Sambil membaca buku, Mingyu menunggu di halte bus pagi itu. Hari ini ia ada kuis Sejarah Korea. Ia sama sekali belum membuka buku kecuali hari ini karena kemarin tertidur akibat kelelahan sehabis latihan sepak bola untuk pertandingan beberapa minggu lagi.

Bus yang ditunggunya datang. Mingyu bersama penunggu yang lain masuk ke dalam bus itu. Sayangnya, semua kursi sudah penuh, sehingga Mingyu terpaksa berdiri sambil berpegangan pada gantungan bus.

Mingyu menguap. Ia tidak suka Sejarah Korea. Tapi mau bagaimanapun juga, Mingyu pasti akan mendapat nilai tertinggi di kelas. Ia siswa pintar. Membaca buku sekilas saja, ia bisa langsung ingat hal-hal penting di buku itu dalam kepalanya.

Karena bosan, Mingyu mengalihkan pandangannya dari buku di tangannya. Sebenarnya, ia hanya ingin melihat pemandangan di luar bus, namun tanpa sengaja matanya berhenti pada sosok yang tampak duduk terkantuk-kantuk di depannya. Pemuda itu mengenakan seragam yang sama dengannya. Rambut hitam legamnya menutupi sebagian wajah lelaki itu, namun Mingyu masih bisa melihat pipi pucat yang kelihatan halus.

Bus berhenti sebentar untuk menurunkan penumpang. Mingyu melihat pria yang duduk di samping pemuda yang tampak tertidur itu bangkit berdiri dan turun dari bus. Ia mengambil kesempatan ini untuk duduk di samping pemuda itu.

Mingyu berdeham untuk membuat pria itu terbangun, namun sama sekali tidak mempan. Ia menoleh ke samping, memperhatikan kepala pemuda itu masih saja bergerak maju-mundur akibat pergerakan bus. Tanpa sadar Mingyu tersenyum.

Kalau pemuda itu terus saja tidur, ia pasti sudah dibawa pergi dari Seoul.

Memikirkan hal itu membuat Mingyu geli. Ia menimbang-nimbang apakah perlu membangunkan pemuda itu begitu tiba di halte dekat sekolah.

Tapi mendadak, kepala pemuda itu jatuh di bahunya, membuat tubuh Mingyu seketika menegang. Ia menoleh dengan kaku ke arah pemuda itu. Wajah si tukang tidur terlihat dengan jelas dari sudut pandangnya saat ini.

Dada Mingyu tiba-tiba berdebar.

Mingyu menarik napas pelan. Ia bisa melihat wajah yang putih pucat, kelopak mata yang cantik, dan bibir yang membuatnya tanpa sadar menahan napas. Sungguh, pemuda ini merupakan pengaruh yang buruk bagi Mingyu. Selama ini Mingyu tidak pernah tertarik pada seseorang. Wanita maupun laki-laki sama saja. Ia tidak percaya dengan cinta, menurutnya itu omong kosong. Tapi ketika menatap si tukang tidur dalam jarak sedekat ini, Mingyu berani bersumpah, omong kosong itu seolah menguap dalam kamus di kepalanya.

Ia merasa berdebar.

Ia merasa tubuhnya kaku.

Ia merasa sulit menarik napas hanya dengan menatap pemuda di sampingnya itu.

Mingyu melirik badge yang tersemat di seragam sekolah si tukang tidur. Tercetak dengan jelas, Jeon Wonwoo.

Baiklah.

Mingyu menarik napas.

Ia akan terus mengingat nama itu mulai dari sekarang.