Chapter 1
THE PRECIOUS THING
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pairing : SasorixDeidara / SasorixSakura / DeidaraxSai
Rated : M
Genre : Hurt/Comfort/Romance
Warning :Shou-ai, Typo
Selamat membaca ^^
"Maaf sensei, saya tidak bisa menerima anda" ucap lembut seorang siswa bersurai marun, tubuh jenjangnya terbungkus kulit sewarna porselen, rahang kokoh yang membingkai wajahnya tak menyurutkan aura lembut yang menguar dari tatapan matanya.
Dan dengan lembut pula ia melepaskan pergelangan tangannya yang kini tengah dipegang erat oleh lawan bicaranya.
Selepas ia berhasil melepaskan tangannya, tubuhnya malah dihantamkan pada tembok yang ada dibelakangnya sementara sang lawan bicara tadi mencoba meraih bibirnya paksa, tak tinggal diam ia meninju perut sang lawan keras membuatnya tersungkur kebelakang sambil memegangi perutnya yang mendadak seperti kram.
"Saya sudah mencoba sopan dengan anda mengingat anda adalah guru saya, tapi jika anda berbuat yang demekian lagi saya pastikan anda akan menyesal!" ancamnya, sorot matanya menajam menunjukkan ia serius dengan perkataanya.
"Kau yang akan menyesal karna telah menolakku Sasori-kun" jawab orang tadi.
Sementara pemuda yang diketahui bernama Sasori tak mempedulikan jawaban dari gurunya tersebut dan terus melangkah meninggalkannya sendiri.
.
.
.
"Danna dari mana saja, aku sudah bosan menunggumu" tukas pemuda berparas cantik.
"Maaf Dei, tadi ada urusan dikelas" bohongnya sembari mengelus pelan surai pirang panjang kekasihnya itu, ia tatap lautan dalam yang terbingkai bulu mata panjang yang tertata rapih mengelilinginya.
Ya mereka adalah sepasang kekasih walaupun mereka sama-sama seorang pria.
Tanpa mereka sadari dua orang dari kejauhan tengah mengawasi mereka.
Mata ularnya tampak menajam melihat kemesraan dua pemuda itu, tak berapa lama ia tersenyum licik seakan ide cemerlang baru mampir kepikirannya.
"Jadi dia yang telah membuatmu menolakku Sasori-kun?" tanyanya seakan Sasori bisa mendengar apa yang ia ucapakan.
"Hancurkan dia!" perintahnya pada pemuda yang kini tengah bersamanya.
"Apa anda yakin Orochimaru sensei? Dia adalah Deidara, anak bungsu dari keluarga Namikaze" tanya pemuda tersebut pada gurunya yang diketahui bernama Orochimaru.
"Apa aku perlu mengulangnya Kabuto?" tanya Orochimaru mengingatkan.
"Baik, malam ini juga akan saya hancurkan dia" jawab Kabuto tegas.
.
Deidara dan Sasori berjalan menyusuri pingir sungai, mereka berjalan beriringan sambil sesekali bersenda gurau, tangan mereka saling bertautan seakan tak ada yang bisa memisahkan mereka.
Angin yang berhembus cukup kencang menerbangkan surai panjang Deidara, wajah cantiknya terus menyunggingkan senyum cerah untuk Sasori, siapapun yang pertama melihat Deidara pasti akan menyangka kalau Deidara itu adalah seorang gadis.
Betapa Sasori merasa sangat beruntung mendapatkan Deidara, pemuda yang selalu ceria, tampan sekaligus cantik, yang selalu menyalurkan semangat pada orang-orang disekitarnya, ia adalah anak bungsu dari seorang keluarga kaya dan terpandang namun kenyataan itu tak membuat Deidara sombong, ia tetap rendah hati.
"Danna un, ayo kita duduk sebentar disitu" ajak Deidara sambil menunjuk tepian sungai.
"Tidak Dei, sebentar lagi petang" tolak Sasori, mengingat jam sudah menunjukkan pukul 5 sore.
"Sebentar saja danna" bujuk Deidara sambil berlari ketepian sungai dan mendudukkan dirinya disana.
Sasori yang tak punya pilihan mengikutinya dan duduk disamping kanan Deidara, direbahkan tubuhnya beralaskan rumput yang tak begitu tinggi.
"Ne danna.. ku dengar Orochimaru sensei menyukaimu, apa itu benar?" Sasori yang mendengar pertanyaan Deidara memilih diam tak menanggapi.
