Ini.
Gila.
Seandainya lini masa dapat diputar ulang ke belakang, Jimin bersumpah lebih baik ia menolak sebungkus roti dan berakhir mati kelaparan alih-alih menerima tawaran Kim Seok Jin.
Pikirnya dengan mengikuti aturan main hyung satu itu, ia bisa hidup lebih baik. Nyatanya tidak. Jauh lebih buruk. Sebuah roti cokelat yang lezat mengantarkannya pada neraka.
Harapan untuk hidup aman dan nyaman sampai ajal menjelang pupus sudah. Jimin dihadapkan realitas yang menyakitkan.Tidak ada tempat indah sudi menampung bocah pengecut sepertinya.
'Apa pun yang kau inginkan bisa kau dapatkan, caranya hanya satu; bekerja dengan tuan Kim.' Jimin selalu ingat kata-kata Kim Seok Jin satu itu, kalimat mujarab yang mampu membuat ia berpikir pendek, dan kalimat itu pula yang membawanya untuk tinggal di sini, bersama dengan ke-enam anggota lainnya. Namun, ia tidak pernah tahu bahwa semua penghuni di sini gila.
Jimin menyesal.
Hidupnya kini tidak tenang, ia gelisah. Jimin selalu berusaha melakukan yang terbaik, takut jika ia berbuat kesalahan mereka akan membuat bocor kepalanya.
"Tak perlu takut Jiminie ... Kami tidak akan menembakmu." Jung Hoseok pernah berkata begitu ketika Jimin tidak sengaja menumpahkan sepanci ramen untuk dimakan bersama.
Niatnya untuk sajian penyambutan anggota baru yaitu Jimin sendiri, berakhir gagal total.
"Tapi menggorokmu pasti lebih menyenangkan." Hoseok tertawa, nadanya penuh humor. Kalimatnya mampu mengundang tawa yang lain, tapi tidak untuk Jimin.
Mereka boleh mengatakan itu hanyalah lelucon tapi ia berpikir itu adalah sinyal bahaya.
Seminggu lebih Jimin sulit bernapas normal, ia diambang antara hidup dan mati, mirip-mirip zombie. Pikirannya melantur kemana-mana. Parno.
Mati segan hidup apa lagi, Jimin yang seperti itu mampu membuat Jin tergerakmengatakan kebenaran.
Mereka memang seperti itu, ini hanyalah cara mereka menyikapi dunia.
Dari situ Jimin mencoba memahami satu-satu karakter mereka.
Kim Seok Jin walau terkadang membuat suasana menjadi aneh, karena tidak bisa membaca situasi, tapi kehebatannya dalam mengobati patut diapresiasi.
Kim Namjoon, sang leader yang selalu Jin bilang mirip om pedofil dan memiliki postur tubuh menakutkan -Jimin hanya iri karena Namjoon punya tubuh proporsional- adalah leaderyang luar biasa, ia mampu mengarahkan anggotanya dan mengatasi situasi seburuk apapun.
Jung Hoseok walau setiap kali ia membuat lelucon sadis dan tertawa terbahak-bahak seperti kuda melahirkan -itu menyeramkan- Jimin mengakui kehebatannya dalam bernegosiasi, ini jelas menguntungkan.
Kim Taehyung, untuk yang satu ini, entahlah ... Jimin harus menilainya seperti apa, dia anak yang menyenangkan, semua yang ada padanya menarik, tapi juga idiot disaat bersamaan. Namun, Jimin sependapat dengan Namjoon bahwa idiot dan jenius beda tipis terkadang disaat-saat terdesak otaknya berguna juga.
Jeon Jungkook, sang Golden maknae. Jimin mengaguminya karena dia bisa segalanya dan dia hot, tapi kelakuan kurang ajarnya menjadi nilai minus.
Terakhir, Min Yoongi. Jimin belum pernah bertemu langsung dengan hyung satu ini, tapi kata Taehyung, ia menakutkan. Hidupnya seolah didedikasikan untuk tidur, ia jarang berbicara, tapi sekalinya bicara mampu membuat lidah lawan keriting.
Yoongi memiliki pandangan mata yang tajam, cukup bisa menjadi alasan kenapa dia mampu memanah dengan baik dari radius puluhan meter. Ini kata Taehyung.
Seminggu lebih tinggal bersama, Jimin belum juga mendapat informasi mengenai pekerjaannya.
Tepat hari kesembilan, ia dititah menghadap Tuan Besar Kim, Jimin pikir sekarang waktunya, tapi yang didapati hanyalah sebuah fakta memuakkan.
Sebuah kebenaran yang mengantarkan pada ketakutan luar bisa. Kehidupan penuh akan kegilaan baru saja dimulai dan Jimin tidak bisa mundur, dia yang berbuat dan dia harus bertanggung jawab.
Memberantas masalah hingga akar-akarnya.
Yo! / ini re-post. Ada beberapa kata yg aku ubah. Ngeliat cara penulisanku yang sebelumnya, jadi pengen tenggelemin si Blaky.
Sepertinya yang ini juga sama saja, tapi aku bakal usahain buat bisa lebih baik lagi.
