firstly, thank you so much for your huge appreciation on my 10080's translation. and yeah, i already got a permission from the author but i forgot to put it and fyi im still newbie in ffn so yeah... i think i have to explore this site more. and for those who request 86400 Indonesian version, i wont do it since someone alr did that. go check idarsdh_
thanks for theusualfan for letting me translate this fic to Indonesian. this story isnt mine, all credits goes to theusualfan AFF.
and i demand your understanding again if im lacking on some parts. also please do not copy my translation and claim that as yours.
enjoy the story
October 27, 2008
"Park Chanyeol"
Aku mendengar Kyungsoo, sahabatku selama tujuh tahun ini, memanggil namaku. Pelan-pelan, aku mulai membalikkan badanku dan melihatnya meringis aneh.
Ini bukan pertanda bagus.
Aku mendesah, kulambaikan tanganku lemah kearahnya, lenganku sedikit bergetar. Aku tahu sesuatu yang buruk akan terjadi, atau bisa dibilang, kejadian yang sangat memalukan dimana tokoh protagonisnya tak lain tak bukan adalah diriku sendiri.
Kyungsoo selalu melakukan ini padaku.
Aku masih ingat ketika ia mendaftarkan namaku dan namanya masuk ke dalam klub drama karena ia menyukai seseorang bernama Kai, yang ternyata adalah ketua klub tersebut. Ia tidak ingin mendaftar sendirian karena ia takut jika nantinya anggota klub tersebut akan salah menilai dirinya. Aku telah menolak ajakannya, namun dia mulai memasang tampang penuh belas kasihan. Aku sudah lelah mendengarnya berkata, tak apa. Aku bisa melakukannya sendirian. Sendirian. S-E-N-D-I-R-I-A-N, tak ada teman yang menemani, tak ada, tak ada. Atau sesuatu seperti, untuk tujuh tahun persahabatan kita, aku akan menembak kepalamu.
Pada akhirnya, aku mendaftarkan diri bersamanya.
Rasanya seperti neraka! Klub drama bukanlah diriku. Aku tak tahu bagaimana cara berakting. Aku adalah anak tertinggi di dalam klub tersebut, jadi, kapanpun pelatih menginginkan salah satu dari kami untuk tampil di depan; mata kiriku akan berputar dengan cepat karena kegugupan yang melanda bulu kuduk dan ototku dan tubuhku akan kejang-kejang menakuti semua orang.
Kedua kalinya adalah ketika Kai mendaftarkan diri masuk ke dalam klub dance; Kyungsoo telah mengisikan formulir pendaftaran untukku dan dirinya, dan sebagai sahabat yang baik, aku tak dapat melakukan apapun untuk protes; hal terakhir yang aku ingat adalah aku berdansa mengikuti music tekno, namun yang kulakukan hanyalah menggerakkan tangan dan kakiku dengan lemah gemulai.
Aku tersandung, aku terjatuh, aku mendorong seseorang dan bahkan aku membuat intruktur kami terluka. Pada akhirnya, aku keluar setelah satu minggu berada dalam klub tersebut.
Ketiga kalinya adalah ketika Kyungsoo mempersiapkan teman kencan untukku karena ia ingin datang ke pesta dansa yang dihadiri oleh Kai dan aku harus membawa teman kencan jadi kami berdua tak akan terlihat seperti pasangan karena, seperti yang Kyungsoo katakan, Kai akan salah sangka. Semuanya berjalan cukup lancar selama lima menit sejak acara berlangsung. Aku sangat bangga terhadap diriku sendiri. Aku mengajak teman kencanku untuk berdansa yang mana adalah sebuah kesalahan; aku tak sengaja menginjak kaki kiri teman kencanku yang mana membuatnya tersandung dan kurasa aku menumpahkan segelas wine kearah gaun seharga 600.000 wonnya. Dan kurasa aku juga merusak gaunnya ketika aku membantunya berdiri. Pada akhirnya, Sulli, teman kencanku, meninggalkanku. Kurasa ia pergi 30 menit setelah acara berlangsung, dan ya, semuanya terjadi dalam 30 menit tersebut.