"Tolong jawab Sasori senpai, apa benar, dan apa kau akan meninggalkanku demi dia? Jika kau bersamanya pasti kau akan lebih mudah mendapat beasiswa tanpa susah-susah belajar demi mempertahankan peringkatmu apalagi kau bilang beasiswamu nyaris dicabut karna nilai danna turun disemester lalu" sambung Deidara panjang lebar.
Ya Sasori berasal dari keluarga pas-pasan, dia masuk ke Konoha Senior High School karna beasiswa yang ia dapatkan.
"Aku tidak suka kau memanggilku senpai, dan apa kau berpikir aku cukup murahan mau menerimanya hanya demi beasiswa, apa kau berfikir aku tak mampu mendapatkannya dengan kemampuanku sendiri?" balas Sasori bertanya.
"Buk-"
"Aku tak akan pernah meninggalkanmu sekalipun seluruh dunia mengutukku" putus Sasori mantap.
"Danna" lirih Sasori tak percaya Sasori mengatakan kata-kata yang manis, karna selama ini Sasori selalu irit bicara, cuek, dan dingin tapi bagi Deidara ia adalah orang yang paling hangat dan sangat peduli meski memang irit bicara, ia selalu menunjukkan perasaannya mengunakan tindakan.
"Terima kasih danna" bisik Deidara ditelinga Sasori sembari merebahkan tubuhnya disamping Sasori.
"Wah wah wah.. romantis sekali kalian berdua" ejek pemuda yang tiba-tiba sudah ada diatas tepian sungai.
Sasori dan Deidaara reflek menoleh kearah sumber suara.
Terlihat enam pemuda yang bertampang tak bersahabat tengah menatap mereka tajam, salah satunya tak asing untuk Sasori dan Deidara.
"Kabuto" ucap Sasori rendah.
Sasori dan Deidara berdiri dari tidurnya, Sasori mengambil posisi didepan Deidara seakan menyembunyikan Deidara dari predator ganas, sementara Deidara masih bingung untuk apa asisten gurunya itu mendatangi mereka.
"Apa maumu?" tanya Sasori tajam.
"Mauku? Tentu saja aku mau kau menerima Orochimaru sensei atau kau akan menyesal jika menolaknya" jawab Kabuto.
"Kasian sekali kau, kau menyukai Orochimaru tapi bukannya berusaha merebut hatinya kau malah membantunya mendapatkanku" balas Sasori kalem.
"Diam kau!" perintah Kabuto emosi.
"Bisakah kalian menyelesaikan ini secara baik-baik" ucap Deidara yang merasakan aura tidak enak diantara mereka.
"Kau, kau yang membuat Sasori mengacuhkan Orochimaru sensei, akan ku hancurkan kau" ancam Kabuto.
"Jika kau berani mendaratkan tanganmu pada Deidara akan ku pastikan kau menyesal seumur hidup" balas Sasori mengancam, terlihat sekali kilatan tajam dimatanya menandakan ia tak main-main dengan kata-katanya.
"Oh.. kita lihat saja kau bisa apa, serang mereka!" perintah Kabuto pada lima pemuda yang lainnya, mereka semua maju menyerang Sasori dan Deidara.
Sasori menahan serangan mereka sendiri, ia tak membiarkan mereka menyentuh Deidara sedikitpun.
Sasori cukup kualahan melawan mereka berlima sekaligus namun masih mampu mengimbanginya sebelum salah satu lawannya menghantam belakang kepala Sasori dengan balok kayu hingga ia tersungkur.
"Danna" teriak Deidara menuju Sasori.
"Ups kau disini saja" ucap Kabuto sembari menahan pergelangan tangan Deidara.
Deidara mencoba melawan namun kekuatnnya tak sebanding dengan Kabuto yang dibantu beberapa orang lainnya.
"Lepas bodoh" teriak Deidara.
Sementara Sasori yang hampir tak sadarkan diri tak bisa berbuat banyak.
Mereka berdua diseret kesebuah gudang kosong yang berada tak jauh dari tepian sungai itu.
Hari sudah gelap dan tak ada orang yang lewat yang bisa mereka mintai pertolongan.
"Lepaskan Deidara!" teriak Sasori yang melihat Kabuto mencoba mencium Deidara sementara dua orang lainnya menahan perlawanan Deidara.
