My Puppy

.

.

.

Sehun duduk di sebuah soffa empuk yang sangat nyaman. Tempat duduk paling nyaman yang pernah ia duduki. Bahkan Sehun tidak punya di flat sempitnya yang ia sewa beberapa minggu yang lalu. Harganya sewanya memang sangat murah bagi kebanyakan orang, tapi tidak untuk Sehun. Ia harus rela makan sehari sekali dengan porsi setengah.

Sehun memang miskin. Tapi tidak pernah semenyedihkan ini. Kemarin ia hanya perlu belajar dan belajar agar ia bisa sekolah geratis. Untuk kebutuhan sehari-hari ada neneknya yang menyuruh Sehun untuk tidak perlu khawatir. Tapi sekarang tidak lagi . Neneknya sudah pergi. Sudah tidak ada di dunia ini. Meninggalkan nya sendiri dengan beban hidup yang sangat berat untuk seorang anak SMA.

Dan entah takdir dari mana yang membawa nya berada di ruangan audisi ini. Bukan audisi untuk agensi terkenal. Sama sekali bukan . Ia sedang ikut audisi untuk menjadi aktor . Bukan aktor biasa. Tapi aktor film dewasa. Ia tahu ini sama sekali bukan jalan yang benar. Tapi ia memilihnya . Bahkan ia sempat minta maaf ribuan kali di depan foto mendiang neneknya dan ekspresi di gambar hitam putih itu masih sama. Nenek nya masih tersenyum . Bukankah itu berarti nenek nya tidak marah? Ia tahu ini bodoh . Tapi biarkan saja selama itu membuatnya nyaman.

Ia menoleh ke arah pintu ketika dua orang namja masuk ke dalam ruangan yang sama dengannya. Satu seorang ahjusshi berbadan tegap dengan brewok di wajahnya tapi masih tetap terlihat tampan . Dan seorang lagi lebih muda dengan rambut berantakan yang entah bagaimana terlihat sangat tampan dengan kemeja hitam nya.

"Oh Sehun? " tanya yang berbadan tegap .

Sehun mengangguk gugup.

"Namaku Choi Siwon. Dan ini Kim Jongin. "

Dan orang yang disebut Jongin tampak tidak peduli sama sekali.

"Kau masih SMA? " Jongin bertanya datar.

"Aniya..." Sehun mnyanggah karena ia memalsukan usianya .

"Gwenchana, iklan itu hanya formalitas saja. " ujar Siwon sambil tersenyum ramah.

" Buka baju mu. " Jongin berkata dingin sambil membalikkan kursi lipat disamping nya lalu duduk dengan malas disitu.

Sehun tidak berkata apa-apa lagi. Laki-laki bernama Jongin itu membuatnya gugup setengah mati. Dengan tangan bergetar ia membuka kemejanya lalu menurunkan celananya . Wajahnya sudah semerah stroberi ketika mata tajam Kim Jongin menatap tubuh telanjangnya.

"Celana dalamnya juga. "

"Nde? " Sehun mencoba memastikan apa yang baru saja ia dengar

Alih-alih menjawab, Jongin justru berdiri dari tempat duduknya lalu mendekati Sehun . Duduk berjongkok tepat didepan Sehun dengan wajah menghadap tepat di depan kemaluan nya.

Dengan wajah yang masih tanpa ekspresi ia menarik celana dalam Sehun membuat Sehun reflek mengatupkan lututnya tapi kemudian dibuka lebar oleh Jongin .

Nafas Sehun tersengal. Dadanya berdebar hebat. Ia sangat ingin menarik apa saja untuk menutupi tubuh telanjang nya. Ingin menghilang saja dari tatapan observasi milik Kim Jongin .

Tubuhnya menegang ketika tangan dingin Jongin membelai miliknya pelan lalu menggenggamnya erat dengan tiba-tiba . Sehun mendesah . Tidak munafik. Ia pernah masturbasi . Bagaimana pun ia seorang pria. Tapi jika orang lain yang melakukan itu padanya , ini yang pertama kali untuk Sehun .