Aku bisa saja berpura-pura tak ada yang terjadi namun membagi kisah sedihku bersama orang lain hanya akan menambah kepedihanku. Jadi disinilah aku, ketakutan sendirian karena aku tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku tidak bisa berkata tidak pada Kyungsoo karena ia akan mulai memasang tampang memelas dan mengatakan hal hal yang membuatku merasa bersalah padanya.
Jadi, aku bergumam "hey" dengan lemah ketika Kyungsoo menghampiriku dengan kotak makan siang di tangannya.
"ada apa dengan wajahmu?" Kyungsoo, masih meringis dan aku bisa merasakan keringat mulai membasahi tulang belakangku. Aku tak bisa menjawab karena aku tak tahu harus berkata apa.
"well, aku punya satu permintaan untukmu"
Aku tahu. Permintaan ini tak akan mudah, bahkan, mungkin akan menjadi kematianku sendiri.
Aku jadi takut sendiri, "a.. apa itu?" aku menelan ludah, menunggu jawaban dari Kyungsoo.
"jadikanlah Baekhyun kekasihmu"
Kyungsoo bersikap tenang ketika ia mengatakan hal tersebut seolah-olah tidak ada masalah dalam perkataannya. Aku terdiam selama beberapa saat untuk mencerna kata-kata Kyungsoo.
"siapa?" aku bertanya lagi, merasa tidak yakin.
"Baekhyun"
Aku mulai bingung, banyak hal berputar dalam kepalaku, namun aku tahu satu hal yang jelas dan pasti.
"jadikan apa? Kekasih? Siapa Baekhyun itu? Dan Kyungsoo, aku normal!" aku melontarkan semua hal yang ada di dalam pikiranku. Ini adalah permintaan Kyungsoo yang paling aneh dan mana mungkin aku akan melakukannya. Aku bahkan tak tahu siapa itu Baekhyun.
"Geez, Chanyeol. Kau tak normal" Kyungsoo, merasa sedikit kesal, dan aku bahkan tak tahu kenapa harus dia yang merasa kesal.
"aku normal" ujarku mantap.
"kau tidak normal. Dan Baekhyun benar-benar seorang lelaki yang baik. Ia sangat tampan dengan semua kefeminiman yang ada di dalam dirinya, tingginya sesuai untukmu. Dia juga memiliki suara yang sangat merdu yang akan membuatmu jatuh cinta padanya. Ia juga seorang dancer yang hebat. Kulit seputih susu, baik, manis, punya selera humor yang baik dan segalanya. Kau tahu, ia adalah murid teladan, ramah, baik… dia sempurna. IA SEMPURNA, CHANYEOL! SEMPURNA!"
Kyungsoo mulai kesulitan bernapas.
"okay, okay Kyungsoo. Relax. Hirup, keluarkan" mencoba untuk menenangkan Kyungsoo yang heboh sangatlah susah. Setelah ia mulai tenang, aku bertanya padanya pelan-pelan, "okay, jadi, ada apa dengan laki-laki bernama Baekhyun ini, dan apa yang terjadi?" aku menatap mata Kyungsoo dan hal yang bisa kulihat hanyalah keputus-asaan serta kesedihan.
"Kai menyukai Baekhyun" Kyungsoo menghela nafas berat dan kurasa ia butuh segelas air minum.
"aku telah menyukai Kai selama bertahun-tahun, Channie. Kau tahu itu" Kyungsoo menahan tangisnya, "tapi kenapa dia harus menyukai orang lain"
Aku tak tahu harus berkata apa. Aku tak pernah tahu apa itu cinta, aku tak pernah merasakan apa yang Kyungsoo rasakan jadi aku tak tahu harus berbuat apa. Aku merasa gagal menjadi sahabat yang baik karena aku tak bisa memberikan saran pada sahabatku sendiri.
"Baekhyun juga menyukainya?" tanyaku, tak tahu mengapa aku menanyakannya.
"bisa iya, bisa tidak. Aku tak tahu"
"bagaimana kau tahu kalau Kai menyukai Baekhyun?" tanyaku. Kyungsoo menatapku dengan matanya yang berkaca-kaca. Ia mendesah sebelum menjawab dengan terbata-bata.