"Pantas saja kau mengacuhkan Orochimaru-sensei, ternyata kekasihmu ini sangat menawan bahkan ketika ia hampir menagngispun tetap menawan" ucap Kabuto sembari mengamati wajah Deidara.
"Jangan bandingkan aku dengan guru mesum seperti dia" ucap Deidara rendah.
"Wah wah.. kau tambah menawan jika marah Dei, membuatku ingin merasakanmu" jawab Kabuto mencemooh.
"Lepaskan Deidara atau kau akan menyesal selamanya Kabuto!" ancam Sasori.
"Menyesal? Lihatlah dirimu sekarang, untuk berdiri saja kau tak mampu" jawab Kabuto melihat kondisi Sasori.
Ya Sasori tak mampu untuk berdiri karna pukulan tadi, ia hanya bisa melihat Deidara yang kini tengah dicium paksa oleh Kabuto.
"Jangan sentuh Deidara bajingan!" teriak Sasori mencoba memperingatkan namun percuma.
"Lep..pas" ucap Deidara terbata, air matanya mengalir menyadari kondisinya sendiri.
"Dei.." lirih Sasori yang tak tega melihat Deidara dinodai didepan matanya sendiri, ia mengutuki tubuhnya yang tak mampu bediri, ia mengutuki karna tak bisa menyelamatkan Deidara, ia mengutuki dirinya sendiri karna membuat Deidara harus mengalami ini semua.
Sasori menangis lirih menyaksikan Deidara yang juga menangis, terlihat sekali raut kesakitan Deidara karna perbuatan Kabuto, surai halusnya yang selalu ia elus kini berantakan tak karuan, pipi mulusnya yang selalu Sasori sentuh kini memerah karna bekas tamparan saat Deidara mencoba melawan.
Sungguh Sasori sangat tersiksa melihat Deidara diperlakukan seperti itu, ia bersumpah akan membalas perbuatan Kabuto dan Orochimaru.
Sementara Deidara yang sudah tak kuat jatuh pingsan dipelukan Kabuto, terlihat sekali wajah sombong Kabuto karna menang melawan Sasori.
Setelah selesai 'mencicipi' Deidara kabuto berjalan kearah Sasori, dijambaknya rambut Sasori seraya berkata "ini balasan karna kau sudah menolak Orochimaru"
"Kau tau kan aku bukan orang yang suka dengan kekalahan?" jawab Sasori rendah.
"Baiklah.. lakukan yang kau bisa untuk membalasku" tantang Kabuto enteng.
Kabuto dan teman-temannya meninggalkan mereka sendiri, Sasori belum kuat mengangkat tubuhnya sementara Deidara masih pingsan beralaskan pakaiannya.
Tak lama Sasori pingsan karna tak mampu lagi menahan sakit ditengkuk lehernya.
.
Keesokannya Sasori terbangun, ia memegangi kepalanya yang masih berdenyut nyeri sementara matanya terus mencari sosok lain yang Sasori ingat tengah pingsan, matanya menyapu seluruh ruangan namun tak menemukan sosok lain selain dirinya sendiri.
"Dei.. dimana kau?" tanyanya lirih kepada dirinya sendiri.
Beberapa hari setelah kejadian itu Sasori tak menemukan sosok Deidara, ia sudah mencoba menghubunginya beratus kali namun percuma, ia juga sudah datang kekediamannya namun percuma, keluarganya tak mau memberitahukan keberadaan Deidara, terakhir dia mencoba mencari tahu dari pihak sekolah namun yang ia dapatkan hanya jawaban kalau Deidara sudah pindah sekolah keluar negeri tanpa tau sebenarnya dimana Deidara berada.
Sasori teringat siapa yang membuatnya berpisah dengan Deidara dan keinginan balas dendam memenuhi pikirannya.
"Aku akan menghancurkan kalian berdua" ucap Sasori lirih.
.
.
"Lepaskan adikku.. ku mohon lepaskan dia Sasori" pinta Kabuto lirih.
"Lepaskan? Apa kau dulu juga melepaskan Deidara saat aku memohon padamu?" jawab Sasori balik bertanya.
"Maaf sebenarnya aku paling tidak suka balas dendam, apalagi sampai melibatkan orang lain tapi karna kau sudah berani menyentuh sesuatu yang paling berharga untukku kini kau harus terima resikonya" ucap Sasori pelan.
"Aku menyesal Sasori, tolong jangan libatkan adikku, hancurkan saja aku jangan adikku dia tak ada kaitannya dengan masalah kita" pinta Kabuto memelas.
