak cowok pilihan abang aja yang boleh berteman denganku.

Satu-satunya yang boleh berteman dekat denganku hanya Daiki Aomine, anak tetangga sebelah. Kenapa dia? Karena abangku yakin banget aku gak bakal naksir sama anak item-kumel-dekil-idup-lagi macam dia.

Walaupun begitu, aku tetap senang. Senggaknya aku masih dikasih izin untuk berteman sama anak cowok. Pasti bakal ngebosenin banget lah kalau aku berteman sama anak cewek terus. Apalagi aku suka basket. Emang cocoknya berteman sama anak-anak cowok yang suka basket. Aku gak terlalu suka berteman sama anak cewek. Mereka itu cengeng dan baperan—padahal sendirinya cewek tapi gak sadar diri, hehe. Karena alasan tersebut, aku hanya punya sedikit teman saja.

Aku sempat nyesel karena gak terlalu ambil pusing soal kelainan siscon yang diderita abangku ini. Pasalnya, semakin ke tahun, semakin kami beranjak dewasa, kelainan abangku ini semakin parah. Dia semakin protektif saja padaku. Dia ngelarang aku pacaran dan gak akan segan-segan meneror siapapun laki-laki yang berusaha mendekatiku. Salah satu teman SMP-ku pernah menjadi korbannya.

Kalau gak salah, saat itu memang sedang musimnya orang pacaran. Aku sudah duduk di kelas dua dan sudah mengenal soal cinta-cintaan, walau belum terlalu mengerti. Saat itu, aku naksir sama teman sekelasku yang duduk sebelahan denganku. Namanya Taiga Kagami. Anak pindahan dari Amerika. Orangnya lumayan ganteng dan ceria, tapi agak bego. Dia populer di sekolah karena bakatnya bermain basket.

Banyak yang mikir kalau aku dan Kagamin—panggilan kesayanganku untuk Kagami Taiga—pacaran, saking dekat dan akrabnya kami. Padahal, kami sama sekali gak pacaran. Kagamin suka sama aku juga gak. Cuma aku yang suka sama dia. Cinta sepihak, bahasa kerennya. Kagamin itu tipikal cowok gak peka, plus bego jangan lupa. Sebanyak apapun kode yang aku berikan padanya, dia gak bakal sadar aku suka sama dia. Selama ini, dia hanya menganggapku sebagai sahabatnya. Iya, SAHABAT. Aku bold dan capslock supaya jelas. Biar kalian semua tau, kejebak friendzone itu rasanya gak enak banget.

Namun, rumor soal aku dan Kagamin pacaran tetap kesebar walau aku dan Kagamin sudah menolak kebenaran rumor tersebut. Hingga akhirnya, rumor tersebut sampai ke telinga Bang Sei. Aku panik banget saat itu. Hampir tiap hari tiap malam, Bang Sei menginterogasiku dan menanya-nanyakan soal Kagamin terus. Aku sampai jengah dibuatnya. Jawaban dan penjelasan apapun yang aku berikan padanya tidak pernah membuatnya puas. Bahkan, Bang Sei pernah mengacamku pakai gunting saking curiganya. Aku sampai ketakutan. Aku baru tau kalo Bang Sei punya sisi yandere yang tertidur dalam dirinya.

Karena kesal, aku mencoba mengabaikan Bang Sei selama beberapa hari. Aku menganggap keberadaannya macam butiran debu saja. Kupikir itu akan membuatnya jera. Nyatanya, hal yang lebih buruk malah terjadi.

Bang Sei malah meneror Kagamin sebagai gantinya. Awalnya, Bang Sei pura-pura mendekati Kagamin. Aku lupa bilang kalau Bang Sei satu SMP denganku juga, jadi Bang Sei dapat dengan mudah mendekati Kagamin. Apalagi mereka satu eskul yang sama, eskul basket. Bang Sei mulai mencari tau apa kelemahan Kagamin dengan menanyakannya langsung pada orangnya. Begonya, Kagamin malah menjawab semuanya dengan jujur.

Setelah puas mendapat info, Bang Sei mulai mengirimi foto-foto penampakan makhluk tak kasat mata—mulai dari pocong, kuntilanak, genderuwo, valac, sadako, kayako, hantu mulut robek, hantu tanpa kepala, tuyul, dan lain sebangsanya—ke semua sosial media Kagamin. Kagamin memang penakut sama hal-hal ghaib. Dia sempat jejeritan pas dapat foto-foto kiriman abangku itu.