"Baekhyun memanggilnya Jongin"
Kyungsoo menutupi wajahnya dengan kedua tangannya dan ia mulai menangis.
"Baekhyun memanggilnya Jongin, Chanyeol. Aku mendengarnya. Jongin tersenyum dan tersipu ketika mendengarnya!"
Kyungsoo mengubur wajahnya dalam tangannya. Ia berbaring dan terus menangis terisak. Untungnya, hanya ada beberapa mahasiswa yang melewati daerah ini dan mereka juga tak terlalu memperhatikan kami.
Kai, pria terkeren di universitas ini tak pernah membiarkan seorang pun memanggilnya Jongin. Tak boleh ada yang memanggilnya Jongin selain ibunya, kurasa. Tak ada yang tahu alasan mengapa Kai tak memperbolehkan kami memanggilnya Jongin. Kyungsoo pernah mengatakan bahwa Kai hanya memperbolehkan orang yang ia cintai memanggilnya Jongin.
Kyungsoo, laki-laki mungil yang sedang menangis ini telah menyukai Kai sejak sma walaupun cintanya bertepuk sebelah tangan. Selama empat tahun ia menyukai laki-laki ini, tak pernah sekalipun ia mendengar gossip Kai mempunyai pacar ataupun Kai menyukai seseorang, jadi pada dasarnya, Kyungsoo selalu berharap bahwa Kai menyukainya balik. Satu-satunya masalah adalah, Kai tak pernah menyadari kehadiran Kyungsoo.
Melihat Kyungsoo terus menerus menangis membuat hatiku sedikit pedih. Aku merasa kasihan padanya karena tak ada yang tahu seberapa besar Kyungsoo menyukai Jongin sebaik diriku. Aku tak ingin menyia-nyiakan usaha sahabatku selama empat tahun ini.
Seberapa besar rasa inginku memberikan sapu tangan pada Kyungsoo, aku tak bisa karena aku tak punya. Aku tak pernah membawa sapu tangan. Aku sempat berpikir untuk berlari ke cafeteria untuk mengambil beberapa tissue namun aku tak ingin meninggalkan sahabatku sendirian. Aku hanya bisa duduk dengan canggung dan memperhatikan orang lalu lalang dihadapan kami. Aku menundukkan kepalaku sehingga aku tak perlu melihat tatapan kasihan orang-orang itu kearah sahabatku yang sedang menangis.
Beberapa orang melewati kami, tak ada yang tahu mengapa Kyungsoo menangis namun beberapa orang menatap kasihan.
Hal itu berjalan selama beberapa menit sebelum aku menyadari sepasang sepatu converse merah berdiri di hadapan sepatu hitamku.
"ini, ambilah" kudongakkan kepalaku, kulihat seorang laki-laki yang tingginya hampir sama dengan Kyungsoo dengan kulit seputih susu dan mata bulan sabitnya menjulurkan tangan. Kali ini Kyungsoo mendongakkan kepalanya kemudian laki-laki itu menyeka air mata Kyungsoo. Aku tak bisa melepaskan pandanganku dari laki-laki itu. Mengejutkan mengetahui bagaimana seorang pria asing mendekati kami dan mencoba membantu Kyungsoo yang sedang menangis.
"terima kasih" ucap Kyungsoo di tengah tangisnya dan mengambil saputangan tersebut dengan lembut.
"aku harus pergi, aku ada kelas. Kau bisa mengambilnya Kyungsoo. Jangan menangis lagi, okay?" laki-laki itu menepuk kepala Kyungsoo dan melambaikan tangannya pergi. Kyungsoo menundukkan kepalanya sedikit. Ketika laki-laki itu menghilang dari pandangan, Kyungsoo mulai berbicara dengan kesedihan dalam suaranya.
"kau tahu apa yang lucu? Aku tak bisa membenci Baekhyun, benar-benar tak bisa"
Aku mulai bertanya-tanya mengapa tiba-tiba Kyungsoo berkata seperti itu sebelum aku menyadari sesuatu,
"Baekhyun! Cepatlah, kita bisa telat!"