Namun amarah sudah menguasai Sasori, ia tak peduli seberapa Kabuto meminta itu tak akan ada artinya sekarang.
"Silahkan kalian nikmati gadis cantik itu, oiya kalian tau kan bagaimana menyenangkan seorang yang masochist?" tanya Sasori ringan.
"Lepaskan adikku!" teriak Kabuto yang melihat adiknya dinodai oleh orang-orang suruhan Sasori.
Saat ini mereka tengah berada digudang yang dulu digunakan Kabuto untuk menghancurkan Sasori dengan menyakiti Deidara, namun kini keadaannya berbalik.
Kabuto yang berada diposisi Sasori sementara adiknya yang tak tahu menahu berada diposisi Deidara, Sasori membuatnya persis seperti kejadian yang menimpanya beberapa bulan yang lalu.
Kehilangan Deidara membuat Sasori juga kehilangan akal sehatnya.
"Teruskan sampai wanita itu pingsan!" perintah Sasori pada orang suruhannya.
Sasori melangkah kearah Kabuto dan menjambak rambutnya kasar "Lain kali lihat dulu siapa yang kau ajak bermain Kabuto" ucap Sasori pelan penuh kemenangan.
"Akan ku balas kau" jawab Kabuto marah.
"Silahkan, aku tunggu!" balas Sasori tanpa rasa takut.
"Satu lagi, ijinkan aku untuk mengatakan bahwa selain Deidara aku tak mempunyai sesuatu atau seseorang yang berharga lalu kali ini kau akan membalasku seperti apa? sementara kau masih punya keluarga dan sesuatu yang penting bagimu jadi apa tak masalah jika kelak aku akan membalasnya pada mereka apalagi aku tipe orang yang akan membalas sesuatu tiga kali lipat dari apa yang orang pernah berikan kepadaku" sambung Sasori tenang.
Kabuto terdiam mendengar jawaban Sasori, ia benar-benar menyesal sudah bermain-main dengan Sasori.
Sasori yang diam yang ia kira tak akan bisa membalasnya, Sasori yang dingin yang seolah tak peduli pada siapapun termasuk kekasihnya, kini sosok Sasori yang sesungguhnya bisa Kabuto lihat.
Sasori yang akan membalas tanpa rasa kasihan jika kita bermain dengannya, Sasori yang dingin yang tak kenal ampun kala miliknya disentuh oleh orang lain.
Sasori berjalan kearah adik Kabuto yang tengah meronta-ronta tanpa bisa berteriak karna mulutnya tertutup lakban.
Sasori raih tangan kanannya kasar lalu ia keluarkan pisau kecil yang tersimpan disaku celananya.
"Apa yang akan kau lakukan Sasori, kumohon hentikan!" teriak Kabuto namun Sasori tak menggubrisnya.
Sasori mengukir namanya dilengan adik Kabuto, kabuto yang melihat adiknya kesakitan tak kuasa menahan tangisnya.
"Ini kado dariku agar kau selalu mengingatku Kabuto" ucap Sasori pelan usai mengukir namanya, setelah itu ia beranjak pergi meninggalkan Kabuto, adiknya dan orang-orang yang masih ingin 'bermain' dengan adik Kabuto itu.
.
.
"Kau dipecat secara tidak hormat Orochimaru-san!" seru seorang pria paruh baya dengan surai putih pucatnya, raut wajahnya tegang menandakan ia tengah menahan amarah.
"Aku tidak melakukan tindakan korupsi Kakashi, kau tidak bisa memecatku secara sepihak" bela Orochimaru.
"Saat ini aku seorang Presdir, tolong kau hormati aku sedikit Orochimaru" ucap Kakashi yang sedikit tersinggung.
"Baiklah, Presdir anda yang paling tahu betul saya tak mungkin melakukan perbutan rendahan seperti itu" balas Orochimaru.
"Bukti-bukti yang diberikan Sasori sangat valid dan sangat meyakinkan bahwa kau memang melakukan praktik korupsi!" bentak Kakashi pada salah satu staff gurunya itu.
"Tapi saya tak melakukan korupsi" bela Orochimaru sedikit putus asa karna bukti-bukti yang diberikan Sasori memang membuktikan kalau dia melakukan korupsi.
Sasori yang melihat Orochimaru dipecat tetap bersikap datar namun jauh didalam hatinya ia sangat senang karna akhirnya bisa membalas Orochimaru secara langsung.