Tangan Jongin meraba perut Sehun dan yang satu mulai bergerak naik turun. Sehun memalingkan wajahnya ketika Jongin menatap ke arahnya . Ia menahan desahanya dengan menggigit bibir bahwa nya kuat-kuat. Tapi tetap saja suara itu keluar. Dan Jongin secara tiba-tiba menjaga jarak dari Sehun sambil memalingkan muka.

"Kau ditolak. " ujarnya datar.

Siwon membelalak terkejut begitupula Sehun. Ia menatap Jongin tak percaya lalu dengan kikuk memunguti pakainya.

"Wae? "

"Aku butuh seorang top, dan kurasa kau tidak pantas untuk itu. " Jongin berkata masih dengan memalingkan muka. Kali ini dia fokus pada file di tangannya.

"Benar juga, sayang sekali sebenarnya. " Siwon berkata lebih kepada dirinya sendiri lalu berjalan keluar ruangan.

"Kalau kau sudah selesai dengan bajumu, kau boleh pergi. "

Jongin hendak keluar tapi Sehun menarik lengannya dengan tergesa-gesa . Matanya memerah dan sedikit berkaca-kaca .

"Bagaimana kau tahu aku tidak bisa jadi seorang top? Aku belum mencobanya kan? "

"Kau tidak bisa. Aku bisa melihat nya. "

"Setidaknya berikan aku kesempatan . Aku akan berusaha. " air mata Sehun benar-benar akan keluar.

Jongin mendesah kesal. Susah memang menghadapi bocah. Ia berbalik lalu melepas kemejanya . Tubuhnya kekar dan terpahat abs coklat di perutnya. Sehun menatap perutnya sendiri yang berkulit pucat sangat datar. Sangat berbeda.

"Arraseo, lakukan kalau begitu. Jadilah top untukku. " Jongin berjalan pelan mendekati Sehun yang masih telanjang .

"Denganmu? " Sehun bertanya gugup.

Jongin tidak menjawabnya. Ia terus saja berjalan hingga jarak mereka tak lebih dari beberapa centi saja. Sangat dekat, bahkan Sehun bisa merasakan hembusan nafas hangat Jongin dalam jarak ini.

"Ap.. Apa yang harus kulakukan? "

Jongin tersenyum canggung dan sukses membuat jantung Sehun melompat .

"Aku, aku tidak tahu, setidaknya beri aku petunjuk sedikit saja. "

"Aku lebih suka memberi contoh daripada memberikan petunjuk ." ujar Jongin pelan sambil mendorong Sehun terlentang di atas sofa .

Jongin mengecup pelan bibir Sehun. Lalu mengulum bibirnya dan mulai bermain dengan lidahnya. Gerakan nya terhenti ketika ia rasa respon Sehun terlalu pasif.

"Kau belum pernah berciuman ?"

Sehun mengangguk dan sejenak Jongin merasa sangat bersalah. Ia menarik diri lalu memunguti pakaian Sehun.

"Pulang lah , jangan terlibat dengan hal semacam ini. "

Sehun terdiam sejenak . Untuk sesaat ia merasa jadi orang paling memalukan di dunia. Ia beringsut memakai pakainya satu persatu dengan kepala yang terus menatap ke lantai marmer di bawah kakinya. Dan ketika sebuah koin logam menggelinding dari saku celananya ia tersadar jika hanya itu satu-satunya uang yang ia miliki . Dia harus pulang jalan kaki menempuh jarak sekitar dua puluh kilometer dengan perut kosong. Suatu keajaiban jika dia bisa bertahan untuk tetap hidup.

Jongin menatap Sehun yang tengah memungut uang koin dengan perasaan yang tidak bisa ia jelas kan. Mungkin rasa iba atau rasa simpati yang berlebihan . Ia tidak tahu. Yang jelas sesuatu dalam dadanya seakan berteriak agar melakukan sesuatu pada bocah bertubuh kurus di hadapannya itu.

"Aku antar pulang. " ujar Jongin sambil menarik lengan Sehun untuk berdiri.