Laki-laki asing yang baik itu adalah Baekhyun.
Beberapa menit setelahnya, Kyungsoo menenangkan pikirannya, ditepuk-tepuknya wajahnya untuk menenangkan dirinya. Cara yang selalu dilakukan Kyungsoo.
"okay, ayo pergi. Kuarasa kita sudah telat"
Aku hanya mengangguk dan mengikutinya. Kelas kita selanjutnya adalah music dan kelas tersebut adalah kelas favorite Kyungsoo dan aku hanya berharap kelas tersebut dapat menaikkan moodnya selama beberapa saat. Kami terlambat sekitar 20 menit namun untungnya, professor kita, Mr. Lee juga terlambat. Kami duduk di tempat kami biasanya, tak memperdulikan pandangan murid-murid lainnya yang bertanya-tanya mengapa mata Kyungsoo merah dan sembab.
Mr. Lee tiba beberapa menit kemudian. "maaf atas keterlambatanku. Rektor baru saja memanggilku. Jadi kini, kita akan membicarakan event kita selanjutnya untuk natal tahun ini. Tapi pertama-tama, mari kuperkenalkan kalian dengan mahasiswa baru kita" Mr. Lee mempersilahkan murid baru tersebut untuk masuk.
"hi, namaku Byun Baekhyun. Senang bertemu dengan kalian"
"Okay, Baekhyun. Kau bisa duduk dimanapun kau inginkan"
Aku berdoa kepada tuhan supaya Baekhyun memilih tempat duduk di depan atau mungkin dimanapun asalkan tidak di dekat kita. Namun sepertinya, tuhan tak mendengar doaku saat aku mendengar suara, "hai Kyungsoo, bagaimana perasaanmu?"
Kyungsoo tersenyum simpul, "baik. Sekali lagi, terima kasih"
"tak masalah, aku senang membantu teman" Baekhyun mengedipkan matanya dan mulai duduk di kursinya. Aku memberikan Kyungsoo tatapan penuh kebingungan karena hal itulah yang tepat untuk mendeskripsikanku sekarang.
"kau ada kelas setelah ini?" Tanya Baekhyun.
Kyungsoo menggelengkan kepalanya.
"oh, bagus karena prodi dance tak mempunyai aktivitas untuk hari ini jadi mungkin.. kalian ingin menemaniku minum kopi?" ajak Baekhyun senang.
Sebenarnya, aku dan Kyungsoo tak pernah mengatakan ya untuk ajakan Baekhyun, namun disinilah kami, menyesap secangkir caramel latte, satu-satunya berita baik tentang semua acara minum kopi ini adalah, hal ini menjelaskan bagaimana Kyungsoo dan Baekhyun bisa mengenal satu sama lain. Well, sebenarnya karena klub dance; rupanya Kyungsoolah yang membantu Baekhyun mengisikan formulirnya.
"jadi kalian berdua mengambil mata kuliah music?" Baekhyun memulai percakapan.
Aku dan Kyungsoo mengangguk di saat bersamaan.
"ia fokus pada vocal sedangkan aku fokus pada instrument. Bagaimana denganmu?" tanyaku.
"vocal juga. Kurasa aku dan Kyungsoo akan menghabiskan lebih banyak waktu bersama" Baekhyun menimang ponselnya ketika sebuah suara terdengar dari ponselnya.
Ketika Baekhyun sibuk berbicara di telepon; aku menarik perhatian Kyungsoo dan bertanya lembut padanya, "kau baik-baik saja?" aku sangat cemas terhadapnya, semua hal mengenai Baekhyun ini tidaklah menyenangkan, namun ia meyakinkanku bahwa semua akan berjalan lancar. Aku meragukannya.
Percakapan kecilku dengan Kyungsoo terganggu ketika seseorang yang membuat kita berdua terlonjak dari kursi tiba-tiba datang dan langsung mengambil tempat di samping Baekhyun.
"Jonginie!" tegas dan keras; tidak seperti nada bicara yang Baekhyun pakai pada kami.