Mereka bertiga tengah berada diruangan Presiden Direktur Konoha High School.
Sasori membawa bukti-bukti bahwa Orochimaru sudah melakukan praktik korupsi, awalnya Kakashi tidak percaya dengan Sasori namun bukti yang ia berikan tidak bisa dipatahkan.
"Kau beruntung saya tidak melaporkan kejadian ini kepolisi mengingat jika publik mengetahui hal ini reputasi sekolah akan turun" ucap Kakashi tenang.
"Tapi-"
"Sekarang keluar dari ruangan ku dan besok jangan tampakkan wajah mu disekolah ini lagi!" perintah Kakashi tegas.
Orochimaru keluar dari ruangan itu meninggalkan Sasori dan Kakashi, ia benar-benar bingung bagaimana Sasori bisa membuat bukti sevalid itu.
"Aku tahu Orochimaru tidak mungkin melakukan itu, aku sudah lama mengenal dia" ucap Kakashi pada Sasori.
"Benarkah, tapi anda sudah melihat buktinya kan Kakashi sensei" balas Sasori tenang sembari tersenyum.
"Ya, bukti darimu memang tak bisa dipatahkan, aku bukan orang bodoh Sasori aku tau jika bukti itu buatanmu tapi aku juga tidak tau bagaimana bisa kau membuatnya sampai sevalid itu, aku juga tak mungkin memecatnya jika saja kau tak mengancam akan membeberkannya kepublik, kali ini aku ikuti permainan mu Sasori karna kau tak mungkin berbuat sejauh ini jika tidak ada pemicunya" ucap Kakashi menyimpulkan yang hanya dijawab dengan senyuman oleh Sasori.
"Apa ini karna bungsu Namikaze?" tanya Kakashi.
"Maaf saya masih ada pelajaran, permisi" pamit Sasori yang enggan menjawab pertanyaan Kakashi.
Kakashi hanya membuang nafas menanggapi sikap murid terpandainya itu.
"Kenapa kau melakukan ini Sasori?" tanya Orochimaru yang ternyata tengah menunggu Sasori diluar ruangan.
"Anda yang paling tahu jawabannya sensei!" jawab Sasori penuh penekanan.
"Aku tidak menyangka kau bisa melakukan perbuatan sejauh ini demi anak itu" ucap Orochimaru pelan.
"Akan aku lakukan apa saja demi Deidara walaupun itu artinya aku harus terseret ketempat terendah diabyss" jawab Sasori mantap seraya melangkah meninggalkan Orochimaru yang masih tertegun dengan jawaban dari Sasori.
.
.
.
Skip time
Sudah tujuh tahun berlalu sejak hari itu dan sejak Deidara meninggalkannya.
Kini Sasori sudah menjadi Presiden Direktur disalah satu perusahaan robot terkemuka setelah menyelesaikan pendidikannya diSuna University, setelah lulus KHS Sasori memutuskan pindah dari Konoho ke Suna ia berniat melupakan semua yang pernah terjadi diKonoha, berniat melupakan kekasihnya yang menghilang dan meninggalkannya sendiri.
Namun kepindahannya tak menghasilkan sesuatu yang berarti, ia tetap tak bisa melupakan Deidara bahkan setelah beberapa tahun berlalu.
Banyak gadis dan pemuda yang silih berganti datang dan pergi dihidupnya namun tak menyurutkan rasa cintanya pada Deidara bahkan semakin membuat Sasori tak bisa melupakan Deidara, orang yang kini entah bagaimana kabarnya.
"Sasori-sama ada undangan dari Sai-san untuk datang keacara pameran lukisannya nanti malam, anda harus datang kata Sai-san" ucap sekretaris pribadinya.
"Ya, luangkan waktu ku nanti malam Sakura" perintah Sasori pada gadis cantik yang bernama Sakura, kekasih yang merangkap jadi sekretaris pribadinya itu.
Selama dua tahun belakangan Sakura yang sudah mengantikan posisi Deidara sebagai kekasihnya, namun posisi orang yang paling istimewa dan berharga dihati Sasori belum berubah, ia masih menempatkan Deidara ditahta paling atas dihatinya tak peduli sesakit apa ia bertahan selama ini.
"Anda ada waktu dua jam dari jam 7pm sampai pukul 9pm setelah itu ada meeting dengan Kankuro-sama untuk membahas proyek robot yang terbaru" sambung Sakura menjelaskan.
