[FanFic] - Endure the Trust

.

黒子のバスケFujimaki Tadatoshi

Endure the TrustAlenta93

.

Length : 1044 words

Genre[s] : drama, romance

Warning[s] : typos, possibly OOC, shortly one-shot, shonen-ai

.

Summary :

Pernah mendengar kutipan, "Benar kau tahu jawabannya, bahkan sudah mengantisipasinya, namun selalu saja hatimu tak akan pernah siap dengan jawaban itu."? Ya, itulah yang pemuda itu rasakan sekarang.

.

Comment[s] :

Yash, finally I came back to write fanfiction again after I'm getting bussy with my OCs hwkwkwk previously I'm back with my firstly nashXaka fanfic, now I'm back with my lovely OTP yep, AkaKise ! ❤❤

Ah, big thanks to kak kei yang udah mau saya recokin gara" minta saran buat kasih judul .. ❤ dan hasil dari obrolan kami adalah judul yang dipakai ini .. Endure the Trust ..

Okay, enough .. happy reading and may you enjoy with this one-short[?] AkaKise

.

.

Endure the Trust

.

.

Telinga Ryouta menajam saat suara di seberang sana terdengar. "Ada apa, Ryouta?" Saat itu pula, Ryouta menahan napas. Ia menggigit bibir bawahnya sebelum berujar, "Akashicchi, kau masih sering berhubungan dengan Nijimura-senpai?"

Lagi, napas Ryouta tersendat. Kerongkongannya terasa kering, semakin menyulitkannya untuk sekedar meneguk ludah. Sikunya yang ditumpu di atas paha membiarkan jemarinya mengetuk-ngetuk lutut dengan gelisah. Sementara tangan yang memegang ponsel terasa sedikit basah oleh keringat.

"Ya, beberapa kali kami saling menelepon." Jawab suara itu.

Ryouta akhirnya berhasil meneguk ludah dengan susah payah. Lega? Bukan. Itu bukanlah jawaban yang ia inginkan. Ia masih ingat alasan mengapa ia sengaja menyempatkan diri untuk menelepon Seijuurou. Ia ingin memastikan. Ia tak mau termakan omongan Haizaki Shougo. Ryouta cukup tahu bagaimana tabiat pemuda barbar itu.

"Saling menelepon?" Ulangnya. "Kalian... semakin dekat ya?" Ada getar dalam suaranya yang kian lirih. Ia tak mau percaya kalimat-kalimat Shougo yang membuat telinganya panas.

Kepala dengan surai keemasan itu tertunduk. Cemburu buta tak akan membuat Seijuurou senang. Pemuda itu tak suka diinterogasi. Ryouta tahu, cemburu pun percuma, yang harus dilakukan adalah mendinginkan hatinya sendiri dan menjauhkan diri dari rasa cemburu itu.

"Ryouta, kami terlibat bisnis. Tolong mengertilah."

Ryouta menggigit lagi bibir bawahnya, kali ini lebih keras. Akashicchi-nya bahkan sampai memohon padanya untuk mengerti. Apa yang tidak dia mengerti? Apa yang sudah Ryouta lakukan sampai-sampai Seijuurou memintanya untuk mengerti? Ryouta tak pernah sekalipun meminta atau bahkan menuntut pemuda mungil itu. Belum. Ya, karena ia barusaja ingin melontarkan 'keinginannya'. Keinginan yang sudah dapat dipastikan jawabannya.

"... Akashicchi?"

"Ryouta?"

Ryouta memejamkan mata. "Aku hanya menginginkan satu hal, Akashicchi.." Jeda. "Bisakah kau tidak berhubungan lagi dengan Nijimura-senpai?"

"Ryouta, ayolah.." Suara itu terdengar mendesis. "Kau tahu itu tidak mungkin, kan?"

Kepingan madu itu kembali terlihat seiring dengan kelopak matanya yang terbuka. Diam. Mendengar jawaban itu bahkan Ryouta tak menyangka ia akan memilih untuk bungkam. Manik madunya memandang lurus ke depan. Kerutan dahi yang samar mengiringi tatapan kosongnya.

"Aku memiliki urusan bisnis dengannya, proyek kami masih berlangsung. Aku tidak bisa memutuskan kontak begitu saja." Seijuurou menjelaskan.

Dan benar saja, Ryouta sudah tahu jawaban itu yang akan ia dengar. Ia tahu bahkan sebelum menekan nomor Seijuurou lalu meneleponnya. Namun tetap saja, pernah ada yang mengutip, "Benar kau tahu jawabannya, bahkan sudah mengantisipasinya, namun selalu saja hatimu tak akan pernah siap dengan jawaban itu." dan menurut Ryouta, kalimat itu benar adanya. Karena itulah yang ia rasakan sekarang.

Oh Ryouta, Ryouta.. berhenti di sana. Stop.

Ya, apa yang kau harapkan? Katakan, apa kau ingin menjadi matahari yang menjadi pusat dari orbit kehidupan Seijuurou? Berhenti bercanda, Ryouta! Bahkan kau sendiri yang paling paham, bahwa kau hanyalah bunga matahari. Bunga matahari yang indah. Bunga matahari yang dielu-elukan banyak orang, yang selalu dinantikan saat-saat ia berkembang untuk menyegarkan musim panas. Sesaat, untuk periode tertentu, kaulah pusat orbitnya. Namun, ketika bunga matahari itu layu, apa yang mereka lakukan?

