Disclaimer : Bleach punya Tite Kubo. Saya cuman minjem karakternya doank. Tapi ceritanya orisinil dari saya.
Summary : Kurosaki Ichigo, duda anak satu. Kuchiki Rukia, janda anak satu. Gimana kalo duda sama janda ini ketemu? Apa bisa akur kalau pertemuan pertama saja sudah masang bendera perang? Check this fic….
Genre : Family, Romance.
Rated : T
Warning : Ada OC. Bayangkan OC nya imut-imut kayak mereka berdua yah…
.
.
.
Huft…..
Adakah wanita yang masih berusia 27 tahun mau menyandang single parents? Sembilan dari sepuluh wanita tentu saja tidak mau menjadi single parents diusia yang masih sangat muda. Apalagi selain membagi waktu sebagai orangtua, karir pun tidak bisa ditinggal begitu saja.
Tentu saja seorang Kuchiki Rukia tidak akan menjadi single parents dan menjadi janda diusia nya yang masih dibilang muda jika saja ia tidak menggugat cerai suaminya akibat suaminya itu berselingkuh. Istri mana yang rela suaminya berselingkuh? Daripada ia diselingkuhi lebih baik ia saja yang menceraikan suaminya.
Namun setelah dua tahun ia menjadi single parents, rasanya sudah terbiasa. Terlebih terbiasa dengan tingkah laku anak perempuannya yang bisa dibilang bandel untuk usia anaknya yang baru tujuh tahun.
"Sora…..! Sudah siap atau belum?"
"Tunggu sebentar ibu…..buku bahasa inggrisku hilang….!"
"Astaga….kemarin buku PR matematika, hari ini buku bahasa inggris, besok buku apa lagi yang dihilangkan?"
"Semalam ada diatas mejaku. Pasti Nigou yang mengambilnya…!"
"Berhenti menyalahkan anjingmu dan cepat cari sampai dapat. Lima menit lagi tidak turun, ibu akan meninggalkanmu,"
Seperti inilah suasana rumah Kuchiki Rukia setiap harinya. Rukia yang tidak pernah absen meneriaki anaknya, sementara anaknya masih saja selalu terlambat bangun. Dan selalu berujung mencari buku sekolahnya yang tiap hari ada saja yang hilang. Belum lagi anaknya, Sora Kuchiki selalu menyalahkan anjingnya yang telah mencuri bukunya. Malang sekali Nigou, anjing golden itu selalu dituduh mencuri buku majikan kecilnya padahal Nigou saja tidak mengerti apa itu buku.
Sora Kuchiki? Kuchiki kan nama ibunya? Kenapa anaknya tidak memakai nama belakang ayahnya? Sejak Rukia bercerai, ia telah mengubah nama belakangnya menjadi nama belakang nya. Ia tidak sudi anaknya masih memakai nama orang brengsek yang sudah selingkuh itu. Lagipula, brengsek itu sekarang tidak tampak batang hidungnya.
"Sora…!" teriak Rukia lagi.
"Ya ibu? Aku sudah disini." jawab si kecil Sora yang sudah rapi, duduk di meja makan. Rukia berbalik dan melihat anaknya sudah memandang omelet didepannya dengan rakus.
"Cepat habiskan makananmu. Lima menit lagi kita berangkat. Ini bekalmu," Ujar Rukia yang memasukkan bekal dan botol air minumnya kedalam tas chappy anaknya. "Ingat habiskan bekalmu. Ibu tidak mau melihat ada sisa makanan di tempat makanmu."
"Iyah…iyah…aku mengerti. Ibu jangan marah-marah terus." Jawab Sora yang masih menghabiskan omeletnya.
"Ibu tidak marah, sayang. Ibu hanya menasihatimu."
Sora hanya bisa menjawab dengan senyum yang masih penuh dengan omelet.
.
.
.
"Ayah….apa orang Jepang semuanya baik-baik? Aku takut kalau di sekolah baruku nanti banyak yang jail…"
"Tentu saja semua orang Jepang baik-baik. Kita keluarga asli Jepang, ingat? Ayah mengerti Hikari baru sekarang tinggal di Jepang, tapi ayah tahu orang Jepang lebih ramah daripada orang-orang di London."