"Kau atur saja Sakura, aku juga malas mengunjungi pameran lukisan jika saja bukan Sai yang mengadakannya" terang Sasori.
"Sasori-kun, apa setelah meeting kau bersedia makan malam denganku?" tanya Sakura meninggalkan kesan formal.
"Meeting nanti malam akan berlangsung lama, banyak yang harus kita bahas dan itu sudah terlalu larut untuk makan malam setelahnya" jawab Sasori yang masih anteng dengan laptopnya tanpa melihat wajah Sakura.
"Ku mohon, nanti malam tepat dua tahun hubungan kita" ucap Sakura memohon.
"Baiklah" jawab Sasori yang tak mau memperpanjang pembicaraan, sesungguhnya ia tak peduli dengan perayaan semacam itu, toh selama ini dia juga tak memakai hati saat berpacaran dengan Sakura, Sasori tau ini terlalu kejam untuk Sakura namun Sasori juga tak bisa berbuat banyak, berulang kali ia mencoba mencintai Sakura namun hasilnya nihil.
.
.
Sasori berjalan pelan sambil mengamati satu persatu gambar yang terpajang di aula pameran yang dilukis oleh salah satu sahabatnya itu.
Lukisannya terlihat begitu indah dan terkesan nyata, namun tak ada yang menarik menurut Sasori sampai ia melihat lukisan besar yang terpajang diujung lorong aula, lukisan itu terlihat begitu menonjol dari lukisan yang lainnya, selain ukurannya yang lebih besar dari lukisan yang lain juga karna lukisan itu terlihat benar-benar nyata.
Lukisan punggung seorang pemuda bersurai pirang panjang yang tengah duduk ditepian sungai menghadap kearah matahari tenggelam, surai pirangnya terlihat seperti untaian benang emas kala matahari senja menyinari surainya, beberapa helai surainya terlihat sedikit menari-nari diterbangkan semilirnya angin sore.
Sosok yang terlihat begitu sempurna walau hanya nampak punggunganya, entah mengapa membuat Sasori tak begitu sulit menerka wajahnya, paras tampan sekaligus cantiknya memenuhi pikiran Sasori.
Sasori tertegun sejenak sebelum menyadari orang yang jadi model lukisan yang sedang dilihatnya itu tengah berdiri memunggunginya, terlihat ia juga tengah melihat lukisan dirinya.
Sasori berjalan mendekati pemuda tersebut, terlihat keraguan dilangkah kakinya, ia takut pemuda yang berada dihadapannya itu bukan pemuda yang ia ingin lihat wajahnya tapi ia juga lebih takut jika pemuda itu memang pemuda yang ingin ia temui bertahun-tahun selama ini.
Setelah cukup dekat Sasori memberanikan diri meraih pergelangan tangan pemuda pirang itu sementara pemuda itu yang merasa pergelangan tangannya dipegang oleh seseorang menoleh kebelakang.
Aquamarine bertemu coklat madu, dua-duanya saling tak percaya apa yang ditangkap oleh iris masing-masing.
"Mitsuketta" ucap Sasori lirih.
Deidara tersenyum sembari meraih tangan Sasori yang kini menahan pergelangan tangannya dan melepasnya.
"Aku rindu padamu" ucap Sasori terisak, ia tak bisa lagi menahan kerinduan yang sudah lama sekali ia tahan, Sasori melangkah hendak memeluk Deidara sebelum Deidara mencegahnya dengan mendorong dada Sasori menjauh.
Sasori semakin tak mengerti dengan perlakuan Deidara, apa Deidara tak merindukannya, apa Deidara tak menginginkannya, apa hanya dirinya seorang yang mempunyai rasa rindu.
"Dei, apa kau tak merindukanku?" tanya Sasori frustasi.
"Maaf, apa kita pernah saling mengenal sebelumnya?"
Sontak pertanyaan Deidara membuat Sasori mundur beberapa langkah, ia tak pecaya pada indra pendengarannya.
"Apa kau sudah lama menunggu sayang?" tanya Sai yang tiba-tiba muncul dibelakang Deidara sembari memeluk pinggangnya erat dan mendaratkan ciuman pada tengkuk Deidara.
Melihat kejadian itu membuat Sasori merasa ada yang menarik jantungnnya paksa, nafasnya tercekat, seketika ia lemas bagai tulang-tulangnya lolos satu persatu, hampir saja ia ambruk jika saja seseorang tak menahan dirinya.
"Apa kabar Sasori?" tanya seseorang yang kini tengah memapahnya.