Kau sendiri yang membuat perumpamaan itu di sudut hatimu, ingat? Tentu kau tahu apa jawabannya. Jawaban yang tak perlu repot-repot kau utarakan dengan kalimat bodohmu itu. Tepat sekali. Meninggalkanmu. Itulah jawaban dari semuanya.

Ryouta tahu itu. Ia paham, ia takkan pernah menjadi pusat orbit kehidupan seorang Akashi Seijuurou. Bahkan ia sudah mempersiapkan diri untuk mendapat penolakan seperti sekarang. Namun apa? Sialnya kutipan itu mengatakan sebuah kebenaran.

"Hubungan kami takkan lebih dari itu. Kau percaya padaku?"

'Aku percaya.' Itu yang biasa Ryouta katakan tanpa perlu pikir panjang. Namun sekarang, entah mengapa dua frase itu bahkan yang paling sulit untuk ia ucapkan. Terlebih sekarang. Sekarang, saat pikiran-pikiran itu bermunculan di kepalanya. Mengacaukan isi otaknya.

Kenyataan bahwa Akashi Seijuurou yang sempat memiliki perasaan pada kakak kelasnya itu di masa lalu membangkitkan pikiran negatifnya. Bahkan, Ryouta tahu kalau Seijuurou masih memasang sosok Nijimura Shuuzou sebagai pebisnis sukses yang menjadi panutannya. Mataharinya.

"Aku menyayangimu, Ryouta.. Selalu. Kumohon percayalah padaku."

Seijuurou mengatakannya dengan lembut. Suaranya rendah, menenangkan. Ryouta tahu pemuda itu mengatakannya dengan tulus. Kalimat itu selalu saja berhasil membuat dadanya berdesir. Butiran bening yang semula menggenangi kelopak mata dan memburamkan pandangannya itu jatuh, membuat gurat bening pada pipinya.

Lidahnya kelu. Ryouta memejamkan mata, membiarkan semakin banyak tetesan bening itu membuat guratan pada pipi putihnya. Tak memedulikan suara Seijuurou yang memanggil-manggil namanya di seberang sana, Ryouta semakin mengatupkan mulutnya rapat. Gigitan pada bibir bawahnya itu memperlihatkan bahwa ia mencoba untuk mendamaikan hati dan pikirannya.

Saat otaknya mengatakan ia harus menghindari dan melepas segala sesuatu yang menyakitinya, hatinya justru memintanya untuk tinggal. Hatinya masih menginginkan Seijuurou.

"Ryouta, kau rumah tempatku pulang. Aku akan selalu kembali padamu."

Hening menyapa keduanya usai kalimat itu sampai dan menggetarkan gendang telinga Ryouta.

"Percayalah padaku." Bisikan itu terdengar begitu dalam, lembut dan sampai pada hati kecil Ryouta.

Pemuda pirang itu membuka mata. Ia menarik napas dalam sebelum menghembuskannya perlahan. "Aku percaya." Bisiknya. Lirih. Teramat lirih sampai-sampai dirinya sendiri tak yakin Seijuurou mendengarnya di sana. Suaranya tersendat di tenggorokan. Kerongkongannya-masih-terasa kering.

Ryouta mengerjap-ngerjapkan mata beberapa kali, mengusap pipinya, lalu kembali menegakkan punggungnya. Ia menepuk pahanya kemudian berdiri, beranjak meninggalkan kursi kayu yang didudukinya. "Yak, Akashicchi.. Sepertinya waktu istirahatku habis. Aku harus melanjutkan pemotretan sesi berikutnya." Entah semangat dari mana, senyum lebar itu terbit mengganti wajah murungnya, menutupi dusta yang meluncur ringan dari mulutnya. "Sampai jumpa." Pamitnya. Tangan itu menarik ponsel menjauh dari telinganya tanpa ragu, sebelum-

"Ryouta!"

-panggilan Seijuurou menghentikannya di udara dan membuat tangan itu kembali menempelkan ponsel di telinga. "Ya?"

"Aku menyayangimu, selalu."

Untuk kesekian kali, debaran itu mengalahkan logikanya. Membuat Ryouta kembali mengubur diri dalam lubang yang sama. Melupakan masalah yang selalu mengusiknya, dan berpegang teguh pada keinginannya; Bahwa ia masih menginginkan Seijuurou di sisinya, bersamanya.

"Ya." Dan jawaban itu terdengar sudah seperti mesin penjawab otomatis yang pada akhirnya selalu Ryouta katakan untuk menjawab pernyataan yang sama, berkali-kali.

.

.

.

End

.

.

.

A/N :

Saya kembali dengan drabble[?] AkaKise ..

Kenapa? Gajelas? yash, saya tak memungkirinya. Ini dibikin kilat, ntah kenapa waktu dengerin lagunya Adam Lambert yang If I had You terus kepikiran AkaKise n mengalirlah plot nistah angsty hurt ini .. saya tau saya maso *plaaakk*

Hai, ijou~ thank's for reading~ *o*/

makasih buat yang udah nyempetin mampir dan baca :* :*

mind to leave some comments?

Regards,

_Natha