Aku melirik Kyungsoo dan melihat bahwa laki-laki yang lebih mungil ini seperti ingin beranjak dari kursinya. Memanggil Kai dengan sebutan Jongin saja sudah membuat perasaan Kyungsoo tak karuan, tapi yang benar saja, Jonginie? Pasti ada sesuatu diantara mereka.
"kau benar-benar tidak sopan. Aku tak sedang sendirian. Aku bersama teman" aku benar-benar terkejut ketika Baekhyun menyebut kami sebagai temannya ketika kami baru saja berkenalan dengannya. Well, mungkin Kyungsoo tidak, tapi aku tak terlalu mengenalnya dan ini bukan berarti aku tak menyukainya, atau aku tak ingin berteman dengannya, well, aku mau. Ini hanya perkara kami belum saling mengenal dengan baik dan aku harus mengenalnya lebih baik. Aku benar-benar harus berhenti berbicara, bukan?
Jongin, mengangkat kepalanya dan memberikan kami berdua tatapan tegas. mendesah, ia berkata, "aku Kai" Kai menatap Baekhyun seolah ia mengharapkan persetujuan yang langsung ditolak oleh Baekhyun dengan tatapan tajam, menyuruhnya untuk mengulang kembali.
Mendesah lagi, "aku minta maaf karena tiba-tiba saja aku langsung bergabung dengan kalian tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu"
Baekhyun tersenyum, "lihat? Tak susah, kan?" kemudian ia mengacak-acak rambut Kai, "anak baik"
Kurasa ini bukanlah imajinasiku tapi aku melihat Kai tersipu. Kyungsoo menggenggam erat tanganku di bawah meja. Kutatap wajahnya dan kulihat ia hampir menangis dan Kyungsoo yang sedang menangis bukanlah hal yang baik apalagi dengan adanya Kai disini. Tanpa banyak berpikir, aku mencoba untuk menarik perhatian dengan berkata lantang.
"aku Park Chanyeol" ucapku keras dan lantang. Aku juga mencoba untuk menggunakan hand gesture saat aku memperkenalkan diriku yang berakhir dengan sangat buruk ketika tanganku membentur segelas air dan membasahi seluruh meja. Kai bangkit dari kursi, tak ingin air tersebut membasahi pakaiannya. "maafkan aku" terkejut, aku mengambil serbet dan mulai membersihkan air tersebut ketika Baekhyun juga ikut membantu dengan mengambil serbet dan mengerjakan hal yang sama. Salah satu pelayan datang menghampiri kami dan membersihkan sisanya.
Kejadian tersebut memberikan Kyungsoo waktu untuk menenangkan diri. Kutasa aku telah melakukan sesuatu yang baik walaupun hal itu sangatlah memalukan.
"dia ceroboh" ucap Kyungsoo untuk pertama kalinya semenjak kehadiran Kai. Baekhyun tertawa lembut sementara Kai tak merespon apapun.
"oh ya, dia Chanyeol dan dia Kyungsoo" kali ini Baekhyun mengenalkan kami berdua pada Kai supaya laki-laki tersebut mau melihat kearah kami. Menjadi laki-laki yang penurut, Kai menganggukkan kepalanya kearah kami.
Kami menghabiskan dua puluh menit waktu kami untuk berbincang, well, Baekhyun mendominasi percakapan sementara yang lain hanya mengangguk. Kuberitahukan sesuatu, Baekhyun adalah sosok yang banyak bicara. Banyak bicara. BANYAK BICARA. Menyenangkan rasanya mendengarnya berbicara walaupun 90% isi dari pembicaraannya adalah mengenai Kai.
Baekhyun memberitahukan kami informasi yang terlalu bersifat pribadi. Aku akan selalu menggeliat di kursiku kapanpun Kyungsoo ingin marah. Aku tahu sahabatku sedang sakit hati namun aku senang mendengarkan Baekhyun berbicara kepada kami.
Dari apa yang kami pelajari melalui Baekhyun, Kai adalah seorang dancer dan dia pernah bersekolah di sekolah seni, namun aku tahu bahwa Kyungsoo sudah mengingat hal itu diluar kepala. Dia juga menyebutkan bahwa Kai takut ketinggian, dia juga takut dengan kegelapan. Kai terlihat benar-benar malu dan terus saja menarik ujung pakaian Baekhyun yang mana akan diabaikan olehnya dan Baekhyun akan meneruskan ceritanya. Baekhyun juga menyebutkan bahwa Kai adalah laki-laki yang sangat pemalu walaupun ia sangat terkenal.