"Sasori kau tak apa?" tanya Sai yang panik melihat keadaan Sasori, ia melepaskan pelukannya pada Deidara dan mencoba membantu memapah Sasori.
Sasori tak bisa menjawab dua orang tadi, suaranya entah kemana, tapi tatapannya terus saja memperhatikan Deidara.
Sementara Deidara yang melihat raut terluka diwajah orang yang baru pertama ia lihat itu membuat jantungnya berenyut nyeri, entah kenapa ia seakan bisa merasakan luka yang orang itu tengah rasakan, luka karna kerinduan yang memuncak juga luka karna kehilangan sesuatu yang berharga.
Memikirkan bagaimana bisa ia merasakan luka yang orang itu rasakan padahal baru pertama bertemu membuat kepala Deidara berdenyut sakit, ia memegangi kepalanya yang terasa mau pecah.
"Aarrghhh" teriak Deidara yang tak kuasa menahan sakit dikepalanya, kedua tangannya menjambak surai emasnya sendiri seakan jambakan itu bisa membuat sakitnya reda.
"Dei" pekik Sai yang melihat keadaan Deidara, ia segera kembali kesamping Deidara dan menenangkannya namun percuma, Deidara masih merasakan sakit apalagi saat ia mencoba menatap wajah Sasori, rasa sakitnya semakin menjadi seakan tubuhnya terasa tersengat.
"Sai kau bawa Deidara, aku akan membawa Sasori" ucap pemuda yang tengah memapah Sasori, Sai mengangguk dan membawa Deidara keruang kesehatan.
Sementara itu pemuda yang bersama Sasori membawa Sasori kemini bar yang berada dilantai paling atas gedung serbaguna itu.
"Bukankah ini yang paling pria butuhkan saat ia tak tau lagi harus bagaimana?" ucap pemuda itu sambil menyodorkan minuman beralkohol kehadapan Sasori dan tanpa pikir panjang Sasori langsung menghabiskan minuman itu dalam sekali tenggak dan menyodorkan gelas yang sudah kosong itu kebartender, bartender yang sudah mengerti maksud Sasori menuangkan kembali minuman itu setengah gelas dan dengan cepat Sasori menghabiskannya kembali.
Begitu seterusnya sampai perut Sasori terasa penuh oleh minuman baru ia berhenti minum.
Kepala Sasori terasa semakin berat, matanya serasa berkunang-kunang, namun ia belum kehilangan kesadarannya, ia ingin mendengar cerita dari pemuda yang kini bersamanya.
"Jadi Namikaze-san?" tanya Sasori pada pemuda bersurai langit senja, dengan goresan rahang yang begitu kokoh membingkai wajah tampannya, sorot matanya begitu tajam mewakili pribadinya yang begitu tegas dan kuat.
"Panggil saja Kyuubi" jawab pemuda bernama Kyuubi itu.
"Apa Deidara sangat membenciku sehingga dia melupakanku?" tanya Sasori kembali.
Pemuda itu tersenyum simpul mendengar pertanyaan Sasori sembari menenggak minuman yang sama dengan Sasori tadi.
"Sebaliknya" jawab Kyuubi singkat penuh arti.
"Apa maksudmu Kyuubi-san, jika benar sebaliknya bagaimana bisa ia melupakanku?" tanya Sasori yang tak mengerti maksud Kyuubi.
"Jauh didalam lubuk hatinya, adikku masih sangat mencintaimu" ucap Kyuubi pelan.
Sasori memilih tak menjawab dan membiarkan Kyuubi bercerita.
"Beberapa bulan setelah kejadian itu Deidara mengalami kecelakaan" Sasori membelalakkan matanya mendengar ucapan Kyuubi.
"Kau tak perlu kaget seperti itu, aku tau semua yang sudah menimpa kalian berdua, Deidara satu-satunya adikku, aku sangat menyayanginya dan selalu mengawasinya" ucap Kyuubi.
"Aku selalu mengawasinya tapi tak bisa membantunya saat dia benar-benar membutuhkanku" lirih Kyuubi, terlihat sekali nada penyesalan dalam ucapannya.
"Aku juga sangat membencimu saat itu karna secara tidak langsung kau yang menempatkan Deidara pada situasi seperti itu, tapi melihatmu yang juga sangat terluka membuatku tak tau harus benci atau bahagia karna ada yang mencintai adikku sepenuh hati" lanjut Kyuubi.
