Kuroko no Basket © Fujimaki Tadatoshi
Sewu Kuto © Bianca Jewelry
Sewu Kuto, Stasiun Balapan © Didi Kempot
Translate lagu © Google
Rating : T for Romance
Warning : BL. AU. Humor garing (maybe). (campuran) Jawa Surabaya, Semarang, Jogja-atau Solo?-(kasar).
Ketika tangan tan itu membuka pintu, kelas masih kosong. Dia bangun kepagian karena pujaan hatinya yang entah berada dimana itu mengganggu pikirannya. Lalu ia menuju ke tempat duduknya yang berada di sisi jendela. Ia meletakkan tasnya kemudian menghempaskan tubuhnya. Ia memangku dagunya dengan tangan dan melihat pemandangan melalui kaca jendela yang terbuka. Ia menghela napas kemudian bersenandung lirih dan dramatis.
"Sewu kuto uwes tak liwati [Seribu kota sudah kulewati]
Sewu ati tak takoni [Seribu hati kutanyakan]
Nanging kabeh podo ra ngerteni [Namun semua tidak mengerti]
Lungomu nang ndi [Pergimu kemana]
Pirang taun... Anggonku nggoleki [Berapa tahun aku mencarimu]
Semrene durung iso nemoni [Hingga sekarang belum bisa menemukan]
Wis tak cubo ngalikake [Sudah kucoba untuk melupakan]
Jenengmu soko atiku [Namamu dari hatiku]
Sak tenane aku ora ngapusi [Sesungguhnya aku tidak berbohong]
Isih tresno sliramu" [Masih mencintaimu]
"Woy! Esuk-esuk wis galau ae!" Pemuda dengan surai merah gradasi hitam menyenggol pemuda tan lalu duduk di mejanya. Ia setengah berteriak ketika mengatakan kalimat itu. [Woy! Pagi-pagi kok sudah galau!]
Pemuda berkulit tan itu hanya meliriknya. "Woy! Esuk-esuk wis brisik ae, Bakagami. Ancene bodo kok," balas pemuda tan geram dan setengah berteriak juga. [Woy! Pagi-pagi kok sudah berisik, Bakagami. Dasar benar-benar bodoh]
"Heh! Ahomine." Yang dipanggil Bakagami menjulurkan lidah setelah diejek dan menggeplak kepala bersurai biru itu. "Lapo kon esuk-esuk galau? Kelingan yayangmu po?" tanya Kagami prihatin. [Heh! Ahomine — Kenapa kamu pagi-pagi galau? Apa teringat sayangmu?]
"Nggapleki kon!* Lara ngerti!" Aomine bersungut sambil mengusap-usap kepalanya yang tadi dipukul lalu menghela napas. "Duh, yo ngono iku. Mboh lapo kok iso kepikiran karo awake semalem," lanjut Aomine sedih. [Sialan kamu! Sakit tahu! — Duh, ya begitulah. Entah kenapa kok tiba-tiba teringat dirinya semalam]
"Ealah mas, mas..." Kagami berdecak. "Awakmu... Kok ya gak move on move on." [Ampun mas, mas... — Kamu... Kok ya tidak move on move on]
"Piye jal? Ora ono sing nyantol nang atiku," jawab Aomine sepenuh hati. [Gimana ya? Tidak ada yang pas dihatiku]
"Mbek aku gelem a?" Kagami kedip-kedip najis. [Sama aku mau tidak?]
"Asem kon!* Nggilani!" Aomine bergidik. [Sialan kamu! Menjijikan!]
Kagami terkekeh. "Guyon tok! Aku lak wis nduwe Kuroko seh, lapo aku karo awakmu? Aku yo gak gelem mbok ukeni." [Hanya bercanda! Aku kan sudah punya Kuroko, ngapain sama kamu? Aku juga tidak mau diukein sama kamu]
"Heh, terus lek karo Tetsu kowe gelem diukeni ngono?" [Heh, terus kalau sama Tetsu kamu mau diukein gitu?]