"dia biasanya terlihat seperti seorang laki-laki dengan kepercayaan diri berlebih" oceh Baekhyun. "dan ketika kau melihatnya, kau pasti akan segera berpikir bahwa ia adalah model majalah dewasa, seorang bintang video porno, namun sebenarnya, ia adalah seseorang yang benar-benar pemalu. Kepolosan adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan Jongin"
Aku tertawa terbahak-bahak mendengar komentar Baekhyun yang mana membuat model video porno itu menatapku tajam. Aku terlihat bersemangat mendengar setiap ocehan yang terlontar dari bibir Baekhyun tentang Kai walau bukan berarti aku tertarik dengannya. Namun aku benar-benar merasa nyaman mendengarkannya berbicara. Aku hampir lupa jika sahabatku sedang mengalami masa sulit.
Hal ini membuat Kyungsoo marah. Ia mendapatkan segala informasi tentang orang yang selama ditaksirnya dari kekasih laki-laki tersebut.
"Jongin adalah se…"
Ponsel Jongin menyela pembicaraan.
"ya, ibu.." Kai mulai berbicara dan Baekhyun segera menghentikan omongannya untuk mendengarkan pembicaraan Kai.
"aku bersama hyung. Ya, dia baik-baik saja. Ok, akan kukatakan padanya. Ya, ya, uhm. Ia akan menyukai itu. Ya, ibu. Jagalah dirimu. Uhm, uhm, aku sayang ibu" Kai melontarkan kalimat terakhirnya dengan susah payah.
Baekhyun terkikih sembari melingkarkan lengannya di pundak Kai, "Jonginku malu rupanya"
Aku bergidik mendengar kata Jonginku terucap dari bibir Baekhyun. Kyungsoo mencubit tanganku keras di bawah meja, Aku bergenyit.
"Ibu bilang aku harus membawamu pulang" Kai melanjutkan, tak menghiraukan godaan Baekhyun. Aku merasa kasihan pada Kyungsoo karena ia harus menyaksikan adegan mesra ini.
"haruskah?" Baekhyun melepaskan tangannya dari Kai dan merengutkan bibirnya.
"ya, hyung" Kai melihat kearah jamnya. "kau tak bisa berkata tidak kali ini. Aku ada kelas 10 menit lagi, aku akan menjemputmu pukul 6 hyung. Hati-hatilah di jalan, okay?" Kai tersenyum sembari mengelus pipi Baekhyun sebelum membungkuk ke arahku dan Kyungsoo kemudian berlalu pergi.
Genggaman Kyungsoo rasanya semakin kuat dan kurasa tanganku akan memar. Kyungsoo hampir menangis.
"Bocah itu. Ia selalu melakukan apa yang ia ingin lakukan. Aku merasa lebih muda darinya" Baekhyun mendesah. "tak bisakah kau percaya itu, Chanyeol? Adikku sendiri memerintahku seenaknya. Aku bahkan tak ingin pulang"
Aku tak menangkap apapun kecuali kata adik. Aku menatap Kyungsoo dan ia menatapku balik.
"adik?" Tanya kami bersamaan.
"Ya, Jongin adalah adikku. Well, dari ibu yang sama namun ayah yang berbeda. Kim Jongin dan Byun Baekhyun" Baekhyun menjelaskan. "Tunggu, bukankah aku sudah menjelaskannya?" tambahnya.
Kami berdua menggelangkan kepala. "kau tidak bilang itu" gumam Kyungsoo pelan.
"KAU TIDAK MENGATAKANNYA" ucapku lantang. Baekhyun dan Kyungsoo sampai terkejut mendengarnya.
"woah, tenanglah" Baekhyun mencoba menenangkanku.