"Benar, ayah?"
"Tentu saja benar, Hikari-chan,"
Beradaptasi ditempat yang baru, tentu saja tidak mudah bagi anak perempuan berumur tujuh tahun. Dan tugas seorang Ichigo Kurosaki lah untuk meyakinkan anaknya, Hikari Kurosaki bahwa semuanya baik-baik saja. Sejak lahir telah tinggal di London, Hikari masih terasa asing dengan Jepang yang baru saja ia tahu tiga hari yang lalu.
Andaikan saja istrinya tidak meninggal karena kanker darah tiga bulan yang lalu, ia, istrinya dan Hikari pasti masih hidup bersama di London. Keputusannya sudah bulat untuk meninggalkan London. Ia sudah menyerahkan perusahaannya yang bergerak di usaha mobil tersebut kepada adiknya, Karin Kurosaki. Sementara ia, akan memegang perusahaannya yang berpusat di Tokyo tersebut yang sebelumnya di pegang oleh ayahnya, Isshin Kurosaki.
Keputusannya untuk meninggalkan London tentu saja ada kaitannya dengan mendiang istrinya. Ichigo berpikir bahwa tinggal di London sama saja dengan membangkitkan terus menerus kenangan terhadap istrinya tersebut. Ichigo diliputi rasa bersalah, karena ia tidak tahu menahu soal penyakit istrinya sampai istrinya tersebut meninggal dunia. Ini akibat karena Ichigo begitu sibuk dengan pekerjaannya sehingga urusan selain kantor ia tidak tahu menahu.
Karena itulah ia kembali ke Jepang. Ke tempat asalnya yang sudah ia tinggalkan selama 10 tahun bersama anaknya. Pria berusia 30 tahun ini berjanji akan menjaga anaknya dan akan mendahulukan kepentingan anaknya diatas segalanya. Sudah cukup Hikari kehilangan kasih sayang ibunya di usia yang serapuh ini.
"Yup…kita sudah sampai di sekolah baru Hikari-chan." Ichigo melepaskan sabuk pengaman Hikari.
"Apa perlu ayah antar ke dalam?"
"Tidak perlu ayah. Aku harus bisa sendiri." jawab Hikari.
"Itu baru anak ayah." Ichigo mencium kedua pipi anaknya.
"Dah ayah."
"Ayah akan menjemputmu nanti, jadi jangan pulang sebelum ayah menjemput."
.
.
.
"Ulangi pesan ibu."
"Tidak boleh nakal, tidak boleh menantang anak laki-laki, tidak boleh teriak-teriak di kelas dan tidak boleh melempar guru dengan kapur."
"Bagus. Kalau sampai ibu dipanggil ke sekolah karena Sora berulah, ibu akan membuatmu tidur dengan Nigou dikandangnya. Mengerti?" ancam Rukia sambil berkacak pinggang.
"Baik ibu," Sora bergidik mendengar ancaman ibunya. Ibunya tidak pernah main-main dengan ancamannya.
"Sekarang masuklah." Rukia mencium pipi anaknya.
Sora sedikit berlari. Rukia mendesah maklum. Ia sering bertanya-tanya dalam hari kapan anaknya ini bisa jadi anak perempuan yang lembut? Anaknya suka berteriak. Suka mengeluarkan apa yang ada di kepalanya tanpa memikirkannya dulu dan selalu menantang anak laki-laki di sekolahnya. Kalau dipikir-pikir lagi sifat Sora sama sepertinya.
"Ano…ibu…."
Rukia tersadar saat anaknya sudah berdiri kembali di depannya dengan wajah bersalah.
"Ada apa, Sora?"
"Ano….pensil ibu. Apa ibu membawa pensil lebih? Pensilku ketinggalan tadi."
"APA?"
.
.
.
Dari jauh Ichigo melihat tingkah ibu dan anak dari dalam mobilnya. Sepertinya si Ibu tengah memarahi anaknya.