"Yo gak seh," Kagami hanya terkekeh kemudian menepuk jidatnya. "Oh iyo, Jare ono murid anyar!" [Oh iya! — Katanya ada murid baru!]
"Oh yo? Lanang ta wadon?" tanya Aomine penasaran. [Oh ya? Cowok atau cewek?]
"Lanang, saka Jepang jare. Mboh seh, liaten dewe ngko. Iku lho nang ngarep wis rame. Wis teka mungkin. Arep ndeleng po?" ajak Kagami. [Cowok, dari Jepang katanya. Gatau ya, lihat saja sendiri nanti. Itu di depan sudah ramai. Mungkin sudah datang. Mau lihat?]
"Yo wes." [Ya sudah]
Aomine dan Kagami akhirnya keluar kelas dan melihat keributan yang berasal dari para cewek di sekolahnya.
.
.
Anak baru itu dikelilingi cewek-cewek yang terpikat dengan ketampanannya. Aomine merasa tak asing ketika melihat surai kuningnya yang mencolok. Ia mencoba memberanikan diri untuk memanggil namanya.
"Kise? Kowe Kise tho?" tanya Aomine berkaca-kaca. [Kise? Kamu Kise kan?]
Seketika para fangirl menepi dan hening.
"Siapa-ssu?" tanya orang yang dipanggil Kise bingung dengan logat Jepang yang kental.
Kemudian Aomine menimimalisir jarak mereka sehingga kini ia berada di depan Kise. "Iyo kowe ancen Kise. Iki aku... Aomine Daiki," jawab Aomine yang sudah menitikkan air mata sambil menggenggam tangan pujaan hatinya itu. [Iya kamu memang Kise. Ini aku... Aomine Daiki]
Kise hanya mengerjap bingung—antara tidak mengerti yang dikatakan Aomine dan tidak kenal dengan orang yang mengajaknya bicara. "Uuh, aku memang Kise. Aomine Daiki?" tanya Kise berusaha mengingat-ingat. "Siapa ya?"
Aomine berdelusi dan tidak mendengarkan Kise. "Kowe ancen Kise, duh. Kangen aku!" Aomine meyakinkan diri sendiri dan banjir airmata lalu memeluk Kise dengan dramatisnya—membuat para fangirl memekik. [Kamu memang Kise, duh. Aku rindu!]
Kise meronta, setelah terlepas dari pelukan pemuda tan itu dia menggeplak kepala Aomine. "Ora sopan! Huh!" Kise berteriak menggunakan bahasa jawa mendadak lalu melengos pergi meninggalkan Aomine dan para fangirlnya yang menyuarakan 'oh!' panjang dengan dramatisnya dan satu per satu meninggalkan Aomine sendirian di koridor. [Tidak sopan! Huh!]
.
.
"Jahat kon ninggalke aku!" Aomine yang ditinggalkan Kagami merajuk kemudian curhat kepada dua orang yang ada di atap itu— yang satu sedang makan burger dan yang satu sedang meminum vanilla shakenya. "Kise iku. Wis ninggalno aku. Aku dilalino. Mang aku mbok tinggalno pisan! Kurang sengsoro opo coba aku iki," curhat Aomine ngenes. "Aku rapopo wes." Aura hitam mengelilingi Aomine. [Kamu jahat meninggalkanku! — Kise itu. Sudah meninggalkanku. Aku dilupakan. Tadi aku juga kau tinggalkan! Kurang sengsara apa aku ini — Aku tidak apa-apa deh]
"Kowe urip ae wis salah kok," balas Kagami sarkastik. [Kamu hidup saja sudah salah kok]
"Heh, gaplek kon!* Mboh wes jotak!" Aomine merajuk. [Heh, sialan kamu! Gak tau deh, musuhan]
"Yekk, koyok arek cilik ae jotak-jotakan." [Hii, kayak anak kecil saja musuh-musuhan]
"Wis tah lah yo, tukaran ae. Ngko tak coba ngelingno Kise-kun, Aomine-kun," lerai Kuroko kalem. [Sudahlah, berantem saja. Nanti aku coba mengingatkan Kise-kun, Aomine-kun]
"Suwun Tetsu. Kowe ancen apikan!" Air mata imajiner ala komik-komik mulai turun dari mata Aomine lalu ia menggenggam tangan Kuroko. [Terima kasih Tetsu. Kamu memang baik!]