"bukankah terlihat jelas?" Baekhyun menatap kami bingung, alisnya berkerut. Kami memberinya tatapan yang mengatakan tidak. Ia mendesah dan melanjutkan. "kami begitu dekat jadi kurasa kalian sudah tahu? Kalau begitu apa hubungan kami jika kalian pikir kami bukan sau…" ia berhenti, seolah telah menyadari sesuatu. "kalian kira kami berpacaran!" ucapnya lantang kemudian ia tertawa terbahak-bahak.
"Tidak lucu" aku menyela, merasa sedikit emosi dengan responnya. Hal ini benar-benar tak lucu, Kyungsoo harus menderita karena kesalahpahaman ini.
Baekhyun berhenti tertawa dan menyeka air mata yang keluar dari pelupuk matanya. "aku minta maaf" katanya. Tak ada yang menjawab jadi kurasa ia menyadari bahwa kami berdua benar-benar tidak senang dengan hal tersebut.
"well, aku benar-benar minta maaf. Ini adalah sebuah kesalahpahaman, okay? Dan kenapa kau harus marah?" ia mulai menyerang balik, kurasa.
"kami benar-benar berpikir kalian berpacaran" ujarku sementara Kyungsoo mulai menarik ujung pakaianku supaya aku menghentikan argumen ini. "kau harusnya memberitahu kita. Mungkin seperti, hai namaku Byun Baekhyun dan adikku Jongin akan datang ke café ini dan tak membiarkan kami berpikir bahwa kalian berpacaran. Hal ini benar-benar membuat kami frustasi. Kau tak mengerti perasaan Kyungsoo? Kau tak mengerti bagaimana ia berusaha keras untuk tidak menangis? Kau tak mengerti seberapa besar ia menyu…"
Baekhyun tiba-tiba saja bangkit dari kursinya, menyuruhku untuk berhenti bicara.
"Kyungsoo menyukai Jongin?" tanyanya dan kudengar Kyungsoo terkejut. Aku menyadari aku berkata terlalu banyak. Aku terdiam di tempat karena aku baru saja memberitahukan rahasia terbesar Kyungsoo pada kakak Jongin.
Baekhyun tidak menunggu jawaban dariku dan ia langsung beralih kearah Kyungsoo, "kau menyukai adikku?"
Bibir Kyungsoo rasanya seperti menempel erat dan dia mulai membenarkan cara duduknya.
"kau menyukai adikku" Baekhyun mengambil kesimpulan sendiri. "tunggu, kau cemburu padaku?" kemudian, datang satu pertanyaan lagi yang tak dijawab oleh Kyungsoo. Sedikit demi sedikit, Baekhyun mulai mengumpulkan semua informasi yang ia dapat walaupun Kyungsoo tak mengatakan apapun.
"kau cemburu padaku. Sudah berapa lama kau menyukai adikku?"
Tetap tak ada jawaban dari Kyungsoo.
"sudah berapa lama ia menyukai adikku?" ia bertanya padaku. Aku tak menjawab, aku memang tak berencana untuk menjawabnya. Namun Baekhyun melihat tepat kearah mataku dan kemudian kudengar diriku berkata, "sejak sma" Kyungsoo pada akhirnya mengeluarkan sebuah suara, setengah berteriak, setengah menggerutu.
"Ya tuhan, jadi karena ini kau menangis? Kau melihat kami dekat? Iya kan? Kan? Ya tuhan. KIM JONGIN akan membunuhku" Baekhyun mulai bersikap panik yang aku tak tahu sendiri mengapa.
"ia akan membunuhku dalam tidurku. Jasadku tak akan ditemukan. Aku benar-benar dalam masalah"
Aku bahkan tak mengerti kenapa Baekhyun berkata bahwa Kai akan membunuhnya. Aku menepuk pundak Kyungsoo kemudian mata kami bertemu. Aku menggumamkan maaf karena aku telah memberitahukan rahasianya namun ia hanya mengangkat bahunya. Mata Kyungsoo bersinar kembali dan dari yang aku tahu, Kyungsoo sudah cukup senang mengetahui fakta bahwa Jongin dan Baekhyun tidak berpacaran.
Kemudian Baekhyun akhirnya berhenti berbicara tentang Kai akan membunuhnya.
