Materi fanfic sudah cukup banyak numpuk di kepala tapi selalu susah buat mulai bikin cerita, hahaha. Kali ini saya mau coba kotoumi yang di fic terdahulu suka saya bikin heartbreak, hahaha.
Si culun dan pangeran sekolah
"Hyah, hari ini pun Ouji makin menawan, kamu lihat actingnya tadi di pentas, itu luar biasa. Kadang aku pernah membayangkan jika berada diposisi pemeran ceweknya, pasti melting habis"
Hari ini pun Kotori tidak berhenti memuji Ouji, sang pangeran sekolah. Sebenarnya nama aslinya bukan Ouji, melainkan Elyas, namun karna dia suka memerankan peran sebagai pangeran di pementasan drama sekolah, jadilah dia berjulukan "Ouji". Dan hari ini pun mau tak mau Umi harus mendengarkan semua euforia keobsesian Kotori terhadap Ouji. Pembicaraan kian memekakkan telinga saat Honoka ikut nimbrung dalam pembicaraan, membut seolah olah Umi tak ada disana.
Umi sedikit banyaknya mulai jengkel dengan tema Ouji ini, bukan karna dia iri bahwa ouji punya banyak fans cewek sementara dia hanya punya dua teman cewek, bukan karna ouji punya wajah super ganteng dan blasteran Rusia sedangkan dia hanya cowok culun berkacamata dan 100% produk lokal asli Jepang. Bisa dikatakan Umi jengkel karena bosan harus mendengar pembicaraan tentang dia terus terusan dari dua sohib terdekatnya. Jadi selama pembicaraan yang membosankan itu Umi hanya terpaku pada buku teksnya, mencoba untuk tidak terlalu peduli tentang pembicaraan puberitas anak wanita.
"Hey, Umi, beberapa kali aku lihat kamu berbicara dengan Elyas, apa kalian saling kenal?" sejenak teriakan histeris yang tadi sempat terdengar menghilang dengan pertanyaan yang dilontarkan Honoka.
Dengan mata masih terpaut pada bukunya Umi yang tidak begitu berminat menjawab "Orang tua kami saling kenal, jadi sesekali mereka mempertemukan kami"
"Apa kamu cukup dekat dengannya" sekarang giliran Kotori bertanya dengan penuh minat.
"Tidak sedekat aku dan kalian berdua" Umi masih belum menaruh perhatian pada topik pembicaraan sedangkan dua teman lainnya merasa apa yang diucapkan Umi cukup dalam maknanya.
Seketika Umi mendapat pelukan dari dua temannya "Umi so sweet, kita akan jadi teman selamanya" tutur Kotori sambil mempererat pelukannya.
"Hey, lepaskan, kalian membuatku sesak" keluh Umi.
Entah kenapa kalimat "teman selamanya" membuat hatinya juga ikutan sesak. Perasaan ini baru bagi Umi, karna itu dia hanya akan mengacuhkannya untuk saat ini.
"Kalau kamu kenal dengannya berarti kamu bisa ajak kita kenalan dong" Honoka tak berpikir dua kali untuk mendapatkan kesempatan dan berharap jawaban positif dari Umi.
Sebenarnya agak berat bagi Umi untuk menjawab "iya" tapi dengan wajah penuh harap dari dua sahabatnya, ia tak bisa apa apa. Namun sebelum sempat menjawab suara lain terdengar.
"Kita tidak bisa melakukan itu Honoka-chan. Kita tak bisa mengambil keuntungan dari Umi, walaupun Umi teman kita sendiri. Ini mungkin sangat tidak mengenakkan bagi Umi. Kita mesti usaha sendiri jika ingin lebih dekat dengan Ouji"
Umi sedikit terpana dengan ucapan Kotori, mungkin Kotori sadar dengan wajah keberatannya tadi.
"Ah, gak asyik. Tapi kamu ada benarnya juga. Maaf Umi, karna sudah meminta hal yang tidak mengenakkan"
"Tidak apa apa"
xxx
Malam itu, Umi kembali ingat dengan perasaan aneh yang dia rasakan saat mendengar ucapan dari Kotori. Dia mulai berpikir, apakah itu mengganggunya atau apakah dia menginginkan hal yang lebih dari sedekar pertemanan dari Kotori, kalau iya, hubungan seperti apa yang ia inginkan. Umi mulai gusar dan mengacak acak rambut birunya. Smartphone nya kemudia berdering memberitahukan sebuah panggilan masuk. Mata Umi menyipit, berpikiran mungkin tak usah diangkat, namun akhirnya tangannya meraih benda itu dan mulai meletakkannya di telinganya.
"Hai, tumben nelpon" dari nada suaranya jelas Umi tidak mengharapkan panggilan dari yang bersangkutan.
"Umi gawat, ini darurat. Tolong bantu aku" terdengar suara kepanikan dari seberang telpon.
"Hah, apalagi kali ini" dan Umi masih belum menaruh minat.
"Kamu tau, besok ada rapat penting klub drama dan aku harus hadir disana karna aku ketua klub"
"Jadi?"
"Minggu lalu aku janji sama Arisha akan menemani dia buat nonton film, dan harinya ternyata barengan dengan rapat. Aku mohon Umi, gantikan Aku menemani Arisha"
"Bukankah Arisha adik kesayangan mu, kenapa ga kamu tunda saja rapatnya?"
"Mudah kalau ngomong, tapi sebenarnya rapat ini adalah rapat wajib yang udah direncanain lama sebelum aku bikin janji sama Arisha"
"Kalau gitu janji sama Arisha saja yang ditunda"
"Please Umi, aku mohon, aku tak mau mengecewakan Arisha, dia sudah sangat berharap buat besok, mendengar dia ngomongin janji itu sepanjang hari buat aku kian merasa bersalah"
"Memang susah ya jadi sister complex"
"Umi,tolonglah. Aku akan lakuin sesuatu buat kamu sebagai bayarannya"
Saat ini Umi tak menginginkan sesuatu, apalagi dari Elyas, biang kejengkelan Umi hari ini. Umi ingin melancarkan seribu alasan lagi untuk menolak Elyas, namun kembali dia ingat tentang siang ini, tentang permintaan Honoka.
"Kamu serius ingin melakukan sesuatu untukku"
"Tentu, selagi masih masuk akal"
"Okay, aku bantu"
"Akhirnya Umi, aku tertolong"
"..."
"Lagian, selain aku hanya kamu yang bisa membuat Arisha bahagia"
"Kamu bilang apa?"
"O.. Hm... Tak ada, tak penting. Btw, singkirkan kacamata bodohmu itu saat pergi dengan adikku"
"Hey... " protes Umi.
"Demi Tuhan Umi, aku masih bingung dengan keputusanmu berkacamata selagi ketampananmu sebenarnya setara dengan milikku, hahaha"
"Bukan urusanmu" dengan begitu Umi memutus telponnya dan melempar smartphone ke atas kasur. Umi lalu melirik kacamata bulat besarnya yang bak kacamata Harry potter itu yang selama ini selalu ia kenakan semenjak ia kembali lagi ke Tokyo. Kacamata itu hanya kacamata biasa tanpa lensa plus, minus, silindris atau lensa lensa rabun lainnya. Itu benar benar hanya kacamata biasa yang tak lepas dari Umi saat disekolah ataupun hang out bersama dua sahabatnya.
"Aku punya alasan sendiri" batinnya sebelum rebah ke kasurnya.
Bersambung
Mungkin segini dulu, ada tidaknya ini berlanjut hanya bergantung pada respon viewers ,haha.