"Heh! Ra sah cekel-cekel!" desis Kagami tajam sambil menepis tangan Aomine. [Heh! Gak usah pegang-pegang]
"Mboh gak krungu!" Aomine melengos pergi dan mengabaikan Kagami. [Gak tau, gak denger]
.
.
Hari demi hari berlalu dan usaha Kuroko untuk mengingatkan Kise tentang Aomine tidak berbuah manis karena menurut Kise, ia memang tidak pernah mengingat pernah berteman dengan Aomine. Dan sekarang, berdirilah Aomine dan Kise yang berhadap-hadapan di lapangan basket sekolah mereka.
"Ono opo Aomine?" tanya Kise yang sudah lumayan lancar berbahasa Jawa. [Ada apa Aomine?]
Aomine melirik gelisah. "Kowe temenan ora eling aku?" [Kamu benar-benar tidak ingat aku?]
"Sak elingku sih ya ora eling." Kise mengusap-usap tengkuknya. [Seingatku ya memang tidak ingat]
Aomine menutup matanya kemudian menghela napas. Ia mulai bersenandung pelan.
"Ning Stasiun Balapan [Di Stasiun Balapan]
Kutha Solo sing dadi kenangan [Kota Solo yang jadi kenangan]
Kowe karo aku, [Kamu dan aku]
Nalika, ngeterke lungamu~" [Waktu itu, mengantarkan kepergianmu]
Jeda.
"Ning Stasiun Balapan [Di Stasiun Balapan]
Rasane kaya wong kelangan [Rasanya seperti orang kehilangan]
Kowe ninggal aku~ [Kamu meninggalkanku]
Ra krasa netes eluh ning pipiku~" [Tidak terasa airmata menetes di pipiku]
Air mata mulai menetes lagi dari mata Aomine.
"Jare lunga mung sedhela" [Katanya pergimu hanya sebentar]
Mata Kise membulat.
"Malah—"
"Ao... Mine... Cchi?"
"Heh, kowe eling akhire." Aomine tersenyum sambil mengusap air matanya. "Lali apa pancen nglali," lanjut Aomine yang mengutip kata-kata dari lagu yang baru saja disenandungkannya. [Heh, kamu ingat akhirnya — lupa atau memang ngelupa]
"Huweee sepurane Aominecchi!" Kise terisak lalu memeluk Aomine. [Huweee maaf Aominecchi]
"Aku rapopo kok mbok lalino. Amarga aku pasti bakal ngelingno awakmu maneh. Aku tresno sliramu," ujar Aomine kalem sambil mengusap kepala Kise. [Aku tidak apa-apa kok kamu lupakan. Karena aku pasti akan mengingatkanmu kembali. Aku cinta kamu.]
"Sepurane hiks sepuranee. Aku yo tresno sliramu," Kise masih terisak karena merasa bersalah telah melupakan Aomine. [Maaf hiks maaff. Aku juga cinta kamu]
"Wis, ojo nangis maneh. Ngko ra ayu maneh," kata Aomine jahil. [Sudah jangan nangis lagi. Nanti tidak cantik lagi]
"Ihh, Aominecchi lak mbencekno!" Entah kenapa pipinya terasa panas. Kise menghapus air matanya kemudian berusaha mencubit pinggang Aomine—yang sudah kabur duluan. Dan mereka kejar-kejaran di lapangan basket itu. [Ihh, Aomine menyebalkan!]
.
FIN
.
*Nggapleki, asem, gaplek = semacam umpatan
Duh, as Ambu said, the power of kepepet. Baru baca karya anak-anak lain dan tiba-tiba kepengen buat ginian lalu muncullah ide begini.. Maaf kalau maksa dan ada typo because the power of kepepet :' #diesh
review, concrit, flame, fangirl message on my review box enibadeh? :))