"Gomawo... "

.

.

.

Kaki Jongin melangkah pelan menuju sebuah gedung bertingkat yang tampak sangat kumuh. Meskipun Sehun berkali-kali meyakinkan nya bahwa itu tidak terlihat seburuk penampilannya , tetap saja ia tidak bisa menganggapnya demikian .

Sebenarnya Sehun tidak ada niatan untuk mengajak Jongin mampir ke tempatnya. Tapi namja seksi itu melangkahkan kaki lebih dalam , bahkan kini ia berjalan didepan Sehun .

Lalu tak lama kemudian Sehun menghentikan kaki nya di depan sebuah pintu kusam ber gembok tradisional . Jongin mengangkat alis melihatnya. Ia menggeleng pelan ketika melihat betapa susahnya Sehun berusaha membuka pintu. Dan nafas Jongin tercekat ketika melihat sebuah ruangan sempit dengan setumpuk kardus di dalamnya nya.

Ia masuk ke rumah Sehun bahkan tanpa dipersilakan oleh sang pemilik rumah . Memandang takjub ke arah tumpukan kardus Sehun yang belum dirapikan . Bukan karena malas atau semacamnya , tapi lebih karena Sehun tidak punya lemari untuk meletakkan barang nya.

Jongin menoleh ke arah Sehun yang tengah menahan malu atas tamu yang tak diundang nya ini.

"Oh Sehun ?"

"Nde? "

"Kajja! "

"Mwoya? "

"Tinggallah di tempatku. "

Rahang Sehun terbuka. Mungkin ia memang sedikit berharap Jongin akan memberinya sedikit pertolongan . Beberapa lembar uang atau bahan makanan .Tapi ia tidak berani berharap pertolongan semacam ini yang akan ia dapat .

"Jinjja ?" ujar Sehun tak percaya .

"Cepat lah sebelum aku berubah pikiran ."

.

.

.

"Aku tidak akan memperlakukan mu spesial karena kau sama sekali bukan tamuku. " kata Jongin ketika ia memandu Sehun masuk ke kamar kosong di apartemen nya.

"Dan karena aku berbaik hati menampungmu disini , sebaiknya kau tahu diri dengan membuat dirimu berguna di tempat ini ."

"Nde... "

"Dan kau bisa menempati ruangan itu. " Jongin berujar datar sambil menoleh ke sebuah pintu di sebelah kanan ruang tamu.

Ia menggeleng kan kepalanya frustrasi . Apa yang baru saja ia lakukan Sebenarnya ? Memungut anak anjing yang baru saja ia temui. Sama sekali bukan seperti dirinya . Sejak kapan ia sebaik ini? Karena ia sama sekali bukan orang baik .

Sehun terdiam sambil menatap haru ke arah Jongin . Ia berjalan pelan mendekat lalu memeluk namja itu. Jongin yang biasanya sangat tidak suka bersentuhan dengan sembarangan orang kali ini hanya terdiam. Ada sesuatu di dalam dadanya yang mengalami euforia berlebihan . Menurutnya itu hanya perasaan puas setelah berbuat kebaikan , meski pun jauh di lubuk hatinya ia tidak yakin.

"Gomawo, Jongin-ssi. "

"Arra,.. Lepaskan pelukanmu dan bereskan sampah-sampah mu ini. "

Sehun menarik diri dengan kikuk. Ia akan segera beranjak ke kamar barunya tapi sebuah pertanyaan menggantung di angan-angan nya. Membuatnya menatap Jongin ragu. Tapi kemudian rasa penasaran nya menyruak mengalahkan rasa takutnya pada Jongin .

"Jongin-ssi? Kau ini,... Top? Atau Bot? "

Jongin menaikan sebelas alisnya . Kenapa Sehun bertanya seperti itu?

"Wae? Apakah kau fikir aku pemain juga? "

"Kau bukan? "

Jongin tertawa tipis.

"Aku sutradara. "

.

.

.

To Be Continued

.

.

Apa ini? Yang itu aja belum kelar. Hhaha. Mianhae..