Aku gak tau darimana Bang Sei bisa dapat kontak Kagamin. Bisa jadi sih dia ngebobol hp-ku walau kunci layarnya aku ganti tiap hari. Abangku kan keturunan cenayang. Wajar aja kalo dia bisa melakukannya.

Belum puas meneror Kagamin dengan cara itu—karena Kagamin masih dekat denganku—abangku mulai meneror dengan cara lain. Di suatu siang sepulang sekolah, Kagamin menemukan seekor anak anjing di loker sepatunya. Mukanya unyu memang. Sayangnya, Kagamin takut anjing. Kagamin langsung jejeritan ketakutan dengan ekspresi macam cewek mau di-raep. Aku sempat dengar suara ketawa mistis yang ternyata berasal dari abangku yang puas membuat Kagamin sawan.

Namun ternyata, Kagamin tetap gak sadar juga kalau pelakunya itu abangku dan tetap berteman dekat denganku. Abangku makin sebal. Ia pun melakukan berbagai macam trik lain agar Kagamin menjauhiku. Tentu saja, teror di loker sepatu masih terus berlanjut. Mulai dari hilangnya sepatu Kagamin, ditemukannya boneka voodo doll di loker Kagamin, sampai ditemukannya bangkai tikus di loker Kagamin. Kagamin makin sawan dan aku marah besar.

Yang membuatku heran, walau kejadian teror di loker Kagamin sempat menghebohkan sekolah, gak ada satupun guru yang menangani masalah ini. Mereka menganggap semuanya hanya angin lalu dan menyuruh Kagamin untuk tetap sabar. Cobaan pasti berlalu, begitulah kata mereka. Aku curiga. Bang Sei pasti sudah menyuap mereka. Atau lebih buruknya lagi, Bang Sei sudah mencuci otak para guru untuk tutup mulut. Abangku itu absolut. Semua perintahnya mutlak. Kalau ada yang gak nurut, berarti mereka siap dirajam gunting.

Hah~ Dasar abang gila.

Karena kasihan sama Kagamin, aku minta Bang Sei untuk berhenti menerornya dengan janji akan menjauhi Kagamin. Bang Sei awalnya gak mau. Hingga akhirnya ia luluh juga saat aku menunjukkan senjata ampuhku. Senjata gadis cantik adalah tangisannya. Dan Bang Sei sangat lemah akan tangisanku. Akhirnya, Bang Sei menyerah dan berjanji untuk berhenti meneror Kagamin.

Namun, bukan berarti semua akan berhenti begitu saja. Bang Sei masih meneror Kagamin. Namun, terornya kali ini sebagai teror terakhir. Hanya sebuah surat berisi ancaman yang kembali dia simpan di dalam loker Kagamin. Isinya seperti ini.

Jauhi Satsuki-ku dan jangan coba-coba melaporkan semua teror ini ke guru atau kantor polisi. Jika kau masih ingin melihat hari esok.

Tertanda : Malaikat kematianmu.

Ditulis dengan tinta merah dengan font Chiller plus noda merah—yang kuyakini sebagai darah entah milik siapa—disana-sini dan menambah kesan creepy dari surat tersebut.

Dan benar setelahnya, Bang Sei menepati janjinya. Dia gak pernah lagi meneror Kagamin. Sebagai gantinya, aku kehilangan sosok Kagamin sebagai sahabatku. Aku membongkar siapa pelaku peneror Kagamin yang ternyata adalah abangku sendiri—aku bisa bayangkan ekspresi terkejut Kagamin saat itu—dan memintanya untuk menjauhiku. Kagamin terpaksa menurutinya karena dia gak mau mengalami hal-hal yang buruk lagi.

Ya, kisah cinta masa SMP-ku berakhir karena ulah abangku sendiri. Satu pelajaran yang telah kuambil dari semua kejadian ini. Jika aku jatuh cinta pada seseorang, jangan biarkan siapapun mengetahuinya, apalagi sampai Bang Sei mengetahuinya. Jika itu terjadi, semuanya akan berakhir membahayakan. Baik nyawamu ataupun nyawa doi-mu.

TBC

Hanya fic iseng-iseng dikala gabut. Maaf atas semua ke-OOC-an ini.