Sasori hanya diam sembari menenggak minumannya lagi.
"Aku juga berniat balas dendam pada Orochimaru dan Kabuto tapi sebelum aku menghancurkannya ternyata kau sudah menghancurkan mereka"
"Bisakah kau mempercepat ceritanya Kyuubi san" ucap Sasori yang sudah tak sabar mendengar cerita Kyubii.
"Baiklah baiklah" jawab Kyuubi terkekeh.
"Hari itu dia pulang dengan keadaan sangat berantakan, luka memar juga terdapat disekujur tubuhnya, kami semua bertanya apa yang terjadi tapi ia tak mau memberitahukannya, sampai aku mencari tahu sendiri dan betapa kaget dan terlukanya aku setelah mengetahui apa yang terjadi pada Deidara. Berminggu-minggu ia mengurung diri dikamar, bahkan pernah beberapa kali aku mendengarnya menangis, ternyata anak itu bisa menangis juga" ucapnya sambil tertawa hambar.
"Hari itu saat ia mendengar kabar bahwa kau sakit ia berniat ingin menjengukmu, aku sudah melarangnya karna sedang ada badai salju namun kau tau sendirikan bagaimana si baka itu? Aku bermaksud mengantarkannya namun ia menolak juga, beberapa jam setelah ia pergi kami menerima telepon dari rumah sakit yang mengabarkan Deidara mengalami kecelakaan, ia kehilangan sebagian ingatannya" putus Kyuubi mengantung kata-katanya.
"Sebagian ingatannya?" tanya Sasori yang mulai penasaran.
"Ya, sebagian. Ia kehilangan ingatannya dari hari itu sampai hari kecelakaan, ia juga kehilangan ingatannya tentang" putus Kyuubi kembali mengantung kata-katanya, ia tak tega mengatakannya pada Sasori.
"Tentang aku" terka Sasori lirih.
"Ya, tentang mu. Selain aku tak ada yang tau Deidara kehilangan ingatan yang mana karna mereka tak tau hubungan kalian berdua, bahkan Otou-sama dan Okaa-sama tak mempermasalahkan Deidara kehilangan sebagian ingatannya karna mereka menganggapnya itu memang bukan ingatan yang penting"
"Lalu apa maksudmu saat bilang jauh didalam lubuk hatinya Deidara masih mencintaiku?" tanya Sasori.
"Pertama ia sadar yang ia panggil adalah panggilan sayangnya untukmu" jawab Kyuubi pendek.
"Danna?" terka Sasori.
"Ya danna. Saat itu Sai berada disana dan tanpa pikir panjang ia langsung menjawab panggilan Deidara yang sebenarnya bukan untuknya" pungkas Kyuubi.
"Sai mengaku kalau dialah danna yang Deidara maksud?" tanya Sasori tak percaya.
"Ya, apa kau tak tau kalau sejak dulu Sai selalu mengejar Deidara namun selalu Deidara acuhkan karna ia lebih memilihmu jadi Sai mengambil kesempatan itu untuk mendapatkan Deidara. Awalnya aku tak setuju tapi dibanding melihat Deidara mengingat yang sebenarnya yang pasti akan jauh lebih menyakitinya akhirnya aku menyetujuinya" terang Kyuubi.
"Kau benar" lirih Sasori membenarkan sikap Kyuubi.
Setelah Kyuubi menceritakan semua yang terjadi pada Deidara mereka berdua hanya minum sambil sesekali membicarakan topik yang tak penting sambil ditemani minuman, menghabiskan malam, mencoba melupakan rasa sakit yang terdapat dihati masing-masing.
Sasori juga tak peduli pada handphonenya yang sedarri tadi bergetar menandakan ada yang menghubunginya, bahkan ia juga lupa kalau malam ini ada meeting dengan koleganya dan juga janji makan malam dengan Sakura.
Sebelum kesadarannya menghilang Sasori pamit pada Kyuubi dan menelepon sopir pribadinya agar segera menjemputnya.
Kyuubi juga memutuskan untuk pulang.
Sampai diparkiran depan gedung itu sopir Sasori sudah menunggunya dan juga seorang pemuda bersurai raven panjang terlihat menjemput Kyuubi.
"Jika kau bertemu lagi dengan Deidara ku mohon kau jangan lagi menanyakan tentang kalian" pinta Kyuubi lirih setengah sadar dan Sasori hanya mengangguk sebelum masuk kedalam mobilnya.
~TBC~