"Galak sekali ibu itu."
Ichigo agak sedikit bergidik saat melihat si ibu mencubit gemas pipi anaknya. Sementara anaknya sepertinya meminta ampun.
"Semoga anak itu baik-baik saja." Tidak tega melihat adegan itu, Ichigo akhirnya menancapkan gas mobilnya dan pergi dari sekolah tersebut.
.
.
.
"Ibu kan sudah bilang periksa semuanya sebelum mau tidur, Sora!" ujar Rukia sambil mencubit pipi anaknya gemas.
"Maaf ibu, aku tidak sengaja. Hehehe…." Jawab Sora dengan cengiran penuhnya. Dan tatapan tidak bersalah.
Rukia pergi ke mobilnya sebentar lalu membawakan pensil yang memang selalu ia sediakan jika hal ini terjadi. Rukia sudah hapal sifat anaknya.
"Besok kalau kau lupa lagi membawa pensil , ibu berjanji tidak akan membawamu ke Chappy Land akhir pekan."
"Baik ibu. Aku janji tidak akan lupa lagi." jawab Hikari sekenanya dan langsung kembali ke gerbang sekolah sambil terkekeh. Ibunya tidak akan melakukan itu. Bagaimana mungkin ibunya tidak akan mengajaknya ke Chappy Land lagi sedangkan ibunya lebih maniak Chappy daripada dirinya. Sebenarnya ibunya menggunakan dirinya sebagai alasan untuk ke Chappy Land. Sora juga hapal dengan setiap ancaman ibunya.
.
.
.
"Hai...kenalkan aku Sora Kuchiki. Salam kenal."
"Salam kenal juga. Aku Hikari Kurosaki."
"Ah….aku sudah tahu namamu. Kau kan sekelas denganku."
"Ah….maaf. Aku belum hapal teman-teman di kelas ini."
Sora tadinya ingin main diluar, tapi tidak jadi karena melihat Hikari yang duduk ditempat duduknya. Seperti Hikari masih asing dengan suasana disini. Karena Sora anaknya memang tidak bisa mengabaikan orang maka didekatilah Hikari.
"Apa benar asalmu dari London?"
"Hm….aku baru saja datang ke Jepang tiga hari yang lalu. Ayahku pindah kerja disini menggantikan kakekku. Ow yah, sebenarnya aku asli orang Jepang kok, hanya saja ayah sudah lama menetap di London makanya aku tidak terbiasa dengan Jepang."
"Ibumu disini juga?"
Tiba-tiba wajah Sora berubah suram. "Ibuku sudah di surga."
Sora terkejut. "Ah…maaf Hikari, aku tidak tahu."
"Tidak apa-apa," wajah Hikari kembali cerah. Diliriknya kotak makanan Sora yang menarik perhatiannya. "Kelihatannya makananmu enak."
"Ibu ku yang membuatnya, hehehehe…"
"Bentuknya apa itu? Kelinci yah?" Tanya Hikari.
"Hm…ini namanya Chappy. Ibuku sangat maniak dengan apapun yang berhubungan dengan Chappy. Aku juga suka, tapi tidak semaniak ibuku." Jawab Sora berapi-api.
"Aku tidak tahu Chappy itu apa." Ujar Hikari yang masih bingung. Di London tidak ada yang namanya boneka Chappy atau apapun yang berhubungan dengan Chappy.
"Chappy itu hanya terkenal di Jepang. Setiap hari di televisi ada acara yang namanya 'Chappy Show' . Kamu harus nonton kapan-kapan."
"Hm….." Hikari bernapas lega. Setidaknya hari pertamanya sekolah ia sudah mendapatkan teman ngobrol.
"Mau tukeran bekal?" tawar Sora sambil menyodorkan bekalnya dan melirik ke bekal yang dibawa Hikari yang belum dibuka.
"Boleh. Tapi punyaku pasti tidak seenak punyamu." Jawab Hikari jujur. Memang tadi pagi ayahnya yang membuatkannya bekal.