"Aku akan memperjelas ini. Kau harus menjawabnya. Kau menyukai Jongin?"
Kyungsoo mengangguk pelan.
"Kim Jongin? Kau menyukai adikku, Kim Jongin?"
Kyungsoo mengangguk lagi.
Baekhyun menyandarkan lengannya di bahu Kyungsoo sembari berkata, "aku mencintaimu, terima kasih, dan ini benar-benar hebat"
"aku sedikit bingung" aku menyela kedekatannya dengan Kyungsoo. Aku tak suka melihatnya dekat dekat dengan Kyungsoo.
"ok, ok. Akan kujelaskan. Maaf telah membuatmu bingung. Aku sangat senang" Baekhyun kembali ke tempat duduknya namun senyuman di bibirnya tak hilang juga.
"sedari tadi aku terus membicarakan adikku, Kim Jongin, kan? Jongin kecilku? Well, ini bagian menariknya" ia menunjuk Kyungsoo. "aku ingin dia menyadari" tetap menunjuk Kyungsoo. "betapa hebatnya adikku" ucap Baekhyun acuh tak acuh.
"tapi kenapa?" tanyaku.
"karena untuk waktu yang sangat lama, adikku tertarik padamu, Kyungsoo" Baekhyun tersenyum kearah Kyungsoo. Laki-laki mungil itu terkejut dan berpegangan erat pada meja, keterkejutan tampak jelas di wajahnya.
"sejak sma, Do Kyungsoo" tetap tersenyum, Baekhyun melanjutkan, "namun ia pikir kau tak menyadari keberadaannya Kyungsoo, ia adalah anak paling bodoh sedunia karena tak memberanikan diri untuk bicara denganmu. Ia sangat malu"
Kyungsoo tak bisa berkata apa-apa. Mulutku menganga lebar. Semua air mata yang jatuh selama ini, perjuanganku untuk membantu Kyungsoo, terbuang sia-sia karena diam-diam, selama ini, mereka saling menyukai. Hal ini benar-benar diluar dugaan.
Beberapa menit kemudian, Kai datang kembali.
"kelas dibatalkan" ucapnya sembari mengambil tempat disebelah Baekhyun lagi. Laki-laki disebelahnya tersenyum menyeringai yang mana mendapat tatapan penuh tanya dari Kai. "apa?"
"oh, aku baru ingat. Chanyeol dan aku harus pergi ke toko buku" senyuman menyeringai masih terpampang di wajahnya. Aku menatapnya bingung namun ia menatap balik dengan penuh keyakinan, aku sadar apa yang harus kulakukan.
"ah, ya, ya. Aku harus membeli buku ini" aku bangkit dari kursi dengan santai sembari mengambil tasku dan mengabaikan tatapan penuh harap Kyungsoo supaya aku tidak meninggalkannya berdua dengan Jongin.
Jongin, disisi lain, terpaku di tempatnya. "hyung.. a.. aku- aku ikut denganmu!"
Baekhyun mendorong Jongin yang hampir berdiri untuk duduk kembali. "tidak, tetaplah disini. Jangan tinggalkan Kyungie sendirian. Yeolie dan aku bisa mengatasinya berdua. Kami akan kembali" Baekhyun menggenggam tanganku dan berlari keluar café, meninggalkan Jongin yang sedang kebingungan dan Kyungsoo dengan mata besarnya.
Segera setelah kami tiba di salah satu ujung jalan, café tersebut hilang dari pandangan, Baekhyun berhenti dan begitu pula denganku. Baekhyun masih menggenggam tanganku. Ia menatapku dengan senyuman paling cerah yang pernah aku lihat. "itu tadi menyenangkan"
Kalimat itu sepertinya benar-benar cocok dengan laki-laki ini. Saat kata-kata itu mulai dicerna oleh kepalaku, aku tahu bahwa kata-kata tersebut begitu sempurna dan sesuatu di belakang kepalaku mengatakan bahwa kata-kata tersebut berkesinambungan, ditakdirkan untuk bersama.
Dengan masih bergandengan tangan, kami melanjutkan berlari, salju mulai turun ke jalan.
Itu tadi menyenangkan.