"Ahhh…tidak apa-apa. Ayo…" Sora langsung saja menyambar bekal Hikari setelah memberikan bekalnya pada Hikari.
"Mmm….oisshiii…" keduanya sama-sama berseru.
"Bekal buatan ibumu enak sekali, Sora."
"Bekal buatan ayahmu juga enak sekali."
Keduanya tertawa bersama-sama.
.
.
.
"Apa? Kurosaki-san membatalkan kontrak memakai model kita untuk peragaan mobil keluaran baru mereka?" Rukia menghentakkan kakinya sekeras mungkin di ruangan kerjanya.
"Benar Rukia-sama. Tapi sepertinya bukan Isshin Kurosaki-sama yang membatalkannya tapi direktur barunya. Anak dari Isshin-sama, Ichigo Kurosaki yang membatalkan kerjasama ini, Rukia-sama." Jawab Isane, sekretarisnya.
"Apa maunya direktur baru itu? Apa dia tidak tahu agency model kita sudah bekerjasama dengan perusahaan mereka sekian lama? Bahkan aku sudah kenal baik dengan ayahnya. Isane….aku akan ke perusahaan Kurosaki sekarang."
"Ha…hai…" Isane langsung keluar untuk memberitahu sopir kemana direkturnya akan pergi. Dia sudah cukup tahu bagaimana Rukia jika sedang marah.
.
.
.
Dalam perjalanannya ke perusahaan Kurosaki Auto, Rukia tidak henti-hentinya menyumpah sang direktur baru sok tahu itu. Bagaimana mungkin ia begitu saja membatalkan kerjasama mereka. Kuchiki Model Agency, perusahaan yang ia dirikan bersama kakak laki-lakinya Kuchiki Byakuya tidak pernah gagal dalam mengorbit model-model. Tentu saja model-model mereka dipakai sebagai Brand Ambassador untuk berbagai macam produk. Salah satunya perusahaan Kurosaki Auto yang sudah lama memakai model mereka sebagai brand ambassador mobil-mobil terbaru mereka.
Rukia sudah lama bekerjasama dengan Isshin Kurosaki, direktur sebelumnya dan sekarang anaknya si bodoh Kurosaki Ichigo itu ingin membatalkannya begitu saja tanpa alasan yang jelas.? Cari mati dia.
"Kurang ajar."
Sudah cukup. Rukia hari ini benar-benar lelah. Sora masih saja membuatnya kewalahan dengan sikap bandel anaknya. Pagi tadi ia membuat Rukia benar-benar ngebut menuju sekolah karena harus mencari penggarisnya yang hilang entah kemana. Belum lagi Sora yang meminta bekal tambahan. Sora mengatakan untuk teman barunya. Ho….jadi anak perempuannya sudah punya teman dekat?
Dan kali ini Rukia harus dipusingkan dengan sikap tidak professional si Ichigo bodoh itu. Mari kita lihat siapa yang lebih unggul.
.
.
.
"Ichigo-sama, ada yang meminta bertemu dengan anda." asistennya, Renji Abarai datang memberitahunya.
"Siapa?"
"Kuchiki Rukia, direktur Kuchiki Model Agency."
"Ho…persilahkan ia masuk. Pasti ada yang ingin ia bicarakan."
.
.
.
Rukia sudah duduk di dalam ruangan direktur Kurosaki Ichigo. Rukia sudah tidak penasaran dengan penampilan sang direktur baru itu sekarang. Begini rupanya. Rambut orange mencolok dan lihat kerutan di dahinya. Rukia sampai ingin menghajarnya.
'Apa-apaan ini?' Ichigo bergumam dalam hati. Jadi ini direktur Kuchiki Model Agency? Bukannya dia masih anak kecil? Lihat saja tingginya. Bagaimana anak kecil bisa jadi seorang direktur? Ia tahu direktur Kuchiki Model Agency adalah seorang perempuan, tapi ia tidak menyangka direkturnya seperti ini.
"Jadi, ada yang bisa saya bantu, eh…"
"Kuchiki Rukia, direktur Kuchiki Model Agency," Ucap Rukia memperkenalkan diri. "Saya tidak ingin basa basi. Saya datang kesini untuk menanyakan alasan anda membatalkan kontrak yang sudah perusahaan anda dan perusahaan saya buat. Karena yang saya tahu, pembatalan kontrak ini tidak disertai alasan yang jelas."
"Saya hanya ingin memakai model yang baru dan bukan dari agency anda," tembak langsung Ichigo dengan gayanya yang tegas.
"Hah?"
"Seperti yang saya bilang tadi, saya ingin memakai model yang baru dan bukan dari agency anda," ulang Ichigo.
"Apa alasan anda dengan tidak ingin memakai model dari agency kami? Model-model kami sudah sering menjadi brand ambassador untuk produk-produk ternama termasuk mobil-mobil keluaran perusahaan anda. Lagipula apa anda tidak tahu, ayah anda selalu memakai model-model kami selama ini?" Ujar Rukia mencoba terlihat tenang.
"Saat ini saya direkturnya, jadi keputusan ada di tangan saya." Jawab Ichigo dengan gaya santai.
CTAK. Muncul siku-siku di dahi Rukia. 'Cih….orang ini sombong sekali.'
"Saya rasa, saya sudah mendapat jawaban. Jadi saya permisi dulu." Rukia langsung pamit dan keluar dari ruangan Ichigo.
Ichigo terbengong-bengong. Jadi hanya sampai disitu saja pembahasan mereka? Ichigo pikir Rukia akan memintanya memikirkan kembali tentang kerjasama mereka.
Anehnya, Ichigo merasa jengkel dengan sikap Rukia. Angkuh. Dan harga diri wanita itu cukup tinggi.
"Siapa yang mau menikahinya kalau ia sombong begitu?"
.
.
.
Sepanjang perjalanan sepulang dari perusahaan Ichigo, Rukia tidak berhenti mengeluarkan kata sumpah serapah yang ia tahu. Hanya itu saja jawabannya? Dan lagi ia menyombongkan diri sebagai direktur?
Tadi ia berencana ingin berbaik hati kepada pemilik rambut mencolok tersebut, dengan meminta pertimbangan kembali kerjasama mereka, tapi begitu melihat sikap angkuh Ichigo, Rukia ogah untuk bersikap lembut. Ia malas menghadapi orang sombong begitu. Maaf saja, tapi agency modelnya akan tetap berkembang meskipun perusahaan mereka tidak memakai model-model pada agency nya.
Maaf, harga dirinya tinggi. Rukia tidak sudi harus merendah pada orang sesombong Kurosaki Ichigo.
"Arrghhh….dasar rambut mencolok sialan…! Perempuan mana yang mau menikahi laki-laki sombong sepertinya!"
.
.
.
Hikari dan Sora sedang duduk di kelas seperti biasa sambil memakan bekal masing-masing. Bedanya hari ini, Sora yang membawakan bekal untuknya. Ia sudah berjanji pada Hikari kemarin, oleh karena itu Hikari tidak membawa bekal buatan ayahnya.
"Hei, lihat. Itu anak pindahan dari luar negeri itu kan? Rambutnya mencolok sekali. Apa ia mengecatnya? Di Jepang, tidak ada rambut seperti itu," salah satu anak laki-laki sekelas dengan mereka lagi-lagi mengatai Hikari seperti itu. Sejak Hikari masuk ke sekolah ini seminggu yang lalu, kawanan anak laki-laki jail itu selalu mengatai Hikari seperti itu. Tapi selalu tidak dihiraukan oleh Hikari dan Sora.
"Woi, anak baru. Rambutmu di cat yah? Rambutmu aneh sekali. Apa semua rambut anak perempuan di luar negeri rambutnya mencolok seperti itu?" salah seorang anak laki-laki datang ke tempat duduk mereka.
"Hei, kami sedang makan. Tidak sopan mengganggu saat sedang makan."Sora mengingatkan anak itu sambil tetap mengunyah makanannya.
"Aku tidak bicara padamu, dasar payah."
"Hei, kamu tadi belum menjawab pertanyaanku. Kamu mengecat rambutmu?" Tanya anak itu sekali lagi pada Hikari. Hikari diam saja, tapi Sora tahu, Hikari sebenarnya dalam posisi tidak nyaman.
"Jangan mengganggunya," Sora sudah berdiri dari bangkunya dan menatap anak itu.
"Aku tidak bicara padamu. Dasar cebol," anak laki-laki itu kali ini mengata-ngatai memakai kata tabu yang Sora paling benci.
BUGH…..
Anak laki-laki tadi sudah jatuh tersungkur akibat dorongan Sora. Semua yang ada dikelas tersebut terkesiap. Begitu pula Hikari. Sementara anak laki-laki tersebut langsung menangis sekeras-kerasnya.
"Sora-chan…."
"Heh….apa kau bilang tadi? Cebol? Aku tidak cebol tahu. Aku memang pendek karena masih kelas dua. Besok aku akan tinggi. Oh yah, dan jangan coba-coba mengejek Hikari-chan lagi." Sora sudah berdiri didepan anak laki-laki yang masih menangis karena didorong Sora.
.
.
.
"Rukia-sama…..sekolah Sora-chan menelpon." Isane memberitahu Rukia lewat saluran telepon.
Rukia memukul jidatnya. Apalagi yang sudah diperbuat anaknya? Astaga…..
"Aku sudah tahu masalahnya Isane. Aku akan segera ke sekolah putriku. Sampaikan itu pada guru yang menelponnya."
Kenapa anaknya persis sekali dengannya waku kecil?
.
"Ichigo-sama….ada telpon dari sekolah putri anda. Sepertinya anda disuruh datang kesekolah sekarang."
"Apa?" Ichigo terkejut. Ada apa sebenarnya? Apa anaknya nakal? Atau anaknya mendapat nilai buruk?
"Sampaikan pada gurunya aku akan segera kesana, Renji."
.
.
.
Rukia tergesa-gesa menuju ruangan guru sekolah putrinya. Ia sudah hapal tempatnya. Dan Ia khawatir sekarang. Apa anaknya sulit dikontrol? Sampai ia kembali dipanggil ke sekolah? Padahal ia baru saja dipanggil dua minggu yang lalu karena Rukia sudah mendorong temannnya yang mengatainya cebol. Apa kasusnya kali ini sama?
.
.
Ichigo agak berlari setelah menanyakan letak ruang guru. Apa yang sebenarnya terjadi pada putrinya? Apa anaknya mendapat nilai buruk? Nakal? Atau yang lebih parah dipikiran Ichigo sekarang apa anaknya jatuh dan terluka?
.
.
.
Dan keduanya akhirnya bertemu di depan ruang guru. Dengan wajah tidak kalah heran, dan tentu saja tidak dalam suasana yang mengenakkan mengingat pertemuan terakhir mereka.
"Kau?"
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Ibu…" Ichigo menoleh dan melihat anak kecil yang seperti kembaran Rukia memanggilnya.
Ichigo menoleh pada Rukia.
'Ibu?'
"Ayah…" kali ini Rukia yang menoleh pada anak perempuan yang berdiri disamping anaknya. Anak yang sama persis dengan laki-laki yang ada disampingnya, hanya saja anak itu anak perempuan.
'Ayah?'
Dan akhirnya mereka dipertemukan kembali akibat anak-anak mereka.
.
.
.
Tsuzuku XD
.
.
Yo…minna-san. Ogenki desuka? Setelah lama gak nongol akhirnya balik ke dunia ini. Gimana sih saya ini? Bukannya balik dengan nyambung cerita kemarin, malah kasih fic yang baru dan bersambung lagi. Gomen. Saya lagi suka dengan cerita dengan tema janda duda. Wkwkwkwk….
Okaylah….gak banyak cincong. Review boleh, baca doank boleh, diabaikan juga boleh kok.
Arigatou gozaimasu. Ditunggu untuk lanjutan fic saya yang lainnya